Langsung ke konten utama

SINOPSIS Tomorrow With you Episode 13 Bagian 2



SINOPSIS Tomorrow With you Episode 13 Bagian 1
Sumber gambar: tvN

Saat masuk ke kantor, So Joon menyapa para karyawannya dan memberitahukan jika diluar saat ini hujan. Istrinya datang dan membawakan payung untuknya. Mereka tidak punya payung kan? Nih, dia punya. Hahahaha. Ma Rin coba menghentikan tingkah memalukan (sekaligus menyenangkan) suaminya. Tapi sayangnya mulut So Joon tetap ngoceh dan berbicara terus sampai membuat Ma Rin tersipu malu.

Sesampainya diruangan, Ma Rin tak bisa menahan rasa malu campur bahagia. So Joon dengan lembut membelai rambut Ma Rin yang terkena cipratan air. Ma Rin langsung memeluk suaminya, dia mengaku jika ia baru saja bertengkar dengan Ibunya. So Joon pengertian, kenapa?

Ibu membahas masalah Ayah dihadapannya dan Ma Rin sekarang sadar jika dia sudah meresponnya dengan kasar. Ia merasa seperti orang yang kejam. So Joon menenangkan, dia yakin kalau mereka akan segera berbaikan. Ma Rin masih tetap tidak enak hati, sebelumnya ia datang ke kantor So Joon supaya merasa lebih baik. Tapi nyatanya dia semakin merasa bersalah. Dia sadar betapa berat bagi Ibunya yang tidak bisa bergenggaman tangan dengan Ayah. Dia pasti sangat kesepian.



Ki Doong masuk ke ruangan tepat saat keduanya masih berpelukan. So Joon memberikan isyarat supaya Ki Doong cepat keluar diam-diam. Ma Rin masih memejamkan matanya, sepertinya ada hal yang melintas dalam pikirannya?

“Apa?” heran So Joon.

“Ki Doong barusan masuk, 'kan? Ah memalukan, tapi aku menyukainya.” Ujar Ma Rin.


Ma Rin bersyukur So Joon selalu ada disampingnya. Dia mewanti-wanti agar So Joon tidak meninggalkannya seperti apa yang Ayah lakukan pada Ibunya. Hanya itu yang ia inginkan. Dia juga berharap supaya tidak punya anak perempuan. Bagaimana kalau nasibnya sama seperti dirinya.

Tapi So Joon malah senang kalau mereka punya anak perempuan, kkot sun kecil. Menggemaskan. Ma Rin cuma tersenyum kecil, masih belum lega sampai sekarang. So Joon menenangkan, dia yakin jika Ibu pasti memahami perasaannya.


Ki Doong konflik batin sendiri diluar ruangan. Dia bingung ngapain diluar ruangan nunggu pasangan mesra-mesraan. Dia pun memutuskan untuk masuk mengambil tasnya. Namun bertepatan saat itu juga, Ma Rin dan So Joon membuka pintu. Ma Rin sudah mau pulang dan So Joon berniat mengantarnya. Ma Rin menolak, dia bisa kembali sendiri kok.

“Aku akan pulang, kita bareng saja.” Tawar Ki Doong.

So Joon memasrahkan keselamatan istrinya pada Ki Doong dengan menggunakan bahasa formal. Dia juga memanggil Ma Rin dengan sebutan sayang, jangan lupa mengirim SMS kalau sudah sampai rumah. Ma Rin membalasnya dengan manis, iya sayang-nim.


Didalam lift, Ma Rin bilang ingin mampir ke rumah Ki Doong. Ki Doong heran mendengar keinginan Ma Rin, untuk apa? Ma Rin tidak ingin membiarkan So Joon tinggal di dua rumah. Dia akan memindahkan barang-barang So Joon yang disimpan dirumah Ki Doong. Mendengar berita itu langsung membuat Ki Doong bahagia, itu adalah kabar terbaik yang ia dengar.


Ki Doong merasa merdeka saat barang masa depan kepunyaan So Joon sudah dikemasi untuk diangkut ke rumah Ma Rin. Ma Rin melihat banyak CD drama dan film masa depan. Dia yakin kalau So Joon memberi lebih banyak lagi untuk Ki Doong, hidupnya akan menjadi milik So Joon sepenuhnya.



Memang hal langka mempunya teman penjelajah waktu. Sebenarnya sih Ki Doong tidak masalah untuk menunggu perilisan film-film itu. Cuma yang membuatnya kecewa, tak pernah sekalipun So Joon memberitahu nomor lotre untuknya. Dia menggunakan alasan tidak ingin membahayakan takdirnya. Ma Rin tidak menyangka, tidak pernah? Padahal So Joon sendiri sudah menggunakan kemampuannya untuk pasang lotre sebanyak tiga kali.

Keduanya sepakat untuk membenci kata takdir yang diucapkan So Joon. Untuk membuang kekesalan mereka, Ki Doong menawarkan untuk minum bir bareng. Ma Rin tidak bisa menolak mendapatkan tawaran kesukaannya, bir?


Mereka berdua memuaskan hasrat untuk menggunjing kejelekan So Joon. Ki Doong kesal sekali saat So Joon mengatakan ingin mengubah takdir, tapi dia langsung berubah pikiran dan bilang tidak bisa. Ma Rin sependapat dengan hal itu. Dan ada hal lain yang membuatnya sangat marah, saat dia menjelajah ke masa depan dan ponselnya tidak berfungsi. Itu membuat Ma Rin membencinya. Keduanya ber-highfive karena merasakan hal yang sama.



Ki Doong juga paling kesal pas nonton piala dunia, So Joon ngoceh mengatakan detail kejadiannya. Ma Rin merengut, dia mengalami itu. Selama pernikahan mereka, belum ada piala dunia. Ah, Ki Doong juga kesal saat audisi bakat. Dia sudah tahu duluan kalau Seo In Guk dan Huh Gak yang akan memenangkan kompetisi. Ma Rin makin cemberut, dia belum pernah mengalaminya. Ki Doong ganti topik soal teknologi yang ia dapatkan sebelum perilisan resminya.

Ma Rin iri karena Ki Doong bisa tahu hasil pertandingan sepak bola sebelum waktunya. Tahu kalau Seo In Guk yang akan menang. Dan juga dia mendapatkan hadiah masa depan yang belum pernah ia dapatkan. Ma Rin terus menggumam kekesalannya sampai tenaganya habis dan tertidur di sofa.


Ki Doong menyuruhnya supaya bangun, bir mereka masih banyak. Ma Rin bergegas bangkit mengangkat satu kakinya, dia menyangkal kalau dirinya sudah mabuk. Dia masih sadar kok.



So Joon membenahi beberapa barang-barangnya dan bersiap pulang kerja. Namun sebelum pulang, dia memutuskan untuk menghancurkan jurnalnya sendiri. Ia pun menggunakan mesin penghancur kertas. Dia juga menghapus video CCTV masa depan.

Iseng, ia juga mengecek apa yang tengah dilakukan oleh Ki Doong dirumahnya. Dia melotot kaget melihat Ki Doong dan Ma Rin sedang berjoget ria dirumah mereka. Dia kesal karena di meja ada banyak botol bir yang sudah keduanya habiskan.



Tak pakai lama, dia sudah sampai ke rumah Ki Dong untuk menjemput Ma Rin. Ma Rin langsung menghambur ke pelukan So Joon. So Joon memarahinya, kenapa tidak bilang dulu kalau mau mabuk-mabukan. Ma Rin menyangkal, dia cuma minum sedikit kok dah cuma mengobrol dengan namjachingu-nya.

Ki Doong dan Ma Rin ber-high five lagi. So Joon langsung memisahkan keduanya, berhenti menyebutnya namjachingu lagi. Dia memarahi Ki Doong yang sudah memberikan bir pada Ma Rin, dia tidak kuat minum. Ki Doong tidak sependapat, Ma Rin adalah monster.

“kau gila ya minum dengan isteri temanmu? Kau tidak malu pada diri sendiri?”

“Kau bisa kok minum dengan Se Young.”

“Memang Se Young pacarmu?” tendang So Joon.


Berhenti! Sentak Ma Rin dengan tubuh sempoyongan. So Joon buru-buru mengangkat tubuhnya yang sudah terkapar di sofa. Dia menggendongnya untuk pulang ke rumah dan memperingatkan Ki Doong untuk menyelesaikan masalahnya besok. Ki Doong menolak berangkat kalau mau dimarahi. Dia terus bergumam mengatai So Joon, pelit! Jorok! Menyebalkan!


Tidak lama berselang, So Joon sudah membaringkan Ma Rin di ranjangnya. Ma Rin menggumam meminta supaya So Joon tetap menemaninya. So Joon yang awalnya berniat pergi pun memutuskan untuk duduk disamping Ma Rin. Ma Rin memegangi tangan So Joon dengan erat meskipun sudah setengah tidur. So Joon menatap wajah polos istrinya dengan penuh kasih sayang, membelai rambutnya lembut.


Disaat yang bersamaan, Presdir Choi dan Direktur Kim berada di pinggir sungai untuk menandatangani kontrak baru mereka. Direktur Kim kemudian menawarkan anggur yang dibawanya. Tidak lama kemudian, Presdir Choi sudah mabuk dan menyarankan supaya mereka tidak meminum anggur itu lagi karena kadarnya tinggi.



Direktur Kim menyuruh Direktur Kim tetap minum, dia yang akan mengantarnya pulang. Presdir Choi menyarankan agar mereka menelepon supir pengganti. Direktur Kim melarangnya, dia saja yang mengantarnya pulang karena tugasnya memang untuk menyembah uang. Dan ia harus melakukan sesuatu agar perjanjian mereka dan rekening palsu mereka tidak terbongkar. Direktur Kim meminta maaf pada Presdir Choi.


Presdir Choi bangkit dari kursinya untuk pulang. Namun Direktur Kim menahan tubuhnya kemudian mendorongnya ke sungai. Presdir Choi yang mabuk tidak bisa memberikan perlawanan yang berarti. Direktur Kim menjerit kesal seusai membunuh satu orang lagi.


Keesokan harinya, So Joon sudah sibuk memasak untuk istri yang masih tidur.


Ia membangunkannya dan mengajaknya untuk makan. Ma Rin manja-manjaan minta disuapi tapi So Joon menolaknya, memangnya dia anak-anak apa. Ma Rin membungkuk manis, meminta maaf sudah mabuk-mabukan. Dia tidak akan mabuk lagi. So Joon langsung luluh dengan sikap manis Ma Rin. Dia mengecup bibirnya dan mengajaknya makan sup.


So Joon memperingatkan jika Ma Rin tidak boleh mabuk lagi meskipun bersama Ki Doong. Dia tak menyukainya. Ma Rin kali ini langsung setuju, So Joon sudah berhenti naik subway jadi dia akan berhenti minum lagi. Kemarin adalah yang terakhir untuknya. So Joon memastikan kembali, apa benar jika Ma Rin tak suka dia naik subway?


Padahal semalam dia merengek-rengek minta hadiah dari masa depan. Soalnya Ki Doong mendapatkannya dan dia belum diberi hadiah apapun oleh So Joon. Ma Rin menyangkal jika dia menginginkan sesuatu dari So Joon. Dia mengigau dan tidak sungguh-sungguh menginginkannya. So Joon memastikan sekali lagi, mumpung dia masih bisa pergi ke masa depan loh.


“Sungguh tidak, kok. Benda-benda masa depan? Satu itu saja sudah bikin aku pusing.” Tunjuk Ma Rin ke robot vacum.


So Joon sungguh melakukan tujuannya untuk berubah menjadi manusia yang bekerja keras. Dia ikut rapat dan mendengarkan paparan proyek Direktur Wang dengan seksama. Meskipun begitu, tangannya masih iseng untuk menggambar babi dalam kertas proposal. Direktur Wang memungkas penjelasannya dengan meminta So Joon untuk membuat keputusan sesuai firasatnya.



So Joon tidak mau mengandalkan firasatnya demi proyek yang tidak main-main. Dia memang setuju dengan rancangan itu tapi mereka harus memangkas biaya-nya sebanyak 10 milyar. Kalau mereka bisa memangkasnya maka So Joon akan menandatangani rancangan itu.


Seusai rapat, Ki Doong memuji So Joon yang ternyata bisa bekerja dengan cukup bagus. Namun saat membuka buku catatan So Joon, dia langsung mengumpatinya, kunyuk malah menggambar babi. So Joon meralat, itu bukan babi tapi bunga.



Ditengah pembicaraan mereka, Ma Rin menelepon So Joon untuk mengetahui bagaimana jalannya rapatnya pagi ini. Dia takut sudah mengacaukan rapat So Joon kali ini. So Joon langsung berubah mellow menanggapi pertanyaan Ma Rin, urusannya ternyata lebih serius dari apa yang ia bayangkan dan ia harus mempertaruhkan uang 10 milyar. Sepertinya, So Joon ingin pergi ke masa depan untuk mencari solusi. Dia akan pergi selama seminggu kemudian kembali lagi. Setelah itu, dia tidak akan pergi kesana lagi.


Bukankah seharusnya So Joon menepati janjinya? Tanya Ma Rin. So Joon mengungkit tentang Ma Rin yang semalam ingkar janji dan mabuk-mabukan. Lagipula cuma seminggu dan dia akan membelikan hadiah untuk Ma Rin. Terpaksa, Ma Rin menyetujui permintaannya. Tapi dengan syarat, jangan menemui wanita itu. Jangan pulang telat dan melakukan hal-hal aneh.



Ki Doong cuma bisa menatapnya dengan heran. Dia sudah yakin hal ini memang akan terjadi dan dia sudah mempertaruhkan tangannya. Tapi tidak apa-apa, sudah lama dia tidak menjelajah waktu jadi carilah informasi sebanyak-banyaknya. So Joon menolak, dia pergi ke dunia lain bukan untuk bekerja. Ini semua karena Ki Doong sudah membuat bayi-nya menangis.

Bayi? Ki Doong terkejut karena So Joon menganggap Ma Rin adalah bayi padahal dia satu tahun lebih tua dari mereka. So Joon tetap menganggap Ma Rin adalah bayi dan Ki Doong telah membuatnya menangis. Dia menumpahkan kesalahannya pada Ki Doong, gara-gara Ki Doong mempersulit hidupnya!


Wkwkwk.. Tapi nyatanya So Joon memang sudah rindu untuk menjelajah waktu. Buktinya dia tidak bisa menyembunyikan senyum lebarnya saat berjalan menuju subway. Sedangkan Ki Doong cuma bisa geleng-geleng heran, dasar psiko!


Ma Rin menepuki kepalanya sendiri karena merasa sudah sinting karena membiarkan suaminya dalam bahaya. Auh! Bodoh sekali!


Tapi aksi kecewanya langsung berubah keceriaan melihat tumpukan barang masa depan yang dibawakan oleh So Joon. Baju, ramen, dan makanan lain yang sudah diborong oleh So Joon.



Yang paling disukainya adalah hadiah DSLR yang hadiah dari So Joon. Dia langsung menjadikan So Joon sebagai objek fotonya. Di hari berikutnya, dia sampai menjemput So Joon ke subway dan membantu membawa barang belanjaan. Berjalan sambil rangkulan dan berjingkat ria sepanjang jalan. Pasangan satu ini sungguh!!!


Di kantornya, Se Young mendapatkan dua tiket film dari sponsornya. Dia bingung untuk menggunakan tiket itu. Bertepatan saat itu pula, Ki Doong meneleponnya untuk mengajaknya nonton film. Tanpa pikir panjang, Se Young menolak. Ki Doong mendesah, kenapa dia menjawab sebelum memikirkannya?

Se Young beralasan jika dia sudah berfikir, dia memang tidak bisa nonton. Se Young mengakhiri panggilannya saat itu juga. Se Young menggeram pada dirinya sendiri, seolah menyesal dengan sikapnya barusan.


Manajer Cheon mengajak Se Young untuk nonton bareng saja kalau tidak sibuk. Se Young dengan hati-hati bertanya, ini masalah temannya (padahal dia sendiri). Bagaimana pemikiran seorang pria pada gadis yang memiliki cinta sepihak pada sahabatnya? Apa mungkin dia bisa menyukai gadis itu?

“Tergantung individunya, sih.”

“Menurutmu sajalah!”

“Apa cinta sepihak itu berlangsung lama? Perasaan gadis itu sangat dalam?”

Se Young membenarkan. Manager Cheon tanya, apakah keduanya pernah pacaran. Tidak, jawab Se Young. Menurut Manager Cheon sih agak aneh saja rasanya. Meskipun mengencaninya, mungkin mereka akan berpisah. Se Young cemberut mendengar pendapatnya, ia memberikan tiket milik untuk yang lain saja.


So Joon memutuskan untuk memindah berkas masa depan di komputernya ke dalam flashdisk. Dia kemudian menyimpan flashdisk itu ke dalam kotak.


Ma Rin sibuk menggunakan produk kecantikan yang diberikan So Joon, rasanya sungguh berbeda. So Joon menemui Ma Rin kemudian memberikan tiket nonton pertunjukan Kim Yuna. Dia menyuruh Ma Rin untuk datang bersama ibunya. Ma Rin senang, tapi kenapa So Joon tidak ikut bersamanya?

So Joon mengaku kalau dia mungkin punya kesibukan lain. Keduanya berniat makan malam dan Ma Rin akan menghangatkan pangsit. So Joon ingat di masa depan ada toko pangsit yang enak sekali. Ma Rin menolak untuk dibelikan, toh pangsit masa depan ataupun sekarang akan sama saja. So Joon bersikeras akan membelikannya, mumpung terakhir kali dia mau ke masa depan.


So Joon pergi dengan riang. Namun Ma Rin malah khawatir melihat tingkah So Joon yang begitu baik padanya. Keresahan Ma Rin seketika lenyap saat ia melihat ulang tiket Kim Yuna yang dibelikan So Joon.

Masa depan,

So Joon pergi ke toko pangsit dengan riang gembira.


Tak lama kemudian, Ma Rin masa depan keluar dari rumahnya dan menemukan dua porsi mandu tergeletak didepan gerbang. Ia pun mengambilnya kemudian masuk dalam rumah.


Sedangkan So Joon memperhatikan dia dari kejauhan. Dia tampak tak begitu bahagia dengan hal itu, seperti ada kesedihan yang tersembunyi.



Ki Doong dan Se Young ada dirumah Ma Rin. Keduanya masih membayangkan bagaimana pertunjukan Kim Yuna barusan. Ma Rin menemui mereka dan menunjukkan mandu yang dibawakan oleh So Joon masa lalu. Se Young menyayangkan karena mereka tak bisa mengajak So Joon makan bersama, meskipun dari masa lalu, dia tetaplah So Joon.

Ki Doong menyenggol tangan Se Young supaya berhenti bicara. Ma Rin coba tersenyum dihadapan mereka, dia mempersilahkan keduanya untuk pergi kencan. Sekarang kan sedang malam natal.

Sedangkan dimasa kini,

Ma Rin dan So Joon menonton video pertandingkan alfacraft dan manusia. Keduanya kegirangan mengetahui kemenangan Yo Hwan Hyung. So Joon memperingatkan supaya Ma Rin tidak mengatakan hal ini pada siapapun. Ma Rin mengerti, dia pun kembali memakan pangsit yang dibawakan oleh So Joon. Enak!

Masa depan,


Ma Rin memakan pangsit yang dikirim So Joon dalam suasana penuh kesedihan. Ia kemudian menonton video yang dikirimkan So Joon masa lalu untuknya, So Joon berkata jika Ma Rin sudah menonton video-nya maka mereka sudah tak bersama lagi. Dia meminta maaf tak bisa mengubah takdir mereka.


“Ini agak lebay. Tapi, aku ingin meninggalkan pesan padamu seperti ini. Aku memikirkannya secara mendalam. Aku ingin ada di sana untukmu, yang saat ini di sisiku. Jadi, aku ingin mencoba yang terbaik hari demi hari sekarang. Aku akan melakukan segalanya yang kubisa untuk dia. Tapi kau, cukup tunggu sampai bisa melupakanku. Sampai saat itu tiba, cukup lupakanlah aku. Dengan menikahi aku, kau menjadikanku sempurna. Terimakasih. Aku mencintaimu.”


Ma Rin tak bisa lagi menahan air matanya menonton video kiriman So Joon. Dia menangis sendirian, menanggung kepedihannya tanpa seorang pun menemani.

Masa kini,

Ma Rin berkata jika So Joon adalah pria pertama yang memperlakukannya dengan sangat baik. Tapi, dia tak perlu sebaik itu padanya. Rasanya dia seperti seseorang yang akan pergi. Jadi, tidak perlu terlalu bekerja keras untuk membuatnya bahagia. Tapi, bisakah sekali saja dia memberikan nomor lotre padanya?


So Joon menolak apapun alasannya. Baiklah, Ma Rin meletakkan kepalanya di pangkuan So Joon. Dia ingin menonton berita, belakangan menonton berita terasa menyenangkan karena dia sudah mengetahui banyak hal dari So Joon. Seolah menggelikan karena semuanya benar-benar terjadi.

“Aku juga merasa begitu. Dunia jadi terasa mudah dan segala sesuatu tidak penting. Menggelikan sekali.” Ujar So Joon dengan senyum pahit.



Berita TV menayangkan sebuah kecelakaan mobil dijalan raya. Ma Rin terkejut mendengar berita tersebut, dia meminta So Joon untuk berhati-hati selama mengendarai mobilnya. Bukannya menjawab, So Joon malah meneteskan air mata. Ma Rin sampai heran, apa dia menangis?

“Entahlah. Aku merasa tidak enak melihatnya. Mereka pasti juga memiliki orang-orang tercinta. Orang yang ditinggalkan juga pasti kesulitan.”


Ma Rin tersenyum merasa jika hati So Joon terlalu lembut. Dia menenangkan dengan memberikan pelukan hangat. Dia menepuk punggungnya dengan perhatian, jangan menangis lagi.


Keesokan harinya, Sekretaris Hwang dipindahkan untuk menjadi Sekretaris Direktur Wang. Sekretaris Hwang berjanji akan bekerja dengan baik. Sekretaris Wang menerimanya dengan senang hati, meskipun dia benci dengan Direktur Kim tapi dia suka dengan sikap loyal yang ditunjukkan Sekretaris Hwang. Tapi sekarang Direktur Kim benar-benar tamat.

“Kenapa? Apa terjadi sesuatu?” tanya Sekretaris Hwang.


Ki Doong kembali ke ruangannya dan mengungkit masalah proyek Jangho yang dikerjakan oleh Direktur Kim. Padahal sebelumnya So Joon juga sudah bilang kalau proyek itu akan gagal. So Joon tanya apakah ada perkembangan dari tim audit. Dia menyuruh Ki Doong untuk menemukan informasi apakah mereka melakukan penjualan gedung atau tidak.


Sedangkan Ma Rin dan So Ri datang menemui Gun Sook yang nangis-nangis pengin menceraikan Direktur Kim. Kemarin, dia teriak-teriak dari ruang kerjanya. Gun Sook sungguh ketakutan dan mengunci diri di kamar. Kelakuannya semakin buruk, keluyuran tiap malam. Dia yakin jika suaminya menyembunyikan sesuatu darinya.

Ma Rin menenangkan, dulu juga dia begitu. Dia sampai mencurigai suaminya adalah seorang mata-mata. Gun Sook masih pengantin baru makanya dia masih sangat sensitif. Tidak, Gun Sook tidak merasa begitu. Direktur Kim sudah menatapnya sebelah mata, bahkan saat membuang pena dari Happiness saja sudah membuatnya ngamuk.


So Ri menyarankan agar Gun Sook memeriksa blackbox suaminya. Menurut pengalamannya, itu adalah hal yang mudah. Gun Sook mengaku sudah melakukannya, dia bukan seorang amatir tahu. Tapi sayangnya, blackbox di mobil suaminya sudah dihapus. Memangnya apa yang telah suaminya lakukan sampai menghapus blackbox segala?

Navigasi. So Ri menyarankan agar mereka memeriksa navigasinya juga. Dia bisa tahu kemanapun suaminya pergi.


Benar juga, ketiganya bergegas menuju mobil Direktur Kim yang tidak digunakan hari ini. Gun Sook menemukan banyak sekali alamat yang ada disana. Ma Rin membantu memotret jajaran alamat yang tertera, tapi kok semuanya alamat konstruksi Happiness. Gun Sook jadi heran, Happiness lagi?


Mereka bergegas pergi. Namun sejenak Ma Rin tertegun memperhatikan mobil milik Direktur Kim, mobil yang dia gunakan mirip dengan mobil yang berpapasan dengannya saat ia menuju ke kontruksi Happiness tempat Ayah Se Young meninggal.


Sedangkan Direktur Kim sedang sibuk bertemu Direktur dari Grup LE. Dia marah bukan kepalang saat Direktur itu membatalkan pembangungan gedung utamanya di Jangho. Menurut perkiraan, tempat yang strategis malah disampingnya. Direktur Kim jelas saja marah karena merasa dirugikan, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk proyek itu. Direktur sama sekali tak menggubris kemarahan Direktur Kim, dia cuma tersenyum sinis saja. Direktur Kim sampai ingin melemparnya dengan kursi, kenapa tersenyum!


Diluar gedung, Direktur Kim menelepon investor-nya tapi mereka sudah mendengar kabar jika dia melakukan penipuan. Direktur Kim meyakinkan jika ini bukanlah penipuan. Dia terus membujuk investornya sampai kesal sendiri saat mengakhiri teleponnya. 

Dia ingat dengan perkiraan So Joon yang mengatakan jika daerah yang punya potensi besar adalah disamping Jangho. Dia jadi makin penasaran, Yoon So Joon, siapa sebenarnya dia?


So Ri menduga jika Direktur Kim berselingkuh dengan karyawan happiness. Namun Ma Rin tak berfikir demikian, dia bergegas kembali ke rumah Gun Sook dan menyuruh So Ri pulang duluan.


So Joon siap berangkat menuju masa depan, dia tanya apa yang diinginkan oleh Ki Doong untuk perjalanan terakhirnya ke masa depan. Ki Doong cuma pingin nomor lotre urutan satu, dua kemudian lowongan pekerjaan. So Joon tak merespon permintaan itu, dia berangkat. Ki Doong berdecih sebal, kalau begitu kenapa menawarkan padanya?


Direktur Kim yang penasaran dengan rahasia So Joon pun memutuskan untuk membuntutinya.



So Joon yang tidak sadar terus berjalan menuju ke stasiun subway. Dan Direktur Kim ikut menumpang disana. Dia menghampiri So Joon dan menyapanya, sudah lama tak bertemu. Jelas saja So Joon mendelik kaget, dia tak mau menyapanya.

Bertepatan saat itu juga, cahaya dalam subway berkedip-kedip, tandanya mereka sudah di masa depan.


Ma Rin kembali menemui Gun Sook. Dia baru ingat ada tempat untuk merestorasi memori blackbox. Apakah Gun Sook mau mempercayainya dan memberikan rekaman blackbox padanya untuk direstorasi?


So Joon menatap Direktur Kim benci, “Apa yang kau lakukan?”

Komentar

  1. Semoga ending tidak mengecewakan.. tinggal minggu dpn lg nih..trims sinopsisnya mbak...

    BalasHapus
  2. D tunggu kelanjutan y, semoga happy ending..

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar jika berkenan. Dilarang copas ya kawan! Happy Reading ^_^

Postingan populer dari blog ini

SINOPSIS I Love My President Though He is A Psycho Episode 1 Bagian 1

SINOPSIS I Love My President Though He is A Psycho Episode 1 Bagian 1 Terdengar seorang pembaca berita mengabarkan jika salah satu orang terkaya di dunia, President N.E Grup baru saja kembali ke China setelah rumor tiga tahun yang lalu dan hubungan inti*nya bersama seorang wanita. Disebuah hutan, seorang wanita berjalan dengan kelelahan melewati semak. Seorang diri, ia tampak putus asa mencari tempat pertolongan. “Qian Chu, kenapa kau tidak bisa datang menyelamatkanku? Aku merindukanmu.” Batinnya.

SINOPSIS My Secret Romance Episode 1 Bagian 1

SINOPSIS My Secret Romance Episode 1 Bagian 1 Sumber gambar: OCN EPISODE 1: Cinta Satu Malam Seorang pria berkemeja putih memasuki sebuah tempat hiburan malam. Ditengah hiruk pikuknya suasana disana, pria itu sama sekali tidak terpengaruh untuk ikut berbaur bersama mereka. Bahkan saat ada wanita bergaun merah menggodanya, pria itu acuh tak acuh. Namun tanpa sepengetahuan pria itu, saat si wanita gaun merah tengah memegang dadanya, terdengar suara jepretan kamera.

SINOPSIS Strongest Deliveryman Episode 1 Bagian 1

SINOPSIS Strongest Deliveryman Episode 1 Bagian 1 Sumber bagian: KBS2 Seorang pria mengendarai motornya memecah kegelapan malam. Dia, Choi Gang Soo (Go Kyung Pyo), seseorang yang tak bisa tinggal menetap disuatu tempat. Setelah dua bulan, dia akan mulai mengepak barangnya dan pergi. Tapi, diwaktu itu, dia membuat banyak masalah. Tubuh bertatonya memberikan kesan ‘aku adalah pria gila di lingkungan ini’ .