SINOPSIS Man to
Man Episode 12 Bagian 1
Sumber gambar:
jtbc
Saat
Seol Woo sudah jatuh ke sungai, Tae Ho mengabarkan pada Seung Jae kalau dia
sudah menyingkirkan Agen K. Seung Jae tidak menginginkan itu, yang dia mau
adalah menyerahkan Agen K pada orang Rusia.
“Mereka
tidak sebanding dengan K. Aku menyingkirkan risiko kegagalan dan memilih metode
gagal yang paling aman. Berarti aku telah memenuhi syaratmu, jadi tolong tepati
janjimu.” Pungkas Tae Ho.
Ketua
Viktor sudah menerima laporan dari orang suruhannya, katanya sudah ada yang
mengatasi K. Seung Jae membenarkan, dia tahu sendiri bagaimana Agen K makanya
dia sendiri yang harus mengatasinya.
Sebenarnya
Ketua Viktor menyayangkan hal itu, dia ingin menyelesaikan Agen K dengan
tangannya sendiri. Meskipun begitu, dia tak terlalu memprotes keputusan Seung
Jae. Ini kesepakatan yang bagus.
Seol
Woo tenggelam makin dalam tak sadarkan diri. Ingatannya perlahan memutar kembali
kenangannya selama ini. Kenangannya bersama Do Ha dan Un Gwang. Ingatan-ingatan
itulah yang memicu kesadaran Seol Woo untuk kembali. Begitu matanya terbuka,
dia langsung berenang menyelamatkan diri.
Dia
berjalan dengan terseok-seok. Wajahnya sudah pucat pasi dan darah terus
mengalir dari perutnya. Bukannya ke rumah sakit, Seol Woo pergi ke tempat
persembunyian Ki Chul. Ki Chul yang sudah terbiasa melihat hal semacam ini pun
memberikan pertolongan pertama dengan tenang. Kenapa tidak ke rumah sakit saja?
Kalau
soal luka tembak, Seol Woo lebih percaya pada Agen Ghost. Ki Chul heran dia
bisa mempercayainya, kalau dia membunuh Seol Woo, maka dirinya akan lenyap
selamanya (karena tidak ada yang tahu keberadaannya selain Seol Woo).
“Kau
tidak bisa membunuhku. Masih ada dendam yang harus kau balaskan.”
Cemas
menunggu kedatangan Seol Woo, Do Ha memutuskan untuk pergi ke studionya. Karena
teleponnya tidak diangkat, dia memutuskan untuk menanyakan keberadaan Seol Woo
pada Un Gwang.
“Kim
Guard? Dia tak ada disini.”
Do
Ha bertambah cemas, mereka sudah janjian tapi dia tidak bisa menghubunginya. Un
Gwang tahunya Seol Woo menemui orang yang ada di pihak mereka, mungkin
diskusinya berlangsung lama. Dia mana mungkin ke luar kota untuk menghindar
membayar 5 juta dolarnya.
Eih..
Un Gwang jadi cemas.. tapi kemudian dia menggeleng mengenyahkan pikiran
negatifnya, tidak mungkin. Ngomong-ngomong, mereka berdua mau bertemu? Jam segini?
Cuma berdua? Sekarang dia dimana?
“Di
tempat studionya. Aku datang karena aku khawatir tapi dia tidak di sini.”
“Dia
pasti akan segera menelepon. Dia tidak akan menghilang tanpa memberitahu kita
lagi.”
Do
Ha berfikir begitu, dia pasti baik-baik saja. Ia mengakiri teleponnya dengan Un
Gwang. Ia diam memperhatikan studio Seol Woo dan menemukan sebuah pintu
mencurigakan yang ada disana. Penasaran, ia pun memasukinya.
Ki
Chul selesai merawat luka di perut Seol Woo, peluru tak merusak tulang maupun
organ dalam lainnya. Beruntung, siapa yang menebaknya? Seol Woo tahu kalau ini
bukanlah keberuntungan, berarti penembak punya kemampuan yang sangat bagus.
Ki
Chul bisa menebak kalau pelakunya adalah orang di pihak mereka. Seol Woo
terdiam, berarti dia menginginkan dirinya menghilang. Ki Chul sudah menduga,
cara memperlakukan Agen Ghost tidak pernah berubah. Memanfaatkan ketika butuh
kemudian mereka tidak akan memperdulikannya lagi.
“Apa
karena itu, kau memutuskan berkhianat?”
Bagi
Ki Chul, negara yang memanfaatkannya dan tak memperdulikannya tidaklah
berharga. Ia memilih keluarganya dibandingkan pengkhianatan negara. Sekarang,
Seol Woo juga harus membuat pilihan. Seol Woo terdiam merenungkan ucapannya.
Dong
Hyun menemui Tae Ho, dia kira Tae Ho akan menunggunya di gerbang. Apa dia
sedang sibuk? Tae Ho mengiyakan. Dong Hyun bertanya-tanya dimana keberadaan K. Dia
tidak ditempatnya dan tidak meneleponnya.
“K
sudah pergi.”
“Kemana?
Dia menjalankan misi?”
Misi
ukiran kayu sudah selesai, jadi K sudah pergi. Dong Hyun mendesah, bisa-bisanya
brandal itu pergi tanpa memberitahunya. Tapi yah, memang sikapnya seperti itu. Lalu
berarti ukiran kayu ketiganya sudah didapatkan?
Tae
Ho akan mendapatkannya besok. Dong Hyun tak menyangka semuanya berjalan dengan
begitu cepat saat ia tidak ada. Apa yang terjadi? Apa dia tahu siapa yang sudah
mengkhianati agen Y?
Belum.
Tae Ho yakin kalau ia akan mengetahuinya begitu menyelesaikan misi ukiran kayu.
Ia menyuruh Dong Hyun untuk pulang dulu, beristirahat saja. Dong Hyun diam
menatap kepergian Tae Ho dengan penuh kecurigaan. Ia melihat surat yang
ditinggal K, K mengatakan kalau Tae Ho mengetahui siapa yang mengkhianati Agen
Y.
Seol
Woo pulang ke studionya dengan langkah gontai. Do Ha menghampirinya dengan
panik, apa yang terjadi dengannya? Kenapa dia tidak mengangkat teleponnya? Seol
Woo tersenyum kecil, dia menunggunya?
Do
Ha jual mahal, apa-apaan dia menunggunya. Seol Woo lemas tak kuat menopang
tubuhnya lagi, ia pun jatuh ke pelukan Do Ha. Do Ha baru sadar kalau Seol Woo
demam tinggi, ia harus ke rumah sakit. Seol Woo mengeratkan pelukannya, jangan
ke rumah sakit.
Do
Ha pun memapahnya ke tempat tidur. Saat menyelimuti tubuh Seol Woo, ia terkejur
melihat darah yang mengotori tangannya. Kontan Do Ha menyibak selimutnya dan
menemukan perut Seol Woo terluka. Ia jelas terkejut dan bergegas mengompresnya
supaya demamnya turun.
Setelah
kondisinya membaik, Seol Woo bangun dari tidurnya. Do Ha langsung
menghampirinya, apa dia sudah membaik? Dia sudah tidur selama tiga hari
berturut-turut. Makanlah bubur dulu, Do Ha tersenyum lebar menatap bubur yang
dimasaknya sendiri.
Mereka
berdua menghabiskan waktu untuk nonton film dirumah. Do Ha menyenderkan
kepalanya di pundak Seol Woo. Filmnya sangat menyedihkan, akhirnya nanti si
pria.. Ah, Do Ha tidak mau memberikan spoiler. Tapi nanti akhirnya mereka
berdua bertemu lagi dengan menyedihkan.
Karena
Seol Woo sudah membaik, mereka berdua juga jalan-jalan keluar rumah. Do Ha
senang mengingat mereka sudah menjalani segala macam jenis kencan. Mereka makan
bersama, menonton film, dan minum teh. Tapi kok rasanya hari ini kafe terasa
sangat sepi? Do Ha mengedarkan pandangan, pengunjung kafe itu cuma dia dan Seol
Woo saja.
DOR!
DOR! Do Ha tak sempat bereaksi sama sekali saat dua peluru menghujam dadanya. Tubuhnya
terkulai lemah. Seol Woo yang duduk dihadapannya pun sama sekali tak bisa
bereaksi, semuanya sangat mendadak.
Setelah
sekian detik, Seol Woo bangkit dari duduknya dan berbalik untuk melihat siapa pelaku
penembak Do Ha. Betapa tak disangkanya, orang yang menembak dada Do Ha adalah
dirinya sendiri. Dirinya yang punya ekspresi begitu dingin.
Tapi
semua itu hanyalah mimpi. Seol Woo bangun dari mimpi burunya dengan nafas tak
teratur. Do Ha sungguh mengkhawatirkannya, dia demam tinggi sekali. Apa yang
terjadi? Katanya tadi dia bertemu dengan orang di pihak mereka, tapi kenapa
malah dia jadi begini?
Seol
Woo menarik Do Ha dalam pelukannya. Syukurlah, Do Ha tetap aman. Do Ha menangis
khawatir, dia kan sudah janji tidak akan pergi tanpa pamit. Seol Woo membelai
kepalanya, ia berjanji tidak akan pergi. Tanpa izin dari Do Ha, ia tidak akan
mati.
Sekretaris
Jang kembali menjemput Tae Ho dan Dong Hyun yang tengah mengintai Tae Ho pun
melihat interaksi mencurigakan mereka.
Seung
Jae mengaku suka dengan cara kerja Tae Ho. Tak banyak omong, Tae Ho menyerahkan
dua kunci yang sudah ia dapatkan dan menyuruhnya untuk menepati janji. Seung
Jae semakin suka dengan Tae Ho yang tak suka pamer, ia pun menunjukkan kunci
ketiga yang dimilikinya.
Mereka
akan menyelesaikan segalanya sekarang. Tae Ho mengambil ketiga kunci tersebut
kemudian menyatukannya.
“Subjek
kesepakatan dalam pertukaran ukiran kayu ketiga adalah aku.” Jelas Seol Woo.
Un
Gwang berdecih tak menyangka, “Jadi, siapa yang menembakmu?”
Ketua
Tim Jang, jawab Seol Woo. Do Ha rasa banyak cara dalam memalsukan kematian,
untuk apa juga harus melakukan penembakan pada seseorang. Seol Woo sebenarnya
kelihatan kecewa, tapi dia menutupinya dan berkata kalau Ketua Tim Jang memilih
metode yang paling anti gagal karena tak ada masalah kalau ia meninggal.
Dong
Hyun sudah menyamar menjadi petugas bersih-bersih. Dia tanya pada petugas jaga
disana, apa benar kalau mobil yang ada disana adalah milik Presdir? Petugas
awalnya tampak curiga namun Dong Hyun beralasan jika atasan yang sudah memerintahkannya.
Petugas
pun membenarkan. Dong Hyun tertawa-tawa sok polos kemudian berjalan menghampiri
mobil itu. Secara sembunyi-sembunyi, dia mengeluarkan pistol palsu kemudian
menembahkan alat pelacak ke ban mobil milik Seung Jae.
Didalam
gedung, Tae Ho sudah menyatukan ketiga bagian kunci. Dia kemudian meraba sandi
yang terdapat di kunci tersebut dan menemukan titik koordinat GPS-nya. Sugeumsan.
Gudang Produksi Songsan.
Seung
Jae bisa tersenyum puas sekarang.
In
Soo mendapatkan kabar dari Agen BIN kalau Dong Hyun sudah dibebaskan. In Soo
terkejut karena pembebasannya begitu tiba-tiba. Agen BIN menjelaskan bahwa
Kantor Kejaksaan sudah menerima bukti yang diserahkan oleh Ketua Tim Jang Tae
Ho dari BIN.
Tapi
tetap tidak masuk akal bagi In Soo, masa dengan banyaknya orang yang disogok,
mereka tidak bisa menahannya. Ada yang aneh dengan orang-orang itu. Semua ini
hanya bisa terjadi kalau Ketua Mo.. In Soo mengernyit menyadari kemungkinan
jika Seung Jae sudah mengkhianatinya.
“Semalam,
dia mengadakan pertemuan rahasia dengan Ketua Victor dari Rusia.”
“Ketua
Victor? Berarti dia ingin mendapatkan ukiran kayu ketiga. Tapi Presdir Mo itu
bahkan tidak mengajakku ikut pertemuan itu?” In Soo semakin curiga.
Bagaimanapun
juga, Seol Woo tetap berjanji akan mengembalikan lima juta won yang dipinjamnya.
Nyeri masih terasa di perutanya, Seol Woo pun meringis kesakitan. Do Ha sungguh
mengkhawatirkan kondisinya. Apa dia baik-baik saja? Apa perlu ke rumah sakit? Ia
pun memintanya untuk kembali rebahan.
Un
Gwang kurang nyaman melihat kemesraan mereka berdua. Berat, tapi Un Gwang
menyuruh Seol Woo tidak memikirkan masalah itu dulu. Dia harus hidup kalau dia
mau mengganti uangnya atau balas dendam dan semacamnya. Cepatlah sembuh, dia
akan mengatakan pada yang lain kalau dia sedang berlibur.
“Aku
juga?” tanya Do Ha.
Iyalah,
memangnya siapa yang mengurusnya? Memangnya artis hallyu seperti Un Gwang harus
mengurusnya. Atas namanya, dia menyuruh Do Ha merawat Seol Woo. Ingat, atas
nama dirinya. Lakukan hal-hal yang diperbolehkan olehnya. Jangan sampai
melakukan hubungan intim.
Dong
Hyun terus mengintai pergerakan Sung Jae dan Tae Ho. Ia kemudian menelepon
seseorang.
Sung
Jae dan Tae Ho masuk ke gudang Songsan namun tak ada apapun disana. Seung Jae kelihatan kecewa. Namun begitu
memeriksa box yang ada dalam gudang itu, mereka menemukan pintu rahasia. Sung
Jae berubah senang, cukup pintar dia dalam menyembunyikannya.
Seol
Woo sendiri di kamarnya. Dia merenung memikirkan semua peringatan yang
dilontarkan Tae Ho. Memerintahkannya untuk bersembunyi, menyuruhnya untuk
mengundur misi mereka dulu. Kemudian dia menyerahkan kuncinya. Dan Tae ho
mengatakan kalau misinya sudah berakhir kemudian menembaknya.
Begitu
sampai ke ruang bawah tanah, Seung Jae menyuruh semua anak buahnya untuk keluar
darisana. Tae Ho pun menyatukan kuncinya kemudian membuka pintu ruang bawah
tanah tersebut. Begitu pintu terbuka, Seung Jae takjub menemukan banyaknya barang
antik dan tumpukan uang yang sangat.. sangat.. banyak.
Seol
Woo melihat catatan tanggal-tanggal. Michael mengatakan kalau Agen Y dan Tae Ho
bertemu setiap Senin disana. Seol Woo terus melihat catatan itu dan menemukan
kode ‘Rev 127’
Gudang
bawah tanah itu berisi uang kotor kakek Seung Jae dan nilainya triliunan. Seung
Jae tersenyum senang, ini adalah uang yang kakek percayakan padanya. Berarti ia
adala Raja. Tae Ho tanya, mau dia apakan uang ini?
Seung
Jae akan menghabiskannya untuk mengubah dunia. Dunia di mana seseorang yang
menghabiskan uang merasa dihargai. Dunia di mana nilai uang sangat dihargai. Dunia
di mana seseorang dinilai berdasarkan uang. Ia ingin terus bekerjasama dengan
Tae Ho.
Katanya
dia membutuhkan rekaman warisan kakeknya, ia mempersilahkan Tae Ho untuk
mencarinya. Tae Ho pun menuju rak yang berisi banyak sekali kaset.
Michael
mengatakan pada Seol Woo kalau pertemuan antara Agen Y dan Tae Ho tidak
menghasilkan apapun. Seol Woo tanya, apakah pastor pernah bertemu dengan Agen Y
lagi setelah itu?
“Dia berkata apa yang ditemukan bukanlah
segalanya. Jika ini kehendak Tuhan. ia akan menuntunmu ke jalan yang benar. Jalannya
ada di dalam Firman Tuhan.” Ucapan Michael itu membuat Seol Woo kembali
membaca alkitab untuk menemukan jawabannya.
Seol
Woo menemukan sebuah ayat, “Karena Allah berfirman dengan satu dua cara tetapi
orang tidak memperhatikannya.”
Tae
Ho tidak bisa menemukan rekaman yang dicarinya karena ada rekaman yang hilang. Seung
Jae menghampirinya, apalagi yang hilang?
“Aku
saja yang akan mencarinya.” Ujar Dong Hyun menunjukkan surat penyitaan. Dia
menyapa Tae Ho, hai teman, kenapa dia ada disana?
Omong
kosong! Seung Jae mengklaim kalau gedung dan uang ini adalah miliknya. Baiklah,
Dong Hyun menganggap kalau ucapannya barusan adalah pengakuan, dan sudah
terlihat jelas kalau barang-barang ini adalah barang ilegal.
Seung
Jae menuduh Tae Ho sengaja melepaskan Dong Hyun untuk melakukan ini. Tae Ho
mencoba berbicara dengan Dong Hyun, ini adalah misi BIN. Dong Hyun meminta
mereka berbicara di kantor kejaksaan. Entah misi BIN atau bukan, ia akan
menangkapnya kalau menghalangi proses penegakan.
Seung
Jae coba menyumpal Dong Hyun, dia beruntung kalau berubah pikiran hari ini. Boleh
lah dia mengambil beberapa barang darisana. Dong Hyun berterimakasih atas
tawarannya. Tapi dia lebih memilih semuanya ketimbang mengambil beberapa.
Dia
menunjukkan pulpen perekam yang ada disakunya. Juga, Seung Jae tertangkap basah
berusaha menyuap seorang pejabat publik. Dia pun menyuruh anak buahnya untuk
menangkap Seung Jae.
Tae
Ho kembali mencoba menjelaskan pada Dong Hyun. Namun Dong Hyun sudah geram
padanya dan langsung menghantam wajahnya, kalau mau mengatakan sesuatu, katakan
di kantor kejaksaan.
Ditunggu part 2 nya mba puji semangat ya nulis nya..
BalasHapusKeren bgt sinopsisnya. Smgt y
BalasHapusDitunggu mbak sinopsisnya.
BalasHapusTulisannya jelas.
Gambarnya banyak.
Berasa nonton film langsung.
Semangat mbakkk
Mbak puji di tunggu part 2 nya..terima kasih
BalasHapusDi tunggu part 2 nya kak 😀
BalasHapuspenasaran banget..
BalasHapuswoooowwwwwww.......... tak sabar lagi nunggu ending cerita....
BalasHapusTQ sinopnya yaaaaa