SINOPSIS Suspicous Partner Episode 30
Sumber gambar: SBS
Ji Wook tak bisa tidur dengan nyenyak malam
harinya. Perlahan ia membuka matanya, dan melihat sosok Tuan Eun Man Soo yang
menghampirinya dan bersiap mencekiknya.
Dia merajuk kaget dan bangkit dari tidurnya. Begitu
bangun sepenuhnya, Ji Wook baru menyadari kalau sosok yang menghampirinya
bukanlah Tuan Eun Man Soo melainkan Bong Hee.
“Apa kau baik-baik saja?” tanya Bong Hee duduk
disampingnya.
Ji Wook masih ngos-ngosan, dia tidak apa-apa kok.
Sejak kapan Bong Hee dikamarnya? Bong Hee mengaku kalau ia sudah menunggu cukup
lama. Ji Wook melihat bantal yang dipeluk Bong Hee, ia pun tersenyum kecil
karenanya.
Bong Hee buru-buru meluruskan kesalahpahaman, dia
cuma mengkhawatirkan Ji Wook. Dia bermimpi terus dan tak bisa tidur. Dia tak
punya niat lain maupun niat tersembunyi. Jangan salah paham yah.
Ji Wook menggeleng polos pura-pura tak mengerti.
Tapi kemudian dia tersenyum juga, “Baiklah, aku mengerti.”
Keduanya kembali rebahan di sofa. Bong Hee penasaran
dengan alasan Ji Wook yang ingin menjadi seorang jaksa. Ji Wook berkata kalau
Ayahnya adalah seorang jaksa. Ah, Bong Hee mengerti sekarang, Dia pasti ingin
menjadi seperti ayahnya. Ayahnya pasti bangga dengannya.
Entahlah, Ji Wook tidak yakin akan hal itu. Bong
Hee berbalik menatap Ji Wook, kenapa dia berfikiran ayahnya tidak bangga
dengannya. Ji Wook tidak menjawab dan mengalihkan pembicaraan, bagaimana dengan
Bong Hee? Kenapa dia menjadi seorang pengacara?
Bong Hee menjadi pengacara karena seorang hakim
mesum. Ia berhenti menjadi atlet dan mempelajarinya. Dan semakin dalam
mempelajarinya, ia semakin merasa kalau dia memang ditakdirkan menjadi
pengacara. Ia ingin membela orang-orang seperti ayahnya.
“Mereka orang-orang seperti apa?”
Orang-orang seperti Bong Hee, orang-orang yang
tidak bersalah tapi disalahpahami di dunia ini dan dijebak. Ji Wook keceplosan
ingin mengatakan sesuatu, “Semua penjahat di dunia...” tapi dia buru-buru
menghentikan ucapannya dan memeluk Bong Hee.
Ji Wook memeluk Bong Hee dengan sedih, “Maafkan
aku, maafkan aku Bong Hee.”
Esok paginya saat Bong Hee terbangun, ia sudah
tidur di sofa sendirian. Sementara Ji Wook sudah pergi untuk berolahraga. Namun
pikirannya masih saja tertuju pada insiden kebakaran dimasalalu.
Sepulangnya berolahraga, Bong Hee sudah menantikan
kedatangan Ji Wook dan segera menyodorkan jus untuknya. Dia sudah mencampurkan
bahan sehat kedalamnya. Ji Wook kelihatan ragu tapi ia tetap meminumnya. Uek,
Ji Wook hampir saja memuntahkannya tapi dia menahan diri dan terus meminumnya.
Selanjutnya, Bong Hee meminta morning kiss
untuknya. Ji Wook kelihatan kaget, dia beralasan kalau dia baru saja
berolahraga dan berkeringat bau. Dia mau mandi dulu, Ji Wook pun bergegas naik ke
kamarnya.
Bong Hee memperhatikan dia dengan keheranan, “Padahal
kan itu bagian yang paling bagus.”
Ia memperhatikan jus buatannya, apa mungkin dia
kesal karena jus-nya tidak enak. Bong Hee mencicipinya dan hampir menyemprotkannya.
Ah, benar kalau rasanya tidak pantas. Ia meyakinkan diri kalau itu mungkin
alasannya yang membuat Ji Wook kesal.
Yoo Jung naik ke lift, bertepatan saat itu Ji Hye
juga ada disana dan sedang berdandan. Keduanya sama-sama kaget. Yoo Jung tak
mengira kalau dia tinggal disana, sejak kapan dia pindah?
Dua minggu yang lalu, jawab Ji Hye. Yoo Jung
mendesah tak suka, dia tahu kalau Ji Hye menjadikannya sebagai teladan tapi
kalau dia sampai pindah gara-gara dirinya, itu agak menakutkan. Semakin mengenalnya,
opininya tentang Ji Hye semakin berubah. Dia juga berdandan di lift, tempat
umum, itu agak keterlaluan.
Ji Hye rasa hal semacam itu sudah biasa jaman
sekarang, toh dia tidak melakukannya setiap hari. Yoo Jung bergumam mengatakan
kalau dia bisa menyimpulkannya dalam sekali lihat. Ji Hye kelihatan kesal, itu
namanya generalisasi yang terlalu terburu-buru.
“Hei, Ji Hye sikapmu tidak sopan belakangan ini.”
kesal Yoo Jung.
Eun Hyuk tak bisa duduk dengan tenang mengingat
sosok pria yang ditemui Yoo Jung sebelumnya. Dia ingat pernah bertemu
dengannya, tapi dia lupa siapa dia. Ji Wook dan Kepala Bang menegurnya karena
dia sudah mengganggu kosentrasi mereka.
Bong Hee sibuk membaca berkas, dia bertanya
mengenai saksi dalam kasus kebakaran. Ah, Eun Hyuk langsung bisa mengingatnya. Ia
buru-buru kembali ke mejanya dan membuka berkasnya. Pria itu adalah Lee Joon
Hae, dia saksi yang mengatakan kalau dia melihat Kang Sun Il di TKP.
Tuan Lee datang ke pengadilan sebagai saksi mata
dan juga menyulut kebakaran. Apa itu kebetulan? Ji Wook pun berfikiran kalau
mereka bisa mencurigainya juga. Banyak orang yang menyulut kebakaran,
melaporkannya ke polisi dan orang akan menganggapnya sebagai pahlawan.
Polisi biasanya memastikan adanya video di TKP.
Jadi mereka harus mengumpulkan videonya terkait kebakaran itu. Pelaku mungkin
ada disana menonton di TKP. Ji Wook meminta Kepala Bang untuk melakukan tugas
itu.
Namun Kepala Bang berlagak sakit perut, lukanya
belum sembuh sepenuhnya dan masih gatal. Kontan Eun Hyuk, Bong Hee dan Ji Wook
tidak jadi meminta dia melakukannya, biar mereka saja yang mencarinya.
Dalam perjalanan, Bong Hee sibuk memeriksa
berkasnya. Kalau memang Tuan Lee yang menyulut kebakaran dan Kang Sun Il yang
di penjara, ia yakin Kang Sun Il pasti sangat kesal menerima tuduhannya.
Ji Wook belum bisa memastikannya karena memang
mereka tidak punya bukti kalau dia memang tidak melakukan kesalahan. Jadi
mereka perlu menggali informasi lebih dalam. Bong Hee tahu tapi ada kemungkinan
kalau dia menerima tuduhan yang salah.
Ji Wook menyuruh Bong Hee tidak terlalu berempati
dulu. Bong Hee tidak merasa tengah berempati. Dari sudut pandang Ji Wook, Bong
Hee sudah terlalu berempati padanya. Itu sebabnya pengacara... Bong Hee tahu,
dia tahu kalau Ji Wook tidak menyukai pengacara.
Melihat ekspresi kesal Bong Hee, Ji Wook tahu kalau
dia sudah melukai perasaannya. Ia meminta maaf atas ucapannya. Ia pun
menggenggam tangan Bong Hee. Bong Hee juga mengucapkan maaf padanya.
Eun Hyuk pergi ke kantor Yoo Jung untuk menemuinya
tapi dia sedang tidak di tempat. Ia berniat meneleponnya, dia sendiri agak
ragu. Bertepatan saat itu, Ji Hye datang kesana. Eun Hyuk menanyakan keberadaan
Yoo Jung padanya. Ji Hye malu-malu, kenapa dia menanyakan tentang Yoo Jung
padanya?
Tentu saja, Eun Hyuk ingin membahas masalah
pekerjaan. Yoo Jung tahu, meskipun dia tak menekankannya pun dia sudah tahu. Dia
tak akan salah paham. Wkwkwk. Eun Hyuk mengernyit keheranan, apa?
“Kau punya nomor teleponnya, bukan? Kenapa kau
tetap menanyakan dia kepadaku.”
Eun Hyuk makin tak tahu arah pembicaraan Ji Hye. Dia
buru-buru pamit untuk pergi.
Bong Hee dan Ji Wook kembali setelah berhasil
mendapatkan beberapa berkas. Bong Hee dengan hati-hati bertanya apakah Ji Wook
tengah menyembunyikan sesuatu darinya. Ji Wook kelihatan kaget menerima
pertanyaan mendadak itu, apa?
“Jadi, memang ada.”
Ji Wook mengelak, dia tidak menyembunyikan apapun.
Baiklah, Bong Hee akan mempercayainya kalau begitu. Tapi apakah dia sudah
membuat kesalahan padanya? Ji Wook menggeleng. Masalah itu ada pada dirinya
sendiri, ini bukanlah kesalahan Bong Hee.
“Dan aku tidak boleh menanyakan apa masalahnya?”
Ji Wook mengangguk.
Bong Hee pun mengerti. Dia bergegas masuk ke
kamarnya dan duduk dengan penuh kekecewaan.
Eun Hyuk menunggu Yoo Jung di depan gedung
apartemennya. Dia mengaku sudah menghubunginya tapi tak dijawab. Yoo Jung
memang jarang memeriksa ponsel karena jarang yang menghubunginya. Dengan
santai, ia berjalan menuju ke gedung.
Eun Hyuk meminta waktu lima menit untuk bicara
dengannya. Yoo Jung lelah dan ingin cepat melepaskan sepatu hak tingginya. Dia
boleh ikut dengannya kalau memang dia mengingikannya.
Terpaksa, Eun Hyuk pergi ke apartemen Yoo Jung. Dia
berdiri didekat tembok dengan canggung. Yoo Jung cuma tersenyum kecil dan
menanyakan alasannya ingin berbicara. Eun Hyuk membahas saksi mata dalam kasus
kebakaran..
Tak basa-basi, Yoo Jung langsung tahu arah
pembicaraan Eun Hyuk. Lee Joon Jae, dia memang sudah mengakuinya. Tapi atasan
Yoo Jung ingin mengubur kasusnya. Eun Hyuk kesal, itu tidak masuk akal.
Yoo Jung memberikan berkas tentang Lee Joon Jae
yang sudah ia gali. Eun Hyuk boleh menggunakannya kalau memang mau. Eun Hyuk
heran, apa dia boleh melakukannya?
Yoo Jung tidak yakin. Sudah malam, dia menyuruh Eun
Hyuk untuk pulang. Atau, dia boleh menginap di rumahnya. Eun Hyuk jelas
terkejut dengan ucapannya. Yoo Jung terkikik geli, dia cuma bergurau. Apapun yang
ia lakukan, Eun Hyuk akan menganggapnya berdebah. Bukankah leluconnya memang
sangat cocok dengan dirinya?
“Hei, Yoo Jung. Berhentilah menekan dirimu. Itu
tidak bagus untukmu.”
Yoo Jung penasaran kenapa Eun Hyuk tidak mengatakan
pada Ji Wook kalau malam itu, tidak terjadi apa-apa diantara mereka. Eun Hyuk
berubah serius, bagaimanapun, sesuatu memang sudah terjadi. Dia sudah melukai
perasaan Ji Wook. Bagaimana dengan Yoo Jung, kenapa dia tidak mengatakannya?
“Karena memang benar aku melukainya.”
Sesampainya diluar gedung, Eun Hyuk sudah ditelepon
Kepala Bang dan mereka bertiga bertemu dikedai. Kepala Bang curhat dihadapan
dua orang yang sedang melamun, dia khawatir tidak mendapatkan jodoh. Dia masih
bujangan tapi punya luka tusuk di perutnya. Bagaimana menurut mereka?
“Menurutku, itu luar biasa. Aku menyukainya.” Ucap Ji
Wook.
“Benar. Menurutku itu tidak apa-apa.” Imbuh Eun
Hyuk.
Kepala Bang kesal, apanya yang luar biasa? Apanya yang
tidak apa-apa? Eun Hyuk dan Ji Wook kontan meminta maaf dengan lemasnya. Kepala
Bang makin kesal, apa sih yang sebenarnya mereka berdua khawatirkan? Kenapa
mereka berdua sangat murung? Hidup mereka tidak terlalu buruk.
“Semuanya salahku.” Ujar Eun Hyuk dan Ji Wook.
Kepala Bang menghela nafas berat, kenapa juga
mereka berdua harus meminta maaf. Ji Wook bingung, lalu apa yang harus mereka
lakukan? Ia merasa sudah kehabisan pilihan, dia meminta pendapat Kepala Bang. Eun
Hyuk juga sama dan meminta nasehat darinya.
Hmm.. Kepala Bang kembali menghela nafas berat
menyaksikan dua rekannya yang tak punya semangat itu.
Tak lama kemudian, Eun Hyuk dan Ji Wook sudah mabuk
berat. Bong Hee datang untuk menjemput mereka. Dia kesal pada Kepala Bang yang
sudah membuat keduanya mabuk. Ji Wook dan Eun Hyuk melambaikan tangan sambil
cengengesan gaje.
Mereka menyuruh Bong Hee bergabung dan minum
bersama mereka. Satu gelas saja.. tidak, tiga gelas saja.. eih, dua gelas. Bong
Hee cuma bisa mendesah kesal dan memapah mereka pulang.
Bong Hee memapah Ji Wook sampai ke kamarnya. Ia
berniat mengambilkan minum untuk meredakan mabuknya. Tapi Ji Wook tiba-tiba
memeluknya dengan erat.
“Kita tidak boleh berpisah, Bong Hee. Sekalipun aku
menyuruhmu pergi, jangan pergi. Kita harus selalu memikirkan diri kita sendiri.
Jangan tinggalkan aku. Kumohon.”
Bong Hee kelihatan terkejut dengan tingkahnya saat
ini, “Aku tidak akan meninggalkanmu.”
Esok harinya, Bong Hee masih terus kepikiran dengan
sikap aneh Ji Wook belakangan ini. sambil melamun, dia memakan camilan milik
Ketua Byun. Eun Hyuk menegurnya, Ketua Byun menyembunyikannya karena ingin
memakan camilan itu sendiri. Bong Hee sama sekali tidak perduli, dia bisa
pura-pura tidak memakannya.
Eun Hyuk bisa melihat raut kegundahan di wajah Bong
Hee. Dia akan bergabung bersamanya memakan camilan itu. Sekarang, waktunya dia
menceritakan permasalahannya. Bong Hee menolak, ini adalah masalah antara dia
dan Ji Wook jadi dia tidak akan menceritakannya.
“Kau punya masalah dengan Ji Wook?”
Bong Hee mengiyakan.. namun meralatnya kemudian,
tidak. Setelah terdiam beberapa saat, ia kembali membenarkan kalau memang ia
sedang punya masalah dengan Ji Wook. Eun Hyuk tersenyum paham, dia yakin kasus
yang ditanganinya saat ini mengingatkannya pada insiden keluargnya. Hal ini
juga berlaku untuk Bong Hee juga kan?
Bong Hee mengiyakan, ayahnya meninggal dalam
kebakaran. Eun Hyuk rasa Ji Wook mengalami trauma dengan hal ini, karena dia
juga terjebak dalam kebakaran itu. Entah mau atau tidak, dia menyaksikan
kejadian itu dengan matanya sendiri. Hanya dia yang selamat, mungkin dia merasa
bersalah.
“Begitu
rupanya. Kalau diingat kembali, kenapa aku tidak memahaminya?” batin Bong
Hee.
Mereka
kembali melakukan rapat. Kepala Bang berkata kalau dalam daftar penyulut
kebakaran di distrik itu, Lee Joon Hae hanya terdaftar dalam percobaan
pembakaran. Dia juga tertangkap dalam kamera. Ji Wook masih belum bisa
menerimanya, itu tidak bisa dijadikan bukti kalau dia bersalah.
Eun Hyuk yakin kalau Tuan Lee memang pelakunya. Ia
punya bukti, ia menyuruh mereka memeriksanya dan menyimpulkan sendiri. Ji Wook
meminta berkas milik Eun Hyuk. Eun Hyuk memastikan, apa dia baik-baik saja
melihatnya?
“Aku tidak apa-apa.”
Bong Hee terus memperhatikan Ji Wook dalam diam. Ia
membatin tak menyangka tak bisa memahaminya selama ini meskipun dia sudah punya
banyak petuntuk.
Sidang banding pun berlangsung. Eun Hyuk berdiri
menanyakan pada Tuan Lee mengenai pekerjaannya berkaitan dengan produksi cat,
pernis, dan perekat di Cheonho Chemicals. Dalam proses produksi bahan-bahan
kimia ini, mereka menggunakan xilena. Xilena dianggap sebagai material yang
mudah terbakar. Selain itu, xilena adalah bahan penyulut kebakaran di
Doboo-dong dua tahun yang lalu. Apa dia tahu tentang fakta itu?
Tuan Lee berkelit, “Aku tidak tahu.”
Benarkah? Eun Hyuk membahas percobaan Tuan Lee
membakar sebuah rumah belakangan ini. Tuan Lee menjelaskan kalau seorang jaksa
wanita sudah melepaskannya. Eun Hyuk membuat kontak mata dengan Yoo Jung dan
Yoo Jung membalasnya dengan anggukan.
Dia melanjutkan kalau polisi menyita material yang
digunakan Tuan Lee untuk membakar rumah tersebut. Menurut analisis, bahan itu
mengandung xilena. Mereka melakukan perbandingan dengan bahan yang digunakan
dalam kebakaran dua tahun lalu, hasilnya kedua bahan tersebut hampir identik.
Bong Hee kelihatan lega karena kebenaran hampir terungkap.
Dia menoleh ke arah Ji Wook yang kelihatan masih sangat serius memperhatikan
jalannya persidangan. Bong Hee seolah menyadari sesuatu dan membatin, “Ada kalanya, kita tiba-tiba menyadari
sesuatu.”
Dengen tergesa-gesa, ia pamit pada Ji Wook untuk
keluar sebentar. Diluar, ia menelepon Ibunya dan menceritakan persidangan yang
ditanganinya hari ini. Ada seorang pria yang dituduh melakukan pembunuhan dan
pembakaran. Ia lega karena sidang sepertinya akan berakhir positif.
Dengan hati-hati, ia menanyakan sesuatu.. tapi ada
perasaan yang mengganjal hingga Bong Hee membatalkan niatannya. Ia mengaku
sedang sibuk saat ini, ia pun buru-buru pamit mengakhiri teleponnya dengan Ibu.
Tangan Bong Hee gemetaran saat meletakkan
ponselnya. Dia ingat betul dengan berita di koran mengenai kasus kebakaran yang
menimpa ayahnya. Pasangan jaksa meninggal dalam insiden kebakaran itu. Putra
jaksa yang berusia 8 tahun terlibat dalam insiden itu.
Tanggal kematian orangtua mereka sama. Bong Hee tak
bisa menahan tangisnya menyadari insiden kebakaran itu melibatkan ayah dan
keluarga Ji Wook.
Persidangan berakhir, Eun Hyuk menghampiri Yoo Jung
dan mengucapkan terimakasih. Berkatnya, dia bisa memenangkan kasus ini. Tapi
dia khawatir, apa Yoo Jung benar-benar tidak apa-apa?
Yoo Jung tidak tahu, tapi dia tidak melepaskan
kasus ini sesuai perintah. Mungkin dia akan didamprat atasannya. Tapi dia tidak
akan meninggalkan pekerjaannya, karena mereka tidak mau menerimanya lagi.
Ji Wook mencari-cari keberadaan Bong Hee tapi tak
bisa menemukannya. Dia meneleponnya dan Bong Hee mengatakan kalau dia punya
urusan mendadak. Baiklah, kalau begitu Ji Wook akan menunggunya di kantor.
Di kantor Yoo Jung, Yoo Jung dipanggil oleh Jaksa
Jang dan diceramahi panjang lebar olehnya.
“Beberapa orang berpikir mereka menegakkan keadilan
dalam kasus kecil seperti ini. Didunia ini...”
Flashback saat Jaksa Jang mengatakan hal yang sama pada foto Eun Man Seo
“Di dunia ini, ada tingkatan. Agar dunia ini bisa mempertahankan tingkatan
tersebut, harus ada pengorbanan kecil dari orang-orang sepertimu. Aku hanya
membutuhkanmu untuk menjadi pembunuh.”
"Aku tidak bersalah.”
Jaksa Jang pada Yoo Jung, “Itu berarti, kita tidak
boleh melakukan kesalahan apa pun yang bisa merusak tingkatan sebuah
organisasi, tingkatan hukum, dan tingkatan kekuasaan. Kita tidak boleh
melakukan satu kesalahan sama sekali. Mengerti?”
Yoo Jung cuma mengangguk tanpa memberikan bantahan.
Ji Wook pulang ke kantornya dengan lelah. Ia masih
memikirkan Bong Hee yang barusan tampak tergesa-gesa meninggalkan ruang
persidangan. Tak lama kemudian, dia menerima telepon dari Bong Hee. Dia
menyuruhnya tetap di tempat, ia akan menjemputnya.
Mereka berdua jalan sambil bergandengan tangan.
Bong Hee berkata kalau dia ingin makan tteokbokki. Kontan Ji Wook memintanya
duduk di bangku taman, dia yang akan membelikannya tteokbokki, sundae, gimbap, dan
lain-lain.
Mereka berdua makan dengan lahapnya. Bong Hee
hampir menangis saat memperhatikan wajah Ji Wook. Dia mengatakan kalau
tteobokkinya pedas jadi dia hampir menangis karenanya.
Keduanya berjalan ke taman. Bong Hee ingin berfoto
dengan patung kucing. Keduanya pun berpose tapi Bong Hee kesulitan mengambil
gambar mereka. Kok tidak bisa? Setelah dilihat, ternyata Bong Hee tidak
memotret malah merekam.
“Pabo..” ujar Ji Wook.
Keduanya menghabiskan waktu bersama sambil
bergandengan tangan. Makan es krim. Bong Hee terus memperhatikan wajah Ji Wook
dan membatin, “Penangguhan. Usahaku yang
sia-sia menangguhkannya di moment selanjutnya dan langkah berikutnya.”
Bong Hee menghentikan langkahnya dan menatap Ji
Wook dengan tatapan sendu. Ia menarik tangannya dari genggaman Ji Wook namun Ji
Wook malah semakin mengeratkan tangannya. Bong Hee melepaskan tangan Ji Wook
dan berkata, “Kita harus putus.”
awwwwwwww....
BalasHapushuhuhuhuhuh.... ni couple bnar bnar. . bong hee aaa
jgn ninggalin ji wook kali. mmng alsn nya buat kbaikn ji wook juga.tpi gmna prsaannya dia??? jstru saat skrng yg sngt sangat butuh dkungn elu.. eh mlah lo jga tinggalin dia krn rsa brslh juga.. hmmmm
poor ji wook,,,,,,,
Wellcomeback puji... Sehat sehat yahh.. Gomawo sinop nya..
BalasHapusgomawo sinopsisnya ..ditggu lanjutannya..
BalasHapusditunggu sinopsisnya... sangat2 menantikan....
BalasHapus