SINOPSIS Bride of
Water God Episode 3 Bagian 1
Sumber gambar: tvN
Setelah
ambulans pergi, Soo Ah dengan canggung bertanya pada Habaek, apakah dia tinggal
disana? Kenapa dia sendirian?
“Apa
kau bicara soal Nam Soo Ri? Aku kehilangan dia.”
Soo
Ah bertanya alasannya tapi Habaek tak mau memberitahu, bukan urusannya. Apakah
sekarang dia memutuskan untuk memberikannya tempat tumpangan. Tidak, Soo Ah hanya
menyarankan agar mereka pergi ke Layanan Sistem Kesejahteraan Korea. Habaek
menolak, kalau dia tidak mau menawarkan dirinya sendiri maka pergilah.
“Apa
aku sudah berterimakasih dengan benar?”
“Sudah.”
Baiklah,
Soo Ah pun permisi pergi. Terdengar suara seseorang mengatai kalau dia tak tahu
caranya berterimakasih. Soo Ah celingukan mencari sumber suara tapi tak ada
apa-apa didekat sana. Ia berniat pergi tapi tiba-tiba ada suara lagi..
“Wanita yang tidak tahu berterima kasih! Dia
bahkan tidak memiliki hati nurani!”
Hari
berganti hari, kelopak mata Soo Ah menghitam. Dia menelepon Yeom Mi dan
menceritakan kejadian aneh yang menimpa dirinya belakangan ini. Tapi dia tidak
mengatakan kalau kejadian itu terjadi padanya, melainkan ‘seseorang’.
Orang
itu mendengar suara aneh sejak kejadian itu. Seperti, sesuatu mencoba berbicara
dengannya. Contohnya, saat dia menginjak daun dan daunnya mulai berbicara. Buah
jeruk, kaktus dan segala macam benda mati lainnya mulai berbicara. Bahkan dia
bisa mendengar perbincangan antar semut. Soo Ah menegaskan kalau ‘Nona A’ yang
menceritakan hal itu.
Yeom
Mi ikut heran karena sepertinya Nona A tidak punya masalah dengan reality
testing. Pasien bipolar mungkin akan mendengar suara halusinasi selama masa
manik, tapi kelihatannya bukan masalah seperti itu juga.
Jawabannya
mungkin ada pada halusinasi pendengaran Nona A saat itu. Dia tadi mendengar
ucapan seperti tak tau terimakasih dan hati nurani, mungkinkah dia merasa
bersalah pada seseorang?
Soo
Ah menggaruk kepalanya dengan bingung, mengingat kalau Soo Ri berkata jika
mereka tidak mempunyai tempat tinggal. Tapi dia masih tak percaya kalau rasa
bersalah bisa menyebabkan halusinasi.
“Setiap
orang berbeda-beda. Kalau memang seperti yang kau katakan, Nona A bisa jadi sangatlah
hangat dan baik hati tapi tak mengijinkan apa yang ada didalam hatinya muncul.
Dia tidak menjadi dirinya sendiri, mungkin dia benci karena dirinya terlalu
perduli.”
Yeom
Mi menambahkan, “Jadi secara sadar dia mencoba melakukan kebalikan dari apa
yang ia inginkan, tapi perbedaan antara hatinya dan apa yang ia lakukan membuat
pikirannya stres. Aku yakin dia punya alasan untuk membenci karakternya
sendiri.”
“Apakah
benar kalau Yang Mulia melihat pemandangan laut dari benda ini?” tanya Soo Ri
memperhatikan ponsel ditangannya.
Habaek
mengangguk dengan serius, benar. Soo Ri menyarankan supaya Habaek
memberitahunya kalau dia pergi. Yang Mulia tidak tahu apa-apa tentang dunia
ini, tapi dia pergi begitu saja.
“Sampai
berapa jauh kau akan mengatakan hal itu?” tanya Habaek sebal.
Soo
Ri khawatir akan kondisi Moo Ra, dia bukanlah dewa yang akan datang ke dunia
tanpa persiapan. Ia pun berbicara pada ponsel memanggil-manggil nama Moo Ra. Ia
menbolak-balikkan ponselnya, menunggu reaksi.
“Apa
kau bercanda?” Habaek merebut ponselnya. Benda itu adalah investasi terbesar
manusia setelah mobil. Pertama, dia akan mencari tahu tentang benda itu. Anak
yang sedang bermain dibelakang mereka meminta ponselnya dikembalikan.
Habaek
masih berat untuk memberikannya. Anak itu heran, kenapa orang dewasa tidak
mempunyai ponsel?
Habaek
tersinggung, “Disini ada beberapa hal yang orang dewasa tidak miliki. Jangan khawatir
dengan hal semacam itu disaat kau hanya anak kecil biasa. Memangnya dimana kau
mendapatkan benda ini?”
Mereka
berdua kemudian pergi ke toko ponsel. Pelayan disana menjelaskan semua detail biaya
service dan ponselnya. Dia berbicara dengan kecepatan penuh kemudian memberikan
perjanjian layanan jasa. Habaek dan Soo Ri cuma bisa bengong dan membaca kertas
perjanjian tanpa tahu apa yang harus dilakukan.
Keduanya
kembali ke danau dengan tangan kosong, Soo Ri pikir mereka memang membutuhkan
uang milik keturunan budak. Seseorang berteriak memberitahukan kalau mereka
punya pelanggan. Soo Ri bergegas pergi melakukan kerja paruh waktunya mengayuh
perahu bebek.
Habaek
tanya, darimana dia mendapatkan baju yang dipakainya? Soo Ri nyengir, dia
mendapatkannya dari kotak amal. Kriuuk! Terdengar suara keroncongan perut
Habaek. Lagi-lagi dia sudah lapar, bahkan lebih cepat daripada Soo Ri.
Soo
Ri mengambil kerupuk dan air mineral kemudian memberikannya pada Habaek. Itu adalah
investasi terbaik dari manusia baginya. Ia meminta Habaek untuk tetap tinggal
disana. Ia akan membeli roti saat kembali kerja paruh waktu.
Melihat
bentuk krupuk yang tidak menarik sama sekali membuat Habaek ingin
melemparkannya ke danau. Tapi begitu mencicipinya, dia baru sadar kalau rasanya
lumayan enak. Pada akhirnya, dia melahap krupuk itu sampai habis.
Disisi
lain, Soo Ah masih terus diganggu oleh suara-suara berisik yang membuatnya
stres. Dia bahkan tak bisa tidur tengah malam meskipun sudah menyumpal kedua telinganya
menggunakan tisu.
Dia
bahkan sampai minum obat karena dipikirnya sudah sakit.
Pada
akhirnya, dia menyerah dan menemui Habaek. Habaek heran melihat penampilannya
yang awut-awutan, kenapa penampilannya begitu?
Soo
Ah menyalahkan Habaek.. tapi kemudian dia meralat ucapannya, ini adalah kesalahannya
sendiri. Habaek berjalan tegap seolah tak perduli dengan kedatangannya, tapi
dalam batinnya ia bertanya-tanya kenapa Soo Ah kesana. Soo Ah seketika
mendengar suara batin Habaek dan juga beberapa suara-suara berisik lainnya.
Soo
Ah berjalan mensejajari Habaek. Tanpa sengaja, kakinya kesleo dan Habaek sigap
menahannya. Dengan tampang serius, Habaek berkata kalau selama ini dia terus
memikirkannya. Soo Ah bingung, maaf?
“Dari
terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari, aku hanya memikirkanmu. Aku tak
bisa menghilangkanmu dari pikiranku bagaimanapun caranya.”
Soo
Ah melepaskan tangannya dari genggaman Habaek, untuk apa juga dia terus
memikirkannya? Tidak ada gunanya.
Habaek
tak bisa berhenti memikirkan Soo Ah karena dia sangat bodoh. Ia tak punya
pilihan untuk terus memikirkannya karena dia bingung. Dan hari ini, dia
membuatnya lebih jelas, bahkan kakinya bergerak dengan lambat.
Kesal,
Soo Ah memutuskan untuk pergi darisana. Baru berjalan beberapa langkah.. Soo Ah
terhenti karena konflik batin sendiri. Ia pun berbalik, dia ingin mengatakannya
terus terang. Profesor Konsultasinya adalah orang yang baik, banyak orang yang
bahagia setelah berkonsultasi dengannya. Ia menawarkan supaya Habaek pergi
kesana untuk mendapatkan bantuan.
Habaek
menolak mentah-mentah, dia tak membutuhkannya. Saat dia sampai disana, ia telah
belajar kalau ia mengatakan sesuatu yang sebenarnya, dia akan dianggap tidak
normal. Apakah ada orang yang akan menggap Soo Ah waras kalau dia mengatakan dirinya
adalah budak dewa?
Soo
Ah menggeleng mantap, “Tidak. Tidak!”
“Lihat?
Orang yang akan percaya padamu hanyalah aku. Memang tak mudah untuk mendapatkan
kepercayaan seseorang. Kau tahu seberapa luar biasanya mendapatkan kepercayaan
seseorang sepenuhnya? Itulah kau bagiku.”
Soo
Ah meminta Habaek untuk menghubunginya kalau dia sudah berubah pikiran. Ia pun
berjalan pergi dengan terpincang-pincang. Ia meyakinkan dirinya sendiri kalau
dia memang waras. Soo Ah mulai lega.
Habaek
berseru, “Kalau kau tak menerimaku, kau akan mengalami waktu yang sulit!”
Sepulangnya
dari tempat Habaek, Soo Ah mencoba menenangkan dirinya. Tapi dia terus
mendengar suara kaktus yang minta disiram. Lama-lama mendengarkan suara kaktus
membuatnya tak tahan dan berteriak sendiri. Si kaktus heran, “Hei, kau tidak
waras yah!”
Soo
Ah sontak memarahi kaktus itu, kesadarannya baik-baik saja!
Sang
Yoo masuk keruangannya dengan heran karena mendengar teriakannya. Soo Ah
memarahinya karena dia masuk ruangan tanpa mengetuk pintu. Dia pun menyuruhnya
untuk keluar. Sang Yoo merengut sebal, dia sudah bergumam sendirian dan tak ada
pasien yang datang. Dia harusnya istirahat tidur.
Soo
Ah membenarkan, dia memang butuh tidur. Apa ada pasien? Belum sempat Sang Yoo menjawab,
dia sudah bicara sendiri menirukan gaya bicaranya, yang jelas tidak ada pasien
untuknya hari ini.
Setelah
Sang Yoo pergi, Soo Ah mulai mengejek si kaktus lagi. Kenapa dia tidak ngedumel
lagi padanya? Yang jelas, kesadarannya baik-baik saja. Silahakan dia bicara
padanya. Soo Ah pasang telinga menunggu respon si kaktus, tapi kaktusnya diam
saja.
Wkwkwk..
Soo Ah mulai meremas kepalanya sendiri, apa yang sudah ia lakukan? Dia ngeri
sendiri mengingat kutukan Habaek kalau dia akan mengalami waktu sulit kalau
tidak menerimanya. Ia pun memutuskan untuk menelepon Yeom Mi.
Yeom
Mi sudah bisa menebak kalau Soo Ah akan membicaran tentang Nona A lagi. Soo Ah
mengelak, bukan. Yeom Mi bertanya, apa dia tampan?
“Ya..
tidak.”
“Dia
mirip siapa?”
“Jude
Law.”
Aish,
Soo Ah keceplosan melulu. Dia menyuruh Yeom Mi jangan bicara, dengarkan apa
yang ingin dikatakannya. Jadi pasiennya kali ini selalu mengatakan hal aneh
saat bertemu. Dan dia kemudian mengatakan hal semacam kutukan, tapi bukan
kutukan.
Kalau dia tak mematuhi ucapannya maka kutukan akan terjadi. Dan hal
itu benar-benar terjadi didunia nyata. Sadar kalau ucapannya sudah meracau
seperti orang gila, Soo Ah batal bercerita dan memutuskan sambungan teleponnya.
Tak
lama kemudian, ponsel Soo Ah berdering menerima panggilan dari Sang Yoo. Sang
Yoo berkata kalau dia ada didepan pintu. Dia takut harus masuk ke ruangan Soo
Ah karena dia mengerikan.
Sang
Yoo ingin mengabarkan kalau Ma Bong Yeol melakukan perubahan jadwal menjadi
hari kamis. Dan Park Sang Chul meminta bertemu tapi dia sudah menjelaskan
kondisinya untuk sekarang. Lalu ada lagi kabar yang mau ia sampaikan, mau kabar
baik atau buruk duluan?
Katakan
saja, perintah Soo Ah. Kabar buruk, belum ada perkembangan masalah berlian.
Pihak bank menghubungi mereka dan bersedia memberikan pinjaman dengan bunga 7%.
Pihak asuransi sudah mengatasi masalah wiper dan premi Soo Ah akan bertambah.
Soo Ah harus membayar biaya sewa gedung dan memperbaharui kontrak dengan biaya
baru.
Soo
Ah mulai stres, “Lalu apa berita baiknya?”
“Aku
baru saja memberitahukanmu. Kau tidak perlu menambahkan deposit lagi di biaya
sewanya dan kau bisa mengurusnya dengan membayar sewanya.”
Keluar
dari ruangannya, Sang Yoo sudah menyambutnya dengan menyodorkan undangan acara
amal. Alasannya dia menyuruhnya datang, disana akan ada orang kaya yang mungkin
bisa membantunya.
Soo
Ah melempar undangan itu dengan sebal, untuk apa juga dia datang kesana.
Soo
Ri sedang mengayuh perahu bebek tapi pelanggannya malah nangis-nangis habis
putus dengan pacarnya. Sudah sore, Soo Ri masih kurang 4000 won lagi untuk
membeli makan. Dia butuh dua pelanggan lagi.
Saat
mendongak ke atas, Soo Ri melihat gedung kaca yang terkena cahaya matahari
sore. Warnanya yang jingga kelihatan seperti emas.
Soo
Ri memberitahukannya pada Habaek dan mengajaknya melihat. Tapi Habaek sudah
tahu tentang itu, sebelumnya dia mengira kalau tempat itu adalah kuil, tapi
ternyata bukan. Perut Habaek lagi-lagi keroncongan, dengan sok cool, dia
berjanji pada Soo Ri kalau dia akan mengembalikan emasnya kalau kekuatannya
sudah kembali.
Tak
ada jawaban, Habaek menoleh dan mendapati Soo Ri masih bengong memperhatikan
gedung dihadapannya. Soo Ri ikut menatap gedung itu dan tanpa sengaja melihat
layar billboard yang menayangkan iklan Moo Ra.
“Nam
Soo Ri! Moo Ra ada disana!” serunya.
Saat
Soo Ri melihat ke arah billboard, iklannya sudah berganti dan dia tak sempat
melihat Moo Ra.
dramanya bagus,awal ceritanya menarik, bikin penasaran jalan ceritanya
BalasHapus