SINOPSIS Bride of
Water God Episode 3 Bagian 2
Sumber gambar: tvN
Soo
Ah berjalan sambil ngos-ngosan, dia mengajak Yeom Mi untuk datang ke pertemuan.
Namun Yoon Mi menolaknya, untuk apa pula dia datang kesana kalau hanya dianggap
seperti monyet?
Soo
Ah tahu akan hal itu, tapi dia membutuhkan uang makanya tetap datang. Hah.. dia
kelelahan harus naik jalan tanjakan menggunakan heels. Kenapa juga harus
mengadakan pesta di hotel yang menanjak, kakinya sampai pegal-pegal.
“Tunggu.
Jika kau melihat Shin Ja Ya hari ini, hindari dia.” Ujar Yoom Mi memutus
sambungan teleponnya.
Soo
Ah duduk di pinggir jalan untuk mengistirahatkan kakinya. Ia melepaskan
heels-nya dan bertepatan saat itu sebuah mobil berhenti dihadapannya. Hoo Ye
menegurnya, “Yoon Soo Ah-ssi?”
Tak
berapa lama, Soo Ah sudah sampai ke hotel tempat pertemuan. Dia berjalan tanpa
menggunakan alas kaki dan peluh membasahi dahinya. Saat dua orang berusaha naik
lift bersamanya, Soo Ah sengaja menekan tombol supaya lift-nya bisa naik
secepat mungkin.
Mengingat
kejadian barusan, Soo Ah tertawa gila sendirian.
Jadi
tadi ceritanya kan Hoo Ye menawarkan tumpangan pada Soo Ah. Apa dia mencampuri
urusannya lagi kalau memberikan tumpangan?
Dengan
sok jual mahal, Soo Ah mengiyakan saja tanpa pikir panjang. Kontan Hoo Ye
mengangguk paham, ia pun bergegas menutup kaca mobilnya dan meluncur pergi. Haha..
kenyataannya Soo Ah keceplosan dan sebenernya pengin numpang juga.
Dalam
perjalanannya, Sekretaris Min berkata kalau tiap-tiap orang punya cara dalam
mengungkapkan perasaannya. Mungkin dia bilang ‘baik-baik saja’ tapi
kenyataannya ‘tidak baik-baik saja. ‘aku membencinya’ berarti ‘aku menyukainya’.
‘tidak apa-apa’ berarti ‘tolong aku’.
Benarkah?
Polos Hoo Ye. Ah, tapi sepertinya hal semacam itu tak berlaku dengan dokter
tadi. Dia kelihatannya bukan orang yang suka bertele-tele.
Habaek
dan Soo Ri datang ke klinik Soo Ah. Soo Ri pikir Yang Mulia sudah tak
mengharapkannya lagi. Habaek memberitahunya kalau Soo Ah datang menemuinya dan
menyuruhnya datang kesana kalau berubah pikiran. Ia rasa, Soo Ah sudah
benar-benar menyadarinya.
Bibi
Pemilik resto disamping klinik Soo Ah keluar dari restonya. Dia memberitahukan
kalau pemilik kliniknya sedang pergi sekarang. Bibi bertanya pada Sang Yoo yang
bekerja paruh waktu di tempatnya, apakah Dokter belum kembali?
“Ya.
Dia sedang pergi menghadiri penggalangan dana. Dia akan segera kembali.”
“Kembali
ke sekolah setelah sekian lama membuat dirinya merasa lebih baik.”
“Apa
maksud Anda dengan sekolah? Dia berada di Hotel Grand Park...” ujar Sang Yoo.
Mendengar
hal itu, Habaek langsung pergi ke Hotel Grand Park menggunakan taksi. Soo Ri
yang harus bekerja mendapatkan uang pun jelas mengeluh, mereka kan bisa menaiki
bus, kenapa juga harus menggunakan taksi yang mahal?
Ditempat
penggalangan dana, Soo Ah seperti orang hilang, sendirian tanpa teman. Sampai
akhirnya, tiga teman datang menghampirinya. Soo Ah lagi-lagi mendengar suara si
bunga yang dibawa oleh temannya, “Anyeong~~”
Sontak
dia kaget tapi berusaha tetap tenang, ia bertanya kenapa temannya membawa
sebuket bunga?
Temannya
yang bernama Ji Won datang kesana untuk mengucapkan terimakasih pada seorang
donatur atas permintaan rumah sakit. Ia adalah donatur terbesar diantara semua
alumni. Untuk beberapa tahun, dia mendonasikan banyak uang dan menolong orang
yang membutuhkan. Tahun lalu, dia memberikan dukungan dana bagi para pebisnis
muda. Dan dia melakukannya dengan menggunakan uangnya sendiri.
Ji
Won ngobrol tentang Hoo Ye dengan Soo Ah. Intinya sih, dia begitu mengaguminya
karena dia orang yang sangat baik. Urusan akademik dia juga bagus, dia sunbae
dua tahun diatas mereka. Setelah setahun kuliah dijurusan bisnis, dia pindah ke
Yale dan lulus 1,5 tahun kemudian.
Soo
Ah yakin kalau apa yang ditampilkannya sangat berbeda dengan yang ada
didalamnya. Dia bahkan mempermasalahkan hal kecil seperti wiper, dia
memanfaatkan kesulitan orang demi keuntungannya sendiri. Siapa yang tahu? Wajah
tampannya mungkin hanya kepalsuan belaka.
Moon
Yi Young menyela omongan Soo Ah yang bertele-tele, memangnya dia mengenalnya
secara pribadi? Dia tahu kalau usaha kliniknya sedang buruk, tapi omongannya
seperti donat simpul saja.
“Moon
Yi Young!” sentak Soo Ah.
“Jadi,
begini caranya kalian membicarakanku, ya? Oh, ya. Apa kakimu baik-baik saja,
Yoon So Ah-ssi?” tegur Hoo Ye.
Yi
Young terkejut mengetahui kalau Soo Ah dan Hoo Ye memang saling kenal. Hoo Ye
membenarkan, seperti apa yang mereka katakan tadi, mereka membicarakan suku
bunga bank diruangan VIP bank.
VIP?
Teman Soo Ah terkejut. Hoo Ye mengatakan kalau Soo Ah memang merusak wipernya,
dia sudah menyuruhnya untuk tak perlu menggantinya tapi dia bersikeras untuk
menggantinya. Kurang lebih hubungan mereka seperti itu.
Yi Young dan Ji Won
tersenyum kikuk mendengarnya. Sedangkan Soo Ah jadi malu sendiri, ia pun
ngeloyor pergi meninggalkan mereka.
Karena
barusan Soo Ah sudah minum beberapa gelas wine, dia agak pusing karenanya. Hoo
Ye berjalan dibelakangnya. Soo Ah sinis melihat dia, apa barusan dia sedang
berakting menjadi pangeran yang membantu seseorang?
Hoo
Ye tak menyangka kalau mereka pernah menuntut ilmu ditempat yang sama. Kalau
dia tahu.. Soo Ah menyela ucapannya, memangnya kenapa kalau tahu? Dia mau
memberinya uang?
Gila!
Rutuk Soo Ah dalam hati. Sepertinya dia mabuk, ia permisi untuk pergi. Hoo Ye
bertanya apakah dia datang kesana untuk mendapatkan uang?
Soo
Ah geregetan juga, dia aneh. Kebanyakan orang tak akan bertanya hal semacam itu
meskipun sangat penasaran. Iya benar, dia memang sedang mencari pria yang tidak
mabuk. Kenapa juga dia mengikutinya?
Hoo
Ye jujur mengatakan kalau dia mau pergi ke schedule-nya yang lain. Bertepatan
saat itu, terdengar suara para pria menyambut kedatangan seseorang. Soo Ah
menoleh, mengetahui Ja Ya datang kesana membuatnya memutar mata dengan malas.
Ia pun pamit pergi, ada seseorang yang tak ingin ia temui.
Ja
Ya melihat kepergian Soo Ah, dia langsung mencegatnya. Bukankah dia ‘Peri Tiga
Detik’ dari SMA Medis Saewoon? Ia memberikan nama itu pada Soo Ah karena dalam
sekali kedipan, dia terlihat seperti peri dan sekali kedipan lagi, dia terlihat
seperti orang bodoh.
Si
Bunga di tangan Ja Ya ikut mengolok-olok Soo Ah. Soo Ah menatapnya dengan
sebal. Ja Ya heran, kenapa dia menatap bunganya seperti itu? Apa dia cemburu
karena ia punya banyak penggemar?
Apa
maksud Ja Ya dengan ‘orang bodoh’? Soo Ah menyuruh Ja Ya untuk memperbaiki
ucapannya. Ia lihat, dia masih kesulitan berucap dalam acara TV. Jangan
mempermalukan almamater-nya yah.
Ja
Ya terpancing emosi, “Ayahmu... belum kembali juga? Aku berbicara mengenai
Ayahmu yang pergi ke Haiti atau Somalia untuk melakukan pekerjaan sukarela, dan
tidak kunjung pulang? Apa kalian tahu betapa hebat Ayahnya itu? Dia membawa
para pengemis dan gelandangan di rumahnya dan memberi mereka makan, pakaian, memandikan
mereka, dan juga menyekolahkan mereka. Dia benar-benar malaikat.”
Soo
Ah menahan amarahnya tapi begitu mendengar bunga-bunga ditangan Ja Ya ikut
mengolok ayahnya, dia jadi kesal. Ia menghampiri Ja Ya kemudian mengangkat tangannya,
dia hampir menamparnya, tapi kemudian ia malah meraih buket bunga Ja Ya dan
membantingnya.
Ia
kemudian memungut bunga itu untuk membawanya pergi. Ja Ya menahan Soo Ah, tapi
tanpa sengaja malah merobek lengan bajunya. Soo Ah giliran berbicara, pertama,
katakan pada semua orang disana kalau dia pamit.
Kedua,
dia tahu kalau dunia sangat kejam tapi apa mesti harus membuatnya sejelas itu
menggunakan mulut kecil si@lan itu? Kalau memang tak bisa mengatakan hal yang
baik, maka buatlah dirinya tampil baik. Dan berhenti menggunakan dunia sosial
berlebihan, narsisnya sudah keterlaluan.
Ja
Ya tak terima dikatai narsis dan mengejar Soo Ah. Namun tiba-tiba Habaek datang
dan mengahalangi jalannya. Dia terlihat mirip dengan wanita yang ia kenal, dia
Shin, wanita yang jahat dan kejam. Kenapa dia mengikuti wanitanya dan
menggangunya?
“Apa?
Wanitaku?”
“Benar.
Wanita itu milikku. Jika kau ingin mengganggunya, kau harus mendapatkan izinku.”
Beberapa
orang mulai berkumpul mengenali Ja Ya, ‘itu Ja Ya’. Ja Ya pun tak bisa berbuat
apa-apa lagi yang bisa memicu banyak perhatian. Ia bergegas pergi meninggalkan
mereka berdua.
Habaek
menghampiri Soo Ah. Mengetahu namanya Ja Ya, dia bersyukur karena wanita itu
bukan Shim. Melihat lengan baju Soo Ah robek, tanpa banyak kata, dia langsung
menyelampirkan jas-nya dipunggung Soo Ah.
Dia
pun mengundang taksi untuk mengantar mereka pulang. Cuma Soo Ri yang sedih
harus naik taksi, uang yang dia hasilkan susah payah melayang dengan mudahnya. Hahaha.
Tepat
saat Habaek membukakan pintu taki untuk Soo Ah, Hoo Ye melihat mereka berdua.
Dalam
perjalanan, So Ah terus menatap ke jalanan, teringat malam saat ayahnya pergi
meninggalkan mereka. Dia berusaha mengejar taksi yang membawa ayahnya tapi pada
akhirnya dia terus berlari dan berlari hingga dia tak kuat lagi dan berhenti di
jembatan Sungai Han.
Dia
berlari bukan karena dia ingin mengejar ayahnya, tapi agar dia bisa
mengumpulkan semua lukanya dan mengubahnya menjadi kekuatan untuk bertahan
hidup. Malam itu dia menyadari kalau ayahnya akan terus menjalani hidupnya
sendiri seperti biasanya dan dia harus bisa menghidupi dirinya sendiri.
"Malam
itu, luka yang kurasakan di sekujur tubuhku, terukir di dalam diriku. Dan aku
yakin kalau semua ini karena ayahku. Aku memutuskan untuk hidup dengan menggunakan
kebencianku sebagai kekuatan. Aku berlari untuk melepaskan ayahku. Itu adalah
usaha terakhirku."
Karena
tak tahu rumahnya So Ah, Habek membawa So Ah ke tendanya di pinggir Sungai Han.
Sekarang masih belum terlambat kok untuk memberitahunya dimana rumah So Ah.
Tapi tentu saja So Ah masih menolak memberitahunya dan pamit. Tapi Habaek marah
menegurnya, berani sekali dia mau pergi setelah menerima bantuan Tuhan.
Beberapa
saat kemudian, mereka sudah berada di toko ponsel. So Ah mendengus sinis karena
harus membelikan mereka ponsel. Soo Ri tak enak dan berjanji akan membayarnya
kembali melalui kerja paruh waktunya dan Habaek dengan santainya bilang kalau
Moo Ra akan membalasnya dengan sepantasnya nanti.
Dalam
perjalanan kembali, So Ah berjalan dengan tak nyaman sambil bertanya-tanya
apakah Habaek bisa mengenali orang yang Habaek cari itu. Habaek berkata kalau
dia bahkan bisa mengenali Moo Ra dengan mata tertutup.
"Apa
dia wanita?"
"Dia
dewi."
"Di
dalam duniamu yang tidak ada barang elektronik, adanya apa saja?"
"Air,
angin, pohon, langit, gunung, ikan, udara dan burung-burung."
"Cuma
itu? Kukira itu Dunia Dewa, kami juga punya semua itu."
Habaek
mengklaim kalau yang di sini itu palsu. Alam semesta adalah pemisah antara
dunia manusia dengan dunia dewa. Melihat So Ah berjalan tak nyaman, Habaek
langsung menawarkan tangannya untuk So Ah pegang.
So
Ah menolak, tapi Habaek langsung menempatkan tangan So Ah ke tangannya sambil
memberitahunya kalau ini adalah kemurahan hati dan tugas dewa. Mereka lalu duduk
menonton siaran iklan di kejauhan, menunggu Moo Ra muncul.
So
Ah geli melihat keseriusan Habaek, akan bagus sekali jika dia dewa betulan.
Dewa bisa melakukan apapun, kan? So Ah lalu menunjuk piano di layar kaca dan
bertanya apakah Habaek bisa memberikannya itu.
"Jika
kau bisa memenuhi tugasmu sebagai pelayanku, aku selalu bisa membuatkan itu
untukmu."
So
Ah langsung antusias meminta segala macam benda mulai dari mobil, apartemen,
jembatan, air, dll. Dan Habaek dengan entengnya berkata dia bisa memberikan
semua itu. Dia bahkan bisa membuat emas.
Kalau
begitu, So Ah meminta Habaek untuk membuatnya jadi orang tajir melintir. Tapi
Habaek berkata kalau dia tidak bisa sekarang karena keadaannya yang tidak
memungkinkan. Dan tentu saja ucapannya itu membuat So Ah sinis tak
mempercayainya lagi.
Saat
itulah Moo Ra akhirnya muncul di layar kaca. Tapi So Ah mengenalinya Hye Ra,
artis cantik yang memang dipuja bagai dewi oleh orang-orang. Semua orang
memanggilnya dewi.
Habaek
menduga kalau itu adalah nama yang Moo Ra gunakan untuk tinggal di sini. Moo Ra
memang bersinar dan keberadaannya tak bisa dipungkiri. So Ah makin geli
mendengarnya, apa Habaek pikir, dewi sehebat itu bakalan mau bertemu dengan
orang seperti Habaek.
"Jangan
khawatir. Aku adalah tuan sekaligus raja-nya wanita itu. Jika kau membawaku ke
istananya, maka tugasmu selesai. Yang artinya, kau tidak akan lagi jadi
pelayanku."
So
Ah mendesah mendengarnya... tapi keesokan harinya, dia melongo sendiri, tak
menyangka kalau dia bakalan benar-benar membawa Habaek ke hotel tempat Moo Ra
berada. Habaek memuji kerja bagusnya dan meyakinkan kalau Moo Ra akan membalas
jasa So Ah lalu keluar. Dia berjanji akan memberikan apapun yang So Ah minta
begitu masalahnya selesai nanti.
Tapi
So Ah berusaha mencegahnya dengan memegang tangan Habaek. Habaek menyadari
kalau So Ah masih belum mempercayainya. Dia ingin sekali membawa So Ah ikut
masuk, tapi Moo Ra benci manusia wanita, sama sepertinya.
Habaek
pun pergi tanpa mempedulikan protesnya So Ah lagi. Tapi dia menoleh tak lama
kemudian dan tersenyum So Ah yang sontak membuat So Ah terpesona, sebelum
kemudian pergi. Berusaha melupakannya, So Ah pun berniat pergi. Tapi langsung
mengerem mendadak sedetik kemudian.
Akhirnya
dia maju-mundur galau antara ingin pergi meninggalkan Habaek tapi juga tak
tega. Dia menyadari kalau belakangan ini dia sudah tidak lagi mendengar
suara-suara aneh dan bertekad mau pergi lagi, tapi langsung berhenti lagi
sedetik kemudian sambil ngegalau gaje.
Habaek
masuk ke lobi dan beberapa karyawan yang kebetulan lewat, langsung menundukkan
kepala dengan sopan padanya. Habaek senang mengira kalau Moo Ra melatih para
pelayannya dengan baik.
Seorang
karyawan menyapanya dan menawarkan bantuan karena sepertinya Habaek sedang
mencari seseorang. Habaek menolak, dia bisa mencarinya sendiri, lagipula dia
ingin memberi kejutan. Habaek semakin antusias, dia bisa merasakan Moo Ra sudah
tidak terlalu jauh lagi.
Kebetulan
saat itu juga, Hoo Ye baru datang dan Sekretarisnya melihat So Ah sedang
menggalau ria. Hoo Ye langsung menghampirinya dan bertanya apa yang So Ah
lakukan di depan hotelnya. So Ah kaget mendengarnya. Kalau begitu, apakah
aktris Hye Ra ada di sini hari ini? Tidak, kan?
"Apa
maksudmu spokesmodel resort kami? Hye Ra mungkin sedang syuting pictorial
sekarang." Jawab Hoo Ye. So Ah sontak panik dan bergegas masuk mencari
Habaek.
Di
tempat syuting, Moo Ra sedang didandani saat tiba-tiba dia mendengar suara
Habaek memanggilnya. Saat dia membuka mata, dia melihat Habaek ada di sana dan
tersenyum padanya. Habaek langsung menghampirinya, tapi beberapa pengawal
bergerak cepat mencegahnya.
Habaek
langsung berteriak-teriak memanggil Moo Ra dan memberitahunya kalau dia
kehilangan koordinatnya dalam perjalanannya kemari. Dia hendak memberitahukan
hal lainnya, tapi para pengawal terus berusaha menariknya. Dan Moo Ra sama
sekali tidak melakukan apapun untuk menolongnya, malah kembali menutup mata dan
pura-pura tak mengenalinya.
Managernya
Moo Ra dan cordi-nya mengira pria itu sasaeng fan saat tiba-tiba saja mereka
mendengar suara desahan Moo Ra dan seketika itu pula mereka ketakutan.
Habaek
berusaha keras melawan semua pengawal itu saat So Ah tiba. Dia berusaha
menghentikan mereka, tapi seorang pengawal tak sengaja mendorongnya. Kedatangan
So Ah tampaknya membuat Moo Ra jadi sangat kesal.
Saat
si pengawal tadi hendak menyentuh So Ah, Habaek langsung mencekiknya,
memperingatkan pengawal itu untuk tidak menyentuh pelayannya lalu mendorongnya.
Moo Ra tampak semakin kesal melihat Habaek menyentuh So Ah dan membantunya
berdiri.
Dia
langsung menghampiri mereka dan menampar Habaek. So Ah tidak terima dan
mandamprat Moo Ra. Moo Ra menatapnya sinis dan bertanya, "Kau itu
apa?"
So
Ah maju melindungi Habaek dan menyatakan kalau dia adalah walinya Habaek. Moo
Ra dengan dinginnya memberitahu So Ah kalau dia menampar Habaek karena ada
alasan dan juga karena dia pantas dapat tamparan.
"Tidak
seorangpun punya alasan untuk memukul atau dipukul. Hye Ra-ssi, kau pikir kau
dewi betulan hanya karena orang-orang memanggilmu dewi? Segala sesuatu akan
menua dan berakhir. Kau pikir kecantikanmu akan bertahan selamanya? Tidak akan.
Jika kau tidak mau shock di hari tuamu, maka jagalah kesehatan mentalmu!"
Dia
bahkan memberikan dua buah kartu namanya pada Moo Ra dan menyuruh Moo Ra datang
ke kliniknya, dia akan kasih diskon selebritis. Dia langsung menarik Habaek pergi
dari sana, tapi Habaek malah kesal dengan interupsinya So Ah tadi.
Dia
mengklaim kalau Moo Ra melakukan itu tadi hanya karena impuls. Dan So Ah juga
salah karena Moo Ra itu dewi sungguhan, dia bunga yang tidak akan pernah mati
dan tidak akan pernah menua.
Frustasi,
So Ah memberitahu Habaek bahwa saat dia menyatakan dirinya sebagai walinya
Habaek, dia benar-benar ingin membantu Habaek keluar dari dunianya
(kegilaannya). Tapi sepertinya, Habaek sendiri tidak ada niatan untuk keluar
dari dunianya itu.
"Lagipula
kita memang hidup di dunia yang berbeda."
"Baiklah.
Apa kau benar-benar ingin bertemu dewa?"
"Harus."
Ujar Habaek. So Ah pun langsung menelepon temannya, Yeom Mi, dan meminta
bantuannya.
Sekretaris
Min memberitahu Hoo Ye kalau pria yang membuat keributan tadi adalah pasiennya
So Ah yang sepertinya fan beratnya Hye Ra. Tapi dia juga pria yang sama dengan
yang mereka lihat semalam.
Manager
Kim tengah berusaha menenangkan Moo Ra, tapi Moo Ra dengan kesalnya menyuruhnya
tutup mulut. Ketakutan, manager Kim langsung mengajak semua orang pergi dari
sana. Begitu sendirian, Moo Ra langsung menelepon Bi Ryeom yang tampak sedang
duduk santai di tepi atap gedung pencakar langit di Shanghai, dia mau terbang.
"Sekarang
bukan saatnya untuk itu. Dia ada di sini. Habaek ada di sini!"
Bi
Ryeom kaget mendengarnya. "Apakah air merah pada akhirnya tiba di Negeri
Air?"
Moo
Ra panik harus bagaimana. Tapi Bi Ryeom tetap santai, Habaek pasti akan datang
mencarinya juga. Moo Ra ragu, si bodoh itu kehilangan koordinatnya. Habaek
bilang bukan cuma itu saja tapi dia tak mengerti apa maksudnya.
"Aku
tidak tahu hal lainnya. Tapi tentang batu dewa itu, ingatlah kalau kita berdua
adalah komplotan."
Dia
jadi semakin kesal saat melihat kartu namanya So Ah. Berani sekali Habaek
datang kemari bersama wanita. "Apa kau mengambil wanita segera saat kau
tiba di dunia manusia?"
Di
Shanghai, Bi Ryeom mendengus mendengar Habaek datang. Dia sudah hampir bosan,
tapi sepertinya sekarang bakalan menyenangkan.
So
Ah membawa Habaek ke sebuah gedung. So Ah mengklaim kalau di sana ada wanita
yang mengenal dewa. Tapi tentu saja Habaek tidak mempercayainya. Soo Ri menarik
Habaek menjauh dan menduga kalau dewa yang sering ditemui wanita itu mungkin Bi
Ryeom, dia kan penyuka wanita.
Habaek
menyuruh Soo Ri menunggu di sini saja. Soo Ri menyetujuinya, dia akan menunggu
di sini sambil memikirkan kenapa Moo Ra begitu dingin. So Ah menyela mereka dan
mengajak Habaek naik ke lantai atas yang kosong.
Dia
mengklaim kalau tempat ini sepi karena wanita itu adalah seorang dukun yang
bisa meramal masa depan orang lain dengan baik. Habaek bingung, dukun itu apa.
Dan dukun wanita yang dimaksudnya itu adalah temannya, Yeom Mi.
Yeom
Mi memperhatikan Habaek baik-baik sebelum kemudian menarik So Ah menjauh dan
bertanya apakah pria itu yang ngotot mengklaim dirinya adalah dewa dan telah
membuat nuraninya So Ah terusik sampai dia bisa mendengar suara-suara aneh di
dalam pikirannya.
So
Ah memberitahu Yeom Mi kalau pria itu terus ngotot minta bertemu dewa dan
menolak semua perawatan medis yang selama ini dia pelajari. Karena itulah dia
minta bantuan Yeom Mi, cobalah bicara dengan pria itu agar Yeom Mi tahu dunia
seperti apa yang ditinggali pria itu. Tapi Yeom Mi merasa kalau pria itu memang
dewa sungguhan.
Yeom
Mi lalu membawa Habaek masuk dan Habaek langsung menuntut Yeom Mi untuk
membawanya menemui Bi Ryeom. Tapi Yeom Mi mengklaim kalau dia tidak mengenal
orang itu. Terkejut, Habaek mencoba mengetesnya, apa Yeom Mi pernah bertemu
dengan Joo Dong. Tapi Yeom Mi lagi-lagi tak mengenal nama itu.
Dia
memang pernah bertemu dewa, tapi bukan Bi Ryeom ataupun Joo Dong. Lalu dewa
mana yang pernah dia temui, apa Yeom Mi bertemu dengan dewa minor yang dibuang
kemari seperti sampah. Yeom Mi menyangkalnya dan mengklaim kalau dewa yang
pernah ditemuinya adalah Sigmund Freud. Dia pura-pura memulai ritual meramalnya
lalu mengelus wajah Habaek dan meminta Habaek menceritakan kisahnya.
"Kukira
kau sudah mendengarnya. Pelayan ini buruk sekali dalam semua hal yang dia
lakukan." Geram Habaek. "Dengarkan baik-baik, manusia picik. Aku
adalah Habaek - dewa air, calon raja negeri air dan calon kaisar alam para
dewa."
So
Ah menunggu di luar sambil merenungkan ucapan Yeom Mi tadi bahwa dia merasa
Habaek itu dewa sungguhan dan ucapan Habaek bahwa mereka tinggal di dua dunia
yang berbeda. Teringat segala kenangannya bersama Habaek selama ini, So Ah
mengingatkan dirinya sendiri kalau dia dan Habaek berasal dari dunia yang
berbeda dan dia harus berhenti sampai di sini.
Tapi
kemudian tiba-tiba dia teringat saat Habaek menciumnya. So Ah langsung panik
memukuli kepalanya untuk menghilangkan ingatan itu dari benaknya.
Yeom Mi
meneleponnya saat itu. Diam-diam dia sudah melarikan diri dari sana dan
nyerocos memberitahu So Ah untuk menyerahkan kasus Habaek ke profesor mereka
yang ahli menangani orang gila.
So
Ah terpaksa harus menghadapi Habaek seorang diri lagi. Habaek berbalik
menatapnya dengan kecewa, apa So Ah mempermainkannya. "Apa sesulit itu
bagimu untuk mempercayaiku? Pergilah. Aku melepaskanmu sekarang."
So
Ah langsung pergi dengan kesal, tapi kemudian dia berbalik kembali dan
mengklaim kalau dia hanya tidak mempercayai hal yang tidak masuk akal. Habaek
bertanya bagaimana So Ah membedakan kebenaran dan kebohongan.
"Saat
kau mempercayai apa yang ingin kau percayai, itu selalu benar, iya kan? Karena
itu jauh lebih mudah bagimu untuk menerimanya. Dengan cara itu, beberapa
kebenaran bisa membutakan manusia."
Soo
Ah langsung terdiam menyadari kebenaran ucapan Habaek dan teringat ucapan
ibunya yang pernah menyuruhnya untuk berpikir kalau ayahnya telah mencampakkan
mereka. Dia langsung berbalik pergi meninggalkan Habaek.
Dia
melewati tangga darurat sembari memikirkan ucapan Habaek tadi dan
bertanya-tanya apa pentingnya kebenaran. Dia berjalan lesu tanpa menyadari
seseorang yang diam-diam masuk dan langsung membekapnya lalu menyeretnya ke
dalam lift..
Soo
Ri sedang terkagum-kagum dengan kehebatan ponsel barunya lalu mendongak sambil
bertanya-tanya bagaimana dia harus menghubungi Habaek.
Saat itulah dia melihat
sesuatu yang mencengangkan, So Ah yang sedang berjuang melawan penyerangnya
yang terus berusaha mendorongnya ke tepi gedung. Dalam usahanya bertahan, So Ah
tak sengaja membuat telapak tangannya terluka hingga berdarah.
Soo
Ri langsung panik menghubungi Habaek dan bertanya-tanya bingung apa yang
dilakukan si keturunan pelayan di atas sana. Kenapa dia melawan seorang pria di
atap. Habaek jelas bingung, tak mengerti apa maksudnya.
Tapi
Soo Ri terus heboh sendiri, "Pria itu mendorongnya! Dia mendorongnya! OH!
Dia jatuh!"
Habaek
berbalik dan saat itulah dia melihat Soo Ah terjatuh. Shock, dia langsung
menjatuhkan ponselnya dan berlari ke jendela... dan menembus keluar seolah kaca
itu air. (Oh, kekuatannya udah balik, kah?)
Dia
terjun dengan air yang mengelilingi sekujur tubuhnya. So Ah mengulurkan tangan
dan setetes darah mengalir ke Habaek. Habaek terus berusaha mempercepat dirinya
hingga dia tiba-tiba berubah bentuk menjadi naga air yang mengelilingi So Ah
dan begitu mereka di tanah, So Ah aman berada dalam bopongan Habaek.
So
Ah begitu teperangah menatap Habaek tanpa bisa mengeluarkan suara apapun, tapi
kita mendengar suara Pendeta Tertinggu berkata "Ini takdir. Dia (Habaek)
menyelamatkan nyawa anak itu."
"Aku
sudah bilang... aku adalah dewa." Ujar Habaek.
Kyaaaa seru habaek bisa gunain kekuatannya yeayy.
BalasHapusAdmin ttp semangat ya buat nulis next episodenya �� .. Im waiting ��
Nam jon hyuk shin she kyu...
BalasHapusCua yo.
I like you😍😘
makin seru ceritanya ..ditggu lanjutannya..
BalasHapusPengen nonton dramanya. Bikin gregetan. Penasaran
BalasHapusDitunggu kelanjutan'a
BalasHapusSemoga next episodenya lebih keren lagi...senang lihat shin se kyung disini, biasanya main drama yg mellow melulu
BalasHapusKrystaljung lebih cocok jadi orang jahat kayak disini, atau jadi orang jutek kayak d heirs, dia ngg cocok jadi orang baik dan kalem kayak d my lovely girl.
BalasHapus