SINOPSIS Bride of
Water God Episode 9 Bagian 1
Sumber gambar: tvN
Saat
tengah memperhatikan So Ah, Hoo Ye mendapat telepon dari Bi Ryeom. Bi Ryeom
pikir Hoo Ye hidup dengan nyaman. Dia lihat, Hoo Ye menanam pohon dan juga
bunga. Sepertinya, dia sedang pura-pura menjadi orang yang baik.
“Apa
yang kau inginkan?”
Bi
Ryeom hanya ingin mengenalnya saja. Dan tentang sesuatu ditubuhnya yang tak
cocok dengannya sama sekali, ayo bicarakan tentang itu. Temannya juga ada
disana.
Bi
Ryeom memberikan ponselnya pada si gadis kecil tuna netra, Min. Hoo Ye khawatir
karena Min ada disana. Dia meminta Min untuk memberikan ponselnya pada Bi Ryeom
lagi. Bi Ryeom sok polos mengatakan kalau dia jalan-jalan disana dan bertemu
dengan anak yang sedang bermain sendirian.
“Dia
tak ada hubungannya dengan semua ini!” bentak Hoo Ye.
“Itu
benar. Cepat datang kemari.”
Bi
Ryeom mengakhiri teleponnya. Moo Ra tak setuju dengan apa yang dilakukannya, ia
tidak bisa dibenarkan. Bi Ryeom cuma menanggapi dengan senyuman dan meminta Jin
Gun untuk mengantarkan Min.
Hoo
Ye meremas jas-nya dengan cemas sepanjang perjalanan. Ia berlari agar bisa
secepat mungkin menemui mereka. Bi Ryeom mengatakan kalau dia sudah mengantar
anak itu pulang. Basa-basi, ia memperkenalkanya dirinya dan Moo Ra.
Ngomong-ngomong,
sepertinya Hoo Ye ini punya hati nurani, dia tak tampak seperti dewa. Dia
sangat baik pada anak tuna netra itu. Apa mungkin dia malah tak punya perasaan
pada manusia?
“Aku
tak punya kepentingan dengan kalian.”
Tapi
mereka punya kepentingan dengannya meskipun posisi mereka berbeda. Saat Moo Ra
kecil, dia menganggap kalau makhluk sepertinya adalah aib bagi para dewa. Sedangkan
bagi Habaek, sikapnya seperti apa yang mereka lihat sebelumnya. Sementara Bi
Ryeom sendiri cukup simple, dia hanya akan selalu membencinya.
“Karena
aku berbeda darimu?”
“Anggap
saja begitu, setengahnya.” Jawab Bi Ryeom.
Moo
Ra tak mau banyak cakap. Dia langsung to
the point menanyakan alasan tanda itu bisa berada ditubuhnya.
Habaek
turun dari taksi dan melihat Soo Ah diseberang jalan. Namun saat melihat peta
di pulpen Soo Ah, ia tampak terkejut. Di peta Vanuatu milik Soo Ah, ia melihat
tiga titik yang bercahaya.
“Apa
kau pernah bertemu dengan pemilik tandanya?” tanya Moo Ra.
Hoo
Ye mengiyakan, dulu, ia bertemu secara kebetulan. Moo Ra mencecarnya, kapan dan
dimana. Hoo Ye berkata kalau ia bertemu dengannya saat ia baru sampai disana,
ditempat ia sampai.
“Pulau
para dewa?” tambah Bi Ryeom.
“Dia
tiba-tiba terbang ke arahku.”
Saat
itu, Hoo Ye remaja berlari dengan ketakutan ditengah malam. Petir
menyambar-nyambar dan tiba-tiba saja, seorang pria memeluknya dan melindungi
dia dari sambaran petir. Dan saat itulah, ia mendapatkan tandanya.
“Apa
kau tahu kalau dia dewa?”
“Karena
tandanya.” Jawab Hoo Ye.
Bi
Ryeom bertanya dengan nada menuduh, apa dia membunuhnya? Ia dengar kalau yang
bisa dilakukannya hanya mengancurkan sesuatu. Dia tak suka dengan dewa. Dia
membunuh beberapa, juga. Hoo Ye menyangkal, itu tidak benar.
“Apa
kau ingin membuktikan kalau kau juga dewa dengan cara semacam itu?” cecar Bi
Ryeom.
Habaek
menghampiri Soo Ah dan langsung merebut peta Vanuatunya. Soo Ah kebingungan,
apa yang terjadi? Dia memperhatikan petanya dengan seksama tapi ia tidak bisa
melihat apapun.
Habaek
bertanya-tanya kenapa map itu bisa ada ditangannya. Dia baru ingat dengan kejadian
saat ia jatuh ke bumi. Waktu itu, Soo Ah tengah menengadah menatap peta
Vanuatunya dan ia jatuh tepat menubruk peta Vanuatu itu sehingga kepalanya
berbenturan dengan Soo Ah.
Soo
Ah bingung melihat reaksi Habaek dan merebut peta itu, dia menutup satu matanya
dan kembali melihat petanya dengan seksama. Tapi, dia tak bisa melihat
kejanggalan apapun di peta itu.
Hoo
Ye menyangkal sudah membunuhnya. Yang ia lakukan hanya terus berlari
meninggalkannya yang tak bergerak lagi. Moo Ra terkejut, Joo Dong sudah
menyelamatkannya dari petir karena mengira dia adalah manusia. Dan, dia
meninggalkannya begitu saja?
“Apa
aku yang menciptakan petirnya? Dulu, aku bukanlah aku yang sekarang. Aku ketakutan.
Yang bisa aku lakukan adalah berlari secepat mungkin. Aku hanya melakukan yang
terbaik.”
Bi
Ryeom memastikan kalau petirnya tidak akan pernah membahayakan dewa. Dan itu tak
akan melukai Joo Dong. Dia yakin kalau Hoo Ye-lah yang sudah melakukan sesuatu
padanya.
Ponsel
Moo Ra berdering. Ia kelihatan terkejut mendengar apa yang dikatakan orang
diseberang telepon. Ia kemudian menoleh ke arah Bi Ryeom dan Hoo Ye yang masih
bersitatap sengit.
Soo
Ah masih belum percaya, bagaimana bisa ada di petanya? Dia terus bertanya-tanya
kenapa hal itu bisa terjadi. Habaek menyuruhnya supaya tidak usah mencoba memahami
segala hal yang terjadi di dunia.
“Apa
kau akan kembali sekarang?”
Habaek
menoleh ke arah Soo Ah. Soo Ah pikir Habaek memang benar-benar akan kembali ke
tempatnya. Selamat, kerja kerasnya sudah berakhir. Dia bisa senang sekarang. Dia
tak akan bisa mengundangnya ke upacara penobatannya, bukan?
Habaek
terus menatap Soo Ah. Soo Ah tersenyum getir, “Lihat, pertemanan kita tak ada
gunanya.”
Hari
sudah gelap, Habaek dan Soo Ah berjalan dijalanan sepi. Soo Ah masih tak
percaya kalau peta itu tidak bisa menunjukkan kemana seharusnya Habaek pergi.
Tapi, peta itu gunanya hanya untuk membuat dia sadar kemana dia ingin dia
pergi?
Habaek
lelah harus memberikan jawaban, Soo Ah sudah bertanya untuk yang ke-46 kalinya.
Soo Ah memperhatikan situasi disekitar sana, sepertinya tak akan ada manusia
yang datang kesana.
“Mereka
bukan manusia.” Tegas Habaek.
Habaek
bertanya apakah CEO itu melakukan hal yang aneh. Dia memperingatkan Soo Ah agar
tak dekat-dekat dengannya. Soo Ah heran karena Habaek terus mengatakan itu.
Padahal, Hoo Ye kelihatan lebih bisa membantunya daripada dia.
“Jangan
menilai dari penampilannya.”
“Tak
usah khawatir, aku kan psikiater. Aku bisa melihat ke dalam diri manusia. Tuan
Shim terlihat seperti manusia yang sempurna. Jangan menilainya kalau kau tak
mengenalnya dengan baik.”
Kalau
begitu, Habaek tanya seberapa kenal Soo Ah dengan CEO itu. Dia kelihatan
seperti orang yang gampang dibodohi. Habaek berjalan lebih dulu meninggalkan Soo
Ah. Soo Ah berniat mengikuti langkahnya, tapi dia malah tersanding sesuatu dan
reflek berpegangan pada jas Habaek.
Habaek
mengulurkan tangannya agar Soo Ah bisa berpegangan padanya. Soo Ah kelihatan
malu untuk menerima uluran tangan Habaek. Ia pun akhirnya mengabaikan uluran
tangan Habaek, dia bisa berjalan kemanapun seorang diri kok. Habaek kesal dan
mengepalkan tangannya yang sudah diabaikan Soo Ah.
Mereka
berdua sampai di tempat tanah lapang. Habaek berteriak marah melihat seorang
pria yang sibuk menggali tanah. Pria penggali tanah itu tak mengenali Habaek.
Habaek terkejut, apa maksudnya?
Pria
penggali tanah itu menancapkan sekopnya dan berjalan menghampiri mereka. Soo Ah
takut sehingga bersembunyi dibalik punggung Habaek. Pria penggali tanah itu
adalah Joo Dong. Ia menatap Habaek serius, “Apa kau mengenaliku? Kenapa aku
sangat tertarik dengan bumi?”
Habaek
membawa Joo Dong ke apartemen Bi Ryeom. Mereka semua tak bisa percaya kalau dewa
bisa hilang ingatan juga. Moo Ra tahu sekarang alasan Joo Dong kehilangan
komunikasi dengan mereka karena ia hilang ingatan. Lantas, bagaimana dengan
batu suci miliknya?
Bi
Ryeom memegang kepala Joo Dong dan membuatnya tidur. Moo Ra menatap Soo Ah yang
masih ada disana. Mau sampai kapan dia terus disana? Seorang budak tak
seharusnya ikut campur dalam urusan dewa.
Baiklah,
Soo Ah bangkit. Dia akan pulang, sepertinya Habaek tidak akan pulang malam ini,
ia harap semua berjalan sesuai harapan mereka. Bi Ryeom menawarkan tumpangan
untuknya. Kontan Moo Ra melirik Bi Ryeom dengan benci.
“Hye
Ra. Aku kan sudah menyerah akan Habaek, tapi tidak bisakah kau bicara denganku
lebih sopan? Aku tahu situasi diantara kalian berdua, tapi aku merasa
tersinggung setiap saat.”
Moo
Ra semakin kesal, “Dengar manusia rendahan, akulah dewi tercantik dan makhluk
paling agung. Aku Dewi air paling kuat...”
Baiklah.
Baiklah. Soo Ah memotong ucapannya dengan malas. Ia pun pergi dari sana tanpa
mendengarkan omelan Moo Ra lagi. Pfft! Bi Ryeom tak bisa menahan tawa karena
Moo Ra diabaikan begitu saja. Sementara Habaek, dia berusaha keras untuk tetap
memasang tampang datar.
Soo
Ah sampai ke mobilnya. Ia mendesah lelah, “dia kejam sekali.”
Soo
Ri dan trio dewa memperhatikan wajah Joo Dong. Moo Ra menghela nafas, rupanya
yang dikatakan CEO Shin memang benar. Tapi ada idiot yang terus menuduhnya
membunuh Joo Dong. Bi Ryeom heran, kenapa sih Moo Ra terus membela ber*ngsek
itu?
“Aku
tidak membela siapapun. Aku bilang kalau kau tak seharusnya ikut campur. Kau
ingat apa yang aku katakan dulu? Aku bilang padamu untuk lari, Bi Ryeom. Dan
Habaek, aku sudah menyuruhmu untuk pura-pura tak mengetahuinya.”
Bi
Ryeom heran, kenapa juga mereka harus takut padanya. Moo Ra lama-lama geregeran
juga mendengarnya. Ia lelah harus bersama dengan para dewa yang
kekanak-kanakan.
Habaek
membenarkan ucapan Moo Ra, mereka sudah menemukan Joo Dong, jadi mereka tak
perlu memprovokasinya lagi. Moo Ra menyuruh Bi Ryeom untuk mendengarkan ucapan
Habaek. Dan untuk Habaek, Moo Ra memintanya untuk segera kembali setelah dia
mendapatkan batu sucinya.
Habaek
berdiri di puncak gedung memperhatikan kerlap-kerlip lampu kota. Moo Ra
menghampirinya, ia merasa pemandangan seperti ini sungguh menarik. Di dunia
para dewa, mereka hanya punya malam dan siang. Namun dia dunia manusia, ada
siang dan malam sekaligus pemandangan seperti ini.
“Habaek
pasti suka dengan tempat ini. Bagaimana denganmu?”
Selain
pakaian cantik disana, Moo Ra tak menyukai apapun lagi. Dia ingin secepat
mungkin kembali. Mereka sudah menemukan Joo Dong. Tapi Moo Ra heran dengan
Habaek yang kelihatan tak bahagia.
Habaek
berkata kalau dia bahagia. Sebelumnya, dia kan sudah mengatakan kalau dugaan Bi
Ryeom salah. Dia juga ingin kembali secepat mungkin. Moo Ra kembali ingin
mengungkit masalah Soo Ah..
Habaek
memotong ucapan Moo Ra, sebelum datang ke dunia manusia, Imam Besar mengatakan
kalau ia harus menemukan batu suci di dunia. Dan sekarang, dia akan segera
pergi tapi malah penasaran dengan alasannya.
Moo
Ra kesal, bukankah seharusnya dia sudah memahaminya sekarang? Dia selalu
berkata ambigu dan membuatnya menduga-duga. Apa Habaek tahu kenapa dia
melakukannya? Karena dia sebenarnya juga tak tahu jawabannya. Kalau dia
tertangkap basah, maka ia tak akan bisa menjadi Imam besar lagi.
“Begitukah?”
“Aku
akan memberitahukan jawabannya. Batu suci tetap berada disini karena Raja
selanjutnya harus belajar tentang dunia manusia sebelum penobatannya. Alasan itulah
yang menyebabkan dunia manusia tidak termasuk dalam dunia dewa dan kenapa
segalanya harus tetap seperti ini.”
Bukankah
Habaek sudah tahu tentang manusia sejak 1200 tahun yang lalu. Dewa tak
menginginkan adanya tumbal, tapi mereka tetap saja menenggelamkan wanita ke
laut supaya mereka bisa tetap hidup.
Mereka
melihat manusia dengan kasihan, tapi mereka semakin serakah dan mulai
menginginkan keabadian. Mereka membuat dunia dewa jungkir balik. Manusia itu
serahah, jahat dan bodoh. Jadi, apa yang perlu Habaek pelajari lagi sekarang?
Moo
Ra menyuruh Habaek untuk pergi. Tapi dia memperingatkan kalau Soo Ah bukanlah
sesuatu yang dibutuhkan Habaek saat dia menjadi Raja. So Ah cuma butiran debu
bagi mereka. Dia tak tahu apa yang membuat Habaek Ragu, tapi dia tak akan
tinggal diam.
terimakasih atas informasinya,, ijin share juga
BalasHapusdan jangan lupa kunjungi link http://idblackwalet.com/