SINOPSIS Strongest
Deliveryman Episode 1 Bagian 2
Sumber gambar:
KBS2
Jin
Gyu membawa pulang mobil mewahnya ke bengkel. Teman-temannya mendesis tak
percaya, apa dia benar-benar tak ingin melaporkan orang yang sudah membuat
mobilnya penyok.
Yah,
Jin Gyu rasa dia memang salah sudah menganggu orang yang sedang di kejar.
Daripada menyayangkan mobilnya, dia meminta mereka untuk menyiapkan mobil balap
miliknya. Dia bertaruh dalam dua balapan besar. Kalau menang, mereka
masing-masing akan mendapatkan bonus 5 juta won.
Kontan
mereka pun bahagia dan bergegas menyiapkan mobil balap Jin Gyu. Jin Gyu menatap
mobil mewahnya yang penyok, sebenarnya dia juga kesal sih.
Suasana
siang ini mendung dan petir terus menyambar-nyambar. Kang Soo mendengus kesal
mengingat pertemuannya dengan gadis motor matic tadi. Ia menghentikan motornya
didepan sebuah restoran mie.
“Mie buatan tangan. Tak diragukan lagi,
warung mie terbaik di pinggiran kota Seoul. Pesan antarnya bisa sejauh 1,2
kilometer. Sekitar 11.200 keluarga, dan 37.000 calon pelanggan.”
Kang
Soo masuk ke restoran mie yang kesannya sangat misterius. Langkahnya terhenti
saat ia melihat punggung seorang pria bertato tengah membanting adonan mie. Ia
terdiam memperhatikannya.
“Kau
siapa?”
Kang
Soo tergagap, “Oh, um, aku di sini untuk ... um ... mengantar pesananmu.”
Kang
Soo mencicipi jjajangmyeon buatan pemilik restoran, Tuan Jang. Tuan Jang sudah
mendengar kisah Kang Soo dari Tuan Kang. Dia berusia 25 tahun dan sudah punya 5
tahun pengalaman. Bagaimana rasanya? Katanya dia tak akan bekerja di tempat
yang rasa mie-nya mengerikan.
Kang
Soo meloloskan rasa mie itu. Dia sangat ingin bekerja ditempat Tuan Jang. Tapi
dia tak bisa bekerja lama. Dia hanya bekerja selama dua bulan. Tuan Jang tak
mempermasalahkannya, lagipula, kebanyakan pria hanya bertahan seminggu
ditempatnya. Tapi kenapa dia hanya menghabiskan waktu selama dua bulan?
“Hanya
saja, um ... karena aku penasaran dengan tempat lain.”
Tuan
Jang mengatainya gila. Tapi lupakan.. ia akan mendapatkan upah sebanyak 2 juta
won, termasuk kamar. Tapi kalau dia berhenti, dia akan dibayar dengan upah
rendah. Dan dia akan menagih sepuluh ribu won perhari untuk setiap malam yang
ia habiskan disana.
“Jangan
khawatir. Aku pasti tidak akan melakukan itu.”
Seorang
wanita ber-jas merah masuk ke restoran mie, dan seketika angin pun berhembus
dengan sangat kuat. Tuan Jang pun langsung menyambut wanita itu. Wanita itu,
Soon Ae menatap Kang Soo dan bertanya siapa dia. Tuan Jang berkata kalau dia
adalah anak baru.
“Siapa
namamu?”
“Oh,
Kang Soo. Choi Kang Soo.”
“Kang
Soo (artinya curah hujan)? Apa nama adik kandungmu Yak Soo (air mineral) atau
Moo Ri Soo (bilangan irrasional)?”
Kang
Soo bengong mendengar lawakan datar itu. Soon Ae seketika menyuruh Tuan Jang
untuk tak menerimanya, dia tak menyukainya. Tuan Jang tak bisa membelanya dan
menyuruhnya untuk pergi.
Kang
Soo mengatakan kalau lawakan Soon Ae barusan sebenarnya lucu. Saking lucunya,
dia sampai tak sempat untuk tertawa. Soon Ae tak mau menerima alasannya, sangat
terlambat. Tuan Jang menghidangkan teh puer untuk Soon Ae. Namun Soon Ae menolaknya,
dia tak mau teh puer karena dia wanita. (dalam bahasa korea, teh puer artinya
anak laki-laki)
Seketika
Kang Soo tertawa terbahak-bahak. Soon Ae tahu kalau dia sedang berusaha keras
untuk tertawa. Baiklah, dia akan membiarkannya bekerja kalau Dan Ah
mengijinkannya. Kang Soo terkejut, memangnya ada pekerja lain?
“Dia
seumuran denganmu, dan dia memiliki pengalaman lima tahun, sepertimu. Dia
seorang veteran sejati.” Jelas Tuan Jang.
Dan
Ah sedang bekerja. Dalam perjalanan, dia terus melemparkan kartu nama restoran
mie mereka. Dan kartu nama-kartu nama itu tepat terselip ke pintu maupun langsung
masuk ke dompet orang-orang saking ahlinya.
Tuan
Jang dan Soon Ae mengatakan kalau Dan Ah bisa mengantarkan 12 pesanan seorang
diri. Dia tak pernah terlambat, pulang lebih awal, atau hal lainnya. Mereka belum
pernah melihat orang yang lebih cepat darinya.
Mereka
memanggilnya sebagai legenda. Sederhananya, dia yang akan mewawancarai Kang Soo
tahap akhir.
Tak
lama kemudian, Dan Ah sampai juga ke restoran. Dia dan Kang Soo sama-sama
terkejut melihat satu sama lain. Dan Ah mengatakan kalau mereka berdua sudah
bertemu secara kebetulan, dengan cara yang busuk.
Ia
tersenyum licik ke arah Kang Soo, “Mari kita mulai wawancaranya.”
Wawancara
dimulai. Dan Ah bertanya kenapa Kang Soo bekerja sangat lama sebagai pengantar
barang. Apa dia tak punya bakat lain? Kang Soo mengelak, dia hanya menyukai
pekerjaan ini. Memangnya tidak boleh?
Dan
Ah memanggil Kang Soo dengan sebutan Oppa. Dia mengomentari cara duduknya yang
tidak tegap. Nanti, tulangnya bisa bengkok loh. Soon Ae dan Tuan Jang menyuruh
Kang Soo untuk mengikuti perintah Dan Ah. Kalau dia memanggilnya dengan sebutan
‘oppa’, tandanya dia tak menyukainya.
“Cepat
bangun dan duduk tegak. Letakkan kedua lututmu bersama-sama. Dan letakkan kedua
tanganmu di atas kakimu.”
Kang
Soo menggerakkan kakinya dengan setengah hati. Kesal, dia pun bangkit dari
duduknya dan menyuruh mereka mencari orang lain saja.
“Kau
lulus.” Ujar Dan Ah.
Kang
Soo bengong. Tuan Jang ikut menyatakan kalau dia sudah lulus. Ia menyuruhnya
untuk membereskan barang-barangnya di kamar atas. Dan Ah juga memuji Kang Soo,
dia lulus dengan nilai tertinggi.
Kang
Soo mengeluarkan barang-barangnya. Dia memeriksa peta miliknya. Akhirnya, dia sudah
menempati 33 tempat di Seoul. Tapi dia masih punya banyak tempat yang belum
sempat ditinggalinya. Seoul sangat besar.
Dan
Ah memanggil Kang Soo untuk cepat turun. Kang Soo mendengus kesal karena dia
baru mau mulai menata barang-barangnya. Dia pun sudah harus bekerja mengantar
pesanan makanan.
Dan
Ah sampai ke SMA untuk mengantar makanan. Saat itu, anak-anak SMA sudah
menunggunya. Mereka menjadi penggemar Dan Ah dan mengerubunginya. Dan Ah pun
dengan santai melemparkan kiss bye pada mereka.
Sementara
itu, Kang Soo mengantar mie ke tempat para atlet tinju. Mereka semua menatapnya
sengit sambil menunjukkan penolakan, mereka tidak mau dikirimi makanan oleh
pengantar pria.
Kang
Soo juga mengantar ke sebuah rumah yang punya anjing penjaga. Anjing itu terus
menggonggong padanya. Dan Ah dengan santai mengelus anjing itu kemudian masuk ke
rumah untuk mengantar pesanan.
Nyonya
Jung Hye Ran bersama Sekretarisnya turun ke sebuah gang yang ramai.
Sekretarisnya menjelaskan kalau sebuah restoran bisa membalik mejanya selama
empat kali dalam sehari. Nyonya Jung bertanya, apakah gang itu memang selalu
sukses?
“Sampai
dua tahun yang lalu, daerah ini sangat tidak signifikan. Tapi saat sewa
melonjak di dekat jalan utama, banyak kantor pindah ke sini. Dan di atas itu,
markas besar Sunjin Construction juga pindah ke sini. Lebih dari 10.000
karyawan harus makan makan siang dan makan malam di restoran sini.”
Nyonya
Jung menyuruh Sekretarisnya untuk mempercepat proses pembelian komplek
perbelajaannya. Keduanya melihat sebuah restoran yang sangat ramai, saking
ramainya sampai pelanggan harus mengantri. Sekretarisnya menjelaskan kalau
tempat itu sudah berdagang selama 30 tahun, jadi memiliki banyak pelanggan.
Nyonya
Jung menyuruh Sekretarisnya untuk mengurus tempat itu lebih dulu. Sekretarisnya
agak terkejut. Namun Nyonya Jung dengan tegas mengatakan kalau dia harus
mengalahkan orang lain kalau harus memulai bisnis ditempat baru.
Sesampainya
di kantor, puluhan pendemo sudah ada disana. Mereka menolak Restoran Keluarga
Jung yang ingin menghancurkan tempat mereka. Namun Nyonya Jung tak
memperdulikan mereka dan tetap menjalankan rencananya.
Jadi,
Keluarga Jung ini punya usaha restoran yang bercabang-cabang. Dia akan
menguasai keseluruhan gang dan membangun banyak restoran yang bervariasi. Mulai
dari yang menjual makanan jepang, makanan korea dll.
Soon
Ae menonton iklan Restoran Keluarga Jung. Kelihatannya enak, dia jadi lapar.
Dan Ah mengatakan kalau dia akan membelikan donat twisted saat pulang nanti.
Soon Ae senang, dia memang peka. Kang Soo ikut menawarkan akan membelikannya
kimbap saat pulang.
“Memangnya
aku psk?” ketus Soon Ae. Hehehe.
Kang
Soo mengantar makanan ke bengkel Jin Gyu. Dia melihat mobil balapnya yang
kelihatan keren. Desainnya luar biasa. Jin Gyu bangga karena ada orang yang
menyukai mobilnya. Kang Soo penasaran, berapa harganya?
Jin
Gyu meremehkan Kang Soo dan tak mau mengatakannya. Mobil itu cuma ada sepuluh
di Korea. Mobil ini tak dijual dan ia tak akan mampu membelinya. Tetap saja,
Kang Soo menganggap harga mobil itu tak lebih mahal dari harga seseorang.
Dirinya bukan orang murahan loh.
Jin
Gyu menepuk pundak Kang Soo, maaf yah. Antarkan saja makanannya ke orang-orang
dibelakang. Kang Soo pun tak mau berdebat lebih panjang dan mengikuti
perintahnya. Tapi dia kemudian mendengar Jin Gyu bergumam, “konyol sekali.”
Kang
Soo berbalik dan bertanya apa yang barusan dikatakannya. Jin Gyu
mengabaikannya, dia cuma bicara pada diri sendiri. Kang Soo kesal, yak, kalau
bicara itu harus mikir dulu. Jangan remehkan oranglain meskipun dia hanya
tukang antar. Jin Gyu balik marah, kenapa dia jadi kelewatan sekali?
“Kelewatan?
Kalau kau marah, ya marah, lalu kalau aku marah, aku lebih rendah?”
“Kau
lucu sekali.” Jin Gyu mendorong pundak Kang Soo, “Kau lucu sekali, hah!”
Kang
Soo kelewat marah, ia hendak memukul Jin Gyu kalau tak ditahan orang-orang
bengkel. Dia sudah sering mengalami hal semacam ini. Kalau orang br*ngsek
sepertinya tak dihajar, dia tak akan dapat balasan.
Orang-orang bengkel terus
menahan Kang Soo dan memisahkan keduanya.
Dalam
perjalanan kembali, Kang Soo dihadang oleh pengantar makanan di wilayah itu.
mereka menyuruhnya untuk pergi menemui Baek Gong Gi. Pergilah membungkuk 90
derajat padanya lalu perkenalkan diri. Dia yang akan memutuskan apa yang harus
anak baru sepertinya lakukan.
Kang
Soo menolak, dia tak mau menemui Baek Gong Gi (seribu mangkuk), dia akan menemui
pria seribu mangkuk. Mereka nyinyir menyuruh Kang Soo untuk berhati-hati, dia
bisa lumpuh karenanya. Kang Soo tak perduli, dia menyuruh mereka pergi, ia akan
mengurusnya sendiri.
Mereka
kesal bukan kepalang. Tapi salah satu dari mereka menghentikan rekannya dan
melepaskan Kang Soo untuk kali ini. Kang Soo menghela nafas panjang, Seoul
memang luas, lingkungan seperti ini ternyata masih ada juga.
Dan
Ah mengantar sebuah pesanan. Seorang anak kecil melihatnya, dia menunjukkan pada
Ibunya kalau ada perempuan yang mengantar jjajangmyeon. Ibu anak kecil itu
menasehati anaknya supaya rajin belajar supaya tidak menjadi seperti dia.
Dan
Ah memutar matanya dengan malas, “Permisi, Kau harus pintar melakukan pekerjaan
ini. Kau perlu mengetahui jalan dengan baik dan menghitung dengan cepat.”
“Ah..
iya.” Balas Si Ibu remeh.
Ahjussi
pelanggan terus memperhatikan badan Dan Ah. Dia mendengar katanya ada pengantar
makanan yang cantik, rupanya memang benar. Ia pun menyentuh pant*tnya dengan
sengaja. Kontan Dan Ah mendelik ke arahnya. Ahjussi meminta maaf, ia tak
sengaja dan kembali menyentuh pant*tnya.
Kontan
Dan Ah memelintir tangan Ahjussi. Teman Ahjussi ingin menyerang Dan Ah, namun
dengan cekatan Dan Ah mengabil kotak pengantar dan memukul Teman Ahjussi itu.
Pekerjaannya pasti akan mudah kalau tak bertemu dengan orang-orang semacamnya.
Kalau sampai menyentuhnya lagi, maka ia akan mematahkan semua persendiannya.
Dan
Ah meminta uang bayaran. Setelah mendapatkannya, ia berpesan supaya Ahjussi
meninggalkan mangkuk makanannya di lantai atas karena dia tak mau naik turun.
Dan, jangan pesan mie ditempatnya lagi karena dia tak mau melihat wajahnya
lagi.
Dipersimpangan,
Dan Ah dan Kang Soo kembali bertemu dan mereka hampir bertabrakan lagi. Keduanya
pun saling bertatapan sengit.
Malam
harinya, restoran mie tutup. Dan Ah dan Kang Soo mengantar Tuan Jang dan Soon
Ae keluar. Tuan Jang menawarkan supaya ia bisa mengantar Soon Ae. Soon Ae
mempersilahkannya, kalau memang dia mau mati.
Kontan
Tuan Jang tak bisa bicara lagi dan langsung berbalik arah. Kang Soo heran,
memangnya apa hubungan diantara mereka berdua?
Dan
Ah menyuruh Kang Soo untuk bekerja saja, dia tak perlu tahu. Kang Soo kesal. Dia
benar-benar ingin menuntutnya. Dan Ah tak takut, lakukan saja. Berhentilah menyalah
dan bertindaklah.
Dan
Ah sudah membersihkan piring dan mangkuk. Jadi, dia menyuruh Kang Soo
menyelesaikan sisa pekerjaannya. Tenang saja, Kang Soo lebih baik darinya.
Baiklah, Dan Ah akan memeriksanya esok pagi. Dia ingin tahu kalau Kang Soo memang
benar-benar bisa melakukannya dengan baik.
“Memangnya
kau pikir kau siapa?”
“Aku?
Aku adalah orang yang bisa memecatmu. Semangat yah, Oppa~~” Ujar Dan Ah
kemudian pergi. Kang Soo menggeram kesal, tak bisa mengalahkan Dan Ah dalam adu
mulut.
Ji
Yoon berhasil kabur dari kejaran para pria berjas hitam. Dia duduk di depan
sebuah gedung dengan perut keroncongan. Tak sengaja, dia melihat ada mangkuk
bekas jjajangmyeon tergeletak disana.
Dia
dengan hati-hati menghampiri mangkuknya. Ia meyakinkan diri supaya tak
memakannya. Tapi perutnya terus berbunyi nyaring. Rasa laparnya tak tertahan. Ia
pun akhirnya memakan makanan sisa.
Bertepatan
saat itu, Kang Soo sampai disana. Kang Soo pura-pura tak tahu apa yang sedang
dilakukannya. Apa dia belum selesai memakan pesanannya? Ji Yoon menggeleng. Dia
buru-buru memberikan mangkuknya pada Kang Soo dan bergegas pergi.
Kang
Soo menunjuk ranselnya yang tertinggal. Ji Yoon mengambil ranselnya dan berniat
pergi. Namun Kang Soo merebut ransel milik Ji Yoon, dia mengajaknya untuk ikut
bersamanya, biar dia bisa makan makanan yang bersih. Ji Yoon mengelak, itu cuma
salah paham. Kang Soo tak percaya dan tetap membawa ranselnya.
Kang
Soo memasak jjajangmyeon dan menghidangkannya untuk Ji Yoon. Ji Yoon memakannya
dengan lahap. Kang Soo pun tersenyum melihatnya.
Ayah
Ji Yoon, Tuan Lee menelepon bodyguard Ji Yoon untuk menanyakan keberadaannya.
Namun mereka sampai sekarang belum menemukannya. Tuan Lee marah pada Nyonya
Jung karena dia memblokir kartu kredit Ji Yoon. Sangat berbahaya kalau dia diluar
tanpa memegang uang.
“Dia
harus kedinginan dan lapar untuk kembali ke rumah. Metodemu untuk mencarinya
akan membuatnya pergi lebih jauh lagi.” Tutur Nyonya Jung dingin.
Kang
Soo sudah bisa menebak kalau Ji Yoon ini kabur dari rumahnya dan kehabisan
uang. Dia sudah menggelandang selama tiga hari. Ji Yoon terkejut, bagaimana dia
bisa mengetahuinya. Kang Soo bisa menebak, melihat bagaimana ia rela makan
daging babi bekas.
Ji
Yoon malu dan meminta Kang Soo tak membahasnya lagi. Kang Soo bertanya berapa
umurnya. Ji Yoon mengaku berumur 23 tahun. Kang Soo tak percaya, kalau usianya
23 tahu maka dia akan pindah rumah bukannya kabur. Tanpa lipstik maupun seragam
pun dia tahu berapa umurnya.
“Kira-kira
berapa umurku?”
“Kau
anak SMA kan? Kau harus memanggil aku Ahjussi. Aku lebih tua tujuh tahun
darimu.”
Kang
Soo bertanya alasannya kabur dari rumah. Ji Yoon mengaku membaca di buku
panduan mengasuh anak. Dalam bukunya, kalau anak terus dikekang maka suatu saat
ia akan memberontak. Selama ini, dia hanya berani bicara ‘apakah aku bisa
melakukannya?’ lalu Ibunya akan bicara ‘kau harus melakukannya’ dan dia akan
menjawab ‘ya, aku mengerti’.
“Jadi,
apa yang akan kau lakukan sekarang?”
Ji
Yoon menggeleng bingung. Kang Soo pun akhirnya merelakan kamarnya untuk
ditempati Ji Yoon. Dia menyuruhnya supaya terus memikirkan wajah Ibunya selama
tidur. Ji Yoon mengiyakan ucapan Kang Soo.
Kang
Soo keluar meninggalkan kamar. Ji Yoon dengan hati-hati ingin menguncinya. Tapi
tiba-tiba Kang Soo membuka pintu kamar lagi, dia mengingatkan Ji Yoon agar
mengunci jendela sebelum tidur. Dia pun kemudian mengunci pintu kamarnya.
Para
Pengantar Barang melakukan perkumpulan. Byeong Soo mengadu pada Baek Gong Gi
kalau disana ada anak baru yang tidak punya sopan santun. Dia bahkan
mengolok-olok namanya. Min Chan sibuk membaca buku, dia menyuruh mereka untuk
membiarkannya. Jangan mengganggu pekerjaan orang lain.
Byeong
Soo masih tak terima. Dia marah karenanya. Baiklah, Baek Gong Gi mengutus
mereka untuk melakukan apapun yang mereka mau. Tapi ingat, jangan sampai
menyakiti anak-anak dan wanita. Mereka mengerti.
Byeong
Soo cs ingat kalau sekarang sudah waktunya Ji Yeon untuk pulang kerja. Mereka pun
buru-buru keluar mencarinya. Mata mereka seketika melotot melihat seorang
wanita berbadan molek sedang berjalan.
Ji
Yeon masuk ke rumahnya. Dan Ah menyuruhnya supaya pulang lebih awal, apa dia
tak ingat kalau pakaian dalamnya dicuri terakhir kali. Ji Yeon meminta maaf,
dia hanya minum bersama instruktor lainnya. Ia melihat Dan Ah sibuk belajar
bahasa inggris, sepertinya gadis hapkido belajar bahasa inggris seperti biasa.
Tentu
saja. Dan Ah menyarankan agar Ji Yeon berhenti minum dan mulai belajar bahasa
inggris. Paling tidak, dia harus tahu kata kerja infinitif. Ji Yeon sih bodoh
amat, yang penting dia punya tubuh indah. Ia bertanya, apakah Dan Ah
benar-benar akan pergi?
Dan
Ah sudah mantap untuk pergi. Lulusan SMA sepertinya tak akan bisa berkembang,
dia hanya akan menjadi semakin miskin. Dia akan pergi kalau sudah menabung
sampai 100 juta won.
“Kapan
itu?”
Dan
Ah menunjukkan penghitung harinya, tinggal 195 hari lagi. Ji Yeon terkejut, dia
beruntung sekali sudah bisa menabung. Dan Ah merebahkan diri dengan senang, ia
akan segera kabur dari sana.
Waktunya tinggal setengah tahun lagi. Ji Yeon
menyuruhnya untuk berhenti, itu membuatnya sedih. Dan Ah berjanji akan
mengirimkan video call atau surel padanya.
Kang
Soo tidur di kursi yang ia tata. Ia video call dengan dua pria yang
memanggilnya ‘Hyung’. Mereka mengaku rindu dan ingin bertemu dengannya. Kang
Soo pun berjanji kalau dia akan mengunjungi mereka.
Kang
Soo mengakhiri video call-nya. Dia melihat layar ponselnya yang retak. Dia
mendesis kesal saat mengingat Dan Ah.
Esok
harinya, Dan Ah berangkat kerja dan mendapati Kang Soo tidur di kursi. Ia
membangunkannya dengan memanggilnya ‘Oppa~’. Kang Soo kaget melihat wajah Dan
Ah tepat didepan wajahnya. Sejak kapan dia datang?
“Barusan.
Bersiaplah untuk bekerja.”
Kang
Soo ingat tentang Ji Yoon. Dia pun buru-buru naik ke lantai atas dan mengetuk
pintu kamarnya. Ia terus memanggilnya tapi tak ada respon. Kang Soo akhirnya
membuka pintunya dan ternyata Ji Yoon sudah pergi. Dia meninggalkan note, “Ahjussi,
terimakasih.”
Kang
Soo khawatir, “Kemana dia pergi?”
Ji
Yoon duduk di tepi danau. Umur 23 tahun bukanlah umur untuk kabur, tapi umur
untuk pindahan. Sekarang, apa yang harus ia lakukan? Perut Ji Yoon keroncongan,
“Ahjussi, aku lapar lagi. Aku ingin sarapan.”
Tuan
Oh menasehati putera tertuanya tentang bisnis. Sementara itu, saat ia berbicara
dengan Jin Gyu, dia nyinyir karena Jin Gyu tak bisa berbuat apa-apa. Hidupnya hanya
senang-senang dan membuat orang lain kecewa. Ibu Jin Gyu membelanya, putranya
pasti punya tugas yang lain.
Tuan
Oh berkata kalau membagi perusahaan menjadi dua atau tiga akan membuatnya
hancur. Jadi, dia akan mewariskan pada salah satu puteranya. Dia menyuruh Jin
Gyu untuk hidup sederhana. Dan, tetaplah menjadi tolol.
Jin
Gyu kecewa, tapi dia menanggapi dengan tenang “Baiklah.”
Jin
Gyu langsung pergi setelah acara sarapan usai. Hyung-nya mengejarnya dan
memberikan uang untuk membeli mobil. Jin Gyu heran, kok iklas sekali? Hyung-nya
menyuruh dia untuk mengambilnya saja.
“Hyung,
terimakasih.” Jin Gyu menerimanya dengan senang hati.
Tak
buang waktu, Jin Gyu bergegas menggunakan uangnya untuk membeli mobil baru. Dia
mengendarai mobilnya dijalanan sambil berteriak meluapkan kekesalan, “Ya ...
kurasa aku orang tolol. Aku orang tolol.”
Di
restoran, Kang Soo memberitahukan kalau stock mangkuknya habis. Dia sudah pergi
ke tujuh rumah dan mereka mengatakan kalau sudah meletakkan mangkuknya diluar.
Tuan Jang tak mau tahu dan menyuruhnya untuk bicara dengan Dan Ah.
Simple,
Dan Ah menyuruh Kang Soo menemukan mangkuk-mangkuk itu entah bagaimana caranya.
Kalau tak bisa menemukannya, dia akan dipecat. “Oppa, hwaiting~”
Saat
ia kembali ke komplek tempat ia mengirim makanan. Dia melihat Byeong Soo cs
sedang berkumpul. Mereka tertawa terbahak-bahak karena berhasil mengerjadi Kang
Soo dengan mencuri piring-piring.
Kepergok
Kang Soo, Byeong Soo cs buru-buru kabur. Kang Soo pun mengejar salah satu dari
mereka sampai dapat. Kang Soo menggeplak kepala salah satu dari mereka dan
menyuruhnya mengantar dia bertemu dengan Baek Gong Gi.
“Apa
kau menyuruh mereka melakukan itu?” tanya Kang Soo pada Baek Gong Gi.
Baek
Gong Gi tak mau mengaku ataupun mengiyakan. Kang Soo emosi dan berusaha
menyerangnya. Namun Baek Gong Gi lihai dalam menghindar. Ia membalas serangan
Kang Soo, dan mampu membantingnya sampai ia tak bisa bangkit lagi.
Dia
mengatai Kang Soo lamban. Mereka bisa bertemu lagi di kesempatan lainnya. Kang
Soo belum menyerah, dia kembali bangkit dan menyerang Baek Gong Gi. Baek Gong
Gi kesal dan mendesaknya ke pinggiran loteng.
Dia
kan sudah menyuruhnya untuk berhenti, dia tak akan bisa mengalahkannya. Kang
Soo tak kehilangan akal dan mengapit kaki Baek Gong Gi. Mereka berdua terhuyung
ke arah pembatas loteng. Keduanya hampir jatuh dan orang-orang panik melihat
mereka dari bawah.
Baek
Gong Gi gemetaran. Dia menyuruh Kang Soo berhenti atau mereka berdua akan
jatuh. Kang Soo tak mau berhenti, dia menuntut Baek Gong Gi untuk mengembalikan
mangkuknya. Kembalikan sekarang!
Epilog:
Masa
SMA Kang Soo. Dia berteriak menuntut ayahnya untuk memberikan penjelasan.
Kemana sebenarnya dia pergi? Dia adalah pasien kanker yang kabur selama sepuluh
hari. Ayah Kang Soo menatap lautan dengan sedih, “Seoul.”
“Seoul?
Apa ayah pergi ke Seoul untuk mencari wanita itu?”
Ayah
mengangguk. Kang Soo marah, apa ayahnya bodoh? Untuk apa dia mencari wanita
yang membawa kabur uangnya?
Kang
Soo menarik ayahnya untuk berdiri. Dia menunjukkan dua kapal yang ada di
dermaga. Kalau Ayahnya masih memiliki dua kapal itu, dia tak akan menjadi
seperti sekarang. Wanita itu yang sudah membuatnya seperti ini.
“Jangan
panggil dia ‘wanita itu’. Dia itu ibumu.”
“Lalu
kenapa wanita itu harus menjadi ibuku?” Kang Soo membentak ayahnya, “Mati saja.
Jangan membuatku kesal seperti ini, mati saja.”
Ayah
memanggil Kang Soo. Dia menyuruhnya untuk hidup dengan baik. Tanpa ayah dan
Ibunya, hiduplah dengan baik. Jangan menjadi kasar dan dingin. Kang Soo sungguh
kesal pada ayahnya, sampai akhir pun dia masih begitu.
Kang
Soo pun pergi meninggalkan Ayahnya yang tampak putus asa.
Beberapa
waktu kemudian, Kang Soo sudah ada dilautan menabur abu ayahnya. Dia berjanji
akan hidup dengan baik. Tapi dia memastikan akan menemukan wanita itu. dia akan
memastikan kalau wanita itu tahu bagaimana hidup ayahnya setelah ia pergi
meninggalkannya.
Kang
Soo melepar kotak abu ayahnya, “Pergilah. Kau sudah hidup dengan berat selama
ini.”
Dia
terduduk sedih melepas kepergian Ayahnya. Ia pun kemudian memulai perjalanannya
menuju ke Seoul.
Apa ada yg tau aplikasi apa yg dipakai dan ah untuk menghitung harinya itu?
BalasHapus