SINOPSIS Radiant
Office Episode 7 Bagian 2
Sumber gambar: MBC
Ho
Won segera menelepon Ibu, kenapa dia memberikan jimat pada GM Seo? Kenapa tidak
bilang-bilang dulu? Ibu merasa ia tidak perlu mengatakannya, lagipula Ho Won
kemungkinan tidak akan mengizinkannya kalau dia bilang. Dia mendapatkan jimat
itu dari dukun terkenal. Katanya dia bisa menjadi presdir dengan jimat itu.
Sudahlah,
Ho Won mengakhiri sambungan teleponnya. Beberapa saat kemudian, Ho Won baru
kepikiran, apakah dia terlalu keras lagi pada ibunya? Entahlah.
Ketika
Ho Won masuk ke ruang kerja, Dirut Han sudah ada disana memarahi Tim Penjualan
yang tidak punya perkembangan. Ho Won terkejut melihat mereka sudah berkumpul,
ia pun buru-buru masuk barisan Tim Marketing. Dirut Han mengancam Tim Penjualan
kalau dia akan membuat mereka semua mengundurkan diri kalau penjualannya tidak
ada kemajuan.
Sedangkan
Tim Marketing melakukan penjualan dengan cukup baik. Dirut Han perhatian
mengomentari Woo jin yang sepertinya bekerja sangat keras kali ini. Tidak
seperti Tim sebelah yang kerjaannya santai-santai, sindi Dirut Han pada Tim
Penjualan.
Setelah
Dirut Han pergi, Tuan Park menyuruh semua anggota Tim Penjualan ke ruang
meeting. Giliran dia yang mengomeli mereka karena penjualan mereka sangat
buruk. Khususnya dia menyalahkan Asisten Lee, dia sudah berjanji akan meningkatkan
penjualannya bulan ini. Tapi nyatanya apa? Tuan Park terus mencak-mencak tidak
karuan.
“Aku
akan bekerja lebih keras.”
“Tidak.
Sepertinya aku tak bisa. Kita mati saja.” Ujar Tuan Park emosi.
Tuan
Park memberikan stick golf pada Asisten Lee dan menyuruhnya supaya memukulnya.
Toh, mereka juga sama-sama akan mati. Pukul dia dan tingkatkan penjualannya.
Asisten Lee tidak berani melakukannya. Manager Jo lama-lama risih juga melihat
tingkat Tuan Park, ia coba menegurnya namun Tuan Park tidak mau dengar.
Asisten
Lee membungkuk memohon ampun. Tuan Park dengan emosi menyuruhnya supaya
menaikkan nilai penjualan Tim mereka. Ia pun pergi dengan kesal. Manager Jo
mencoba tetap tenang, dia mengintruksikan Jae Min dan Kang Ho untuk membereskan
ruangan. Sedangkan Asisten Lee, nanti sore dia harus mengunjungi toko.
Asisten
Lee mewek sendiri, harusnya tadi Tuan Park menelan ludahnya dulu saat bicara.
Wajahnya jadi baru begini.
“Kau
pasti senang. Kau tidak perlu khawatir soal target penjualan karena kau cuma
pegawai sementara. Rapikan ruangan ini.” perintah Jae Min kemudian pergi.
Kang
Ho menatap kepergiannya dengan dongkol, “Ya. Aku senang sekali, brengsk.”
Ki
Taek dan Ho Won bergegas menemui Kang Ho, apa dia baik-baik saja? Apa yang
terjadi? Bertepatan saat itu juga, mereka bertiga mendapat sms dari Asisten Lee
yang menyuruh mereka bertiga untuk berkumpul di atap.
Asisten
Lee mengumpulkan mereka untuk membantu menjual furnitur. Cara tercepat untuk
mendapatkan pekerjaan tetap adalah dengan membantu penjualan perusahaan. Ki
Taek dan Ho Won keberatan, apalagi mereka dari Tim Marketing. Tidak masalah
bagi Asisten Lee, toh mereka sama-sama melakukannya untuk perusahaan. Kang Ho
mau melakukannya, tapi setidaknya turunkan target penjualan mereka.
“Apa
ini usul dari Anda sendiri? Atau dari Manajer Jo atau Tuan Park?” kritis Ho
Won.
Asisten
Lee menjawab dengan ambigu, Tuan Park tidak akan secara langsung memerintahkan
mereka. Memangnya mereka pikir siapa yang memperkerjakan mereka? Kalau
pekerjaan mereka tidak bagus, mereka bisa dipindahkan ke toko dan menjadi
sales. Ho Won tetap pada pendiriannya dan menolak untuk membantu penjualan Tim
Tuan Park. Bukankah dia sedang memanfaatkan mereka dengan menggunakan posisi
tetap sebagai umpan?
Anggap
saja memang benar dia melakukannya, memangnya kenapa? Perusahaan-lah yang
menentukan pekerjaan mereka. Kalau tidak mau, ya sudah keluar saja. Ho Won
berniat ingin membicarakan hal ini dengan Tuan Park dulu... Jangan! Bentak Kang
Ho. Dia menyetujui apa yang diperintahkan oleh Asisten Lee.
Asisten
Lee pun pergi setelah berhasil memanfaatkan mereka. Kang Ho dengan penuh ambisi
mengatakan pada Ho Won, ia harus mendapatkan pekerjaan tetap ini. Ho Won dan Ki
Taek ada di Tim Marketing, dia tidak tahu bagaimana setiap pagi menerima omelan
Asisten Lee. Kalau mereka membuat Asisten Lee marah, maka ia yang akan susah.
“Jadi
maksudmu kita harus melaksanakan perintah yang tidak adil ini? Anggap saja kita
menurutinya tapi, harus kemana kita jual furnitur-furnitur itu? Apa kita harus
mengemis di jalanan sama orang agar membeli furnitur kita? Apa yang akan kita
lakukan? Salah, ya salah.” protes Ho Won.
“Ini
tidak akan mempengaruhimu walau kau tidak bersedia melakukannya, tapi tidak
bagiku!” tegas Kang Ho.
Ho
Won tampak pusing memikirkan target penjualan mereka. Pemilik Minimarket datang
memberitahukan jika temannya punya rencana menikah, dia merekomendasikan mereka
untuk membeli produk dari perusahaan Ho Won. Memangnya berapa targetnya?
“30
juta won.”
Pemilik
Minimarket seketika mengumpati perusahaan mereka yang mata duitan.
Woo
Jin mentraktir Seo Hyun sebagai ucapan terimakasih atas bantuannya. Ia
basa-basi kemudian bertanya mengenai buku yang dirilis Seo Hyun, ia sudah
membacanya. Disana ia menceritakan tiga orang yang dilarikan ke rumah sakit,
apa mereka adalah karyawan magang di perusahaannya?
Seo
Hyun membenarkan, sungguh kebetulan. Woo Jin tanya, apa dia harus menuliskan
tentang mereka? Seo Hyun tidak menjawab dengan gamblang, dia memang sudah
berniat menulikannya sejak awal. Dan kebetulan bertemu lagi dengan mereka.
Sesungguhnya, Woo Jin tidak percaya dengan yang namanya kebetulan. Ekspresinya
seketika berubah serius, “Di setiap kebetulan tersembunyi maksud dan keinginan
seseorang. Misalnya, maksud tersembunyi dari putra ketua.”
Seo
Hyun tidak mau menganggap apa yang ia lakukan sebagai maksud tersembunyi,
katakan saja kalau ini adalah sebuah belas kasihan. Dia ingin memberikan
kesempatan pada mereka yang putus asa menjalani hidup. Dia hanya memberikan
kesempatan, jadi jika Woo jin tidak menginginkannya, dia bisa memecat mereka.
“Apa
menurutmu mereka akan berterima kasih jika mereka tahu soal ini? Apa Eun Ho Won
sudah tahu?”
Seo
Hyun jadi bertanya-tanya kenapa Woo Jin jadi terpancing emosi begini. Dia
merasa risih atau tidak suka dirinya punya kekuasaan? Kalau memang dia risih,
tinggal pecat saja mereka. Tapi kalau dia iri karena tidak punya kekuasaan, ia
bisa membantunya jika dia mau.
Manager
Heo bertanya bagaimana pendapat Woo Jin setelah bertemu dengan Seo Hyun. Woo
Jin belum bisa memastikan, dia orang yang tenang dan sangat berbeda dengan
Ketua Seo. Mereka harus tahu lebih lanjut sebelum mengerti apa yang ia
rencanakan.
Dalam
perjalanan menuju tempat pemotretan, Woo Jin membahas tugas mereka disana. Ho
Won tidak berkosentrasi dan terus melamun. Apa yang sedang ia pikirkan? Ho Won
ingin bertanya masalah penjualan tim mereka. Tapi ia ragu, ia pun buru-buru
mengalihkan topik kemudian minta izin menyalakan radio.
Saat
menyalakan radio, lagu Red Velvet – Rookie Rookie terputar. Ho Won menahan
senyumnya. Woo Jin buru-buru mematikan tape-nya, belakangan di radio cuma
memutas lagu semacam itu. Ho Won senyam-senyum, sepertinya itu bukan radio deh.
Sesampainya
di tempat pemotretan, Ho Won sibuk memotreti barang-barang karena Ji Na yang menugaskannya.
Sedangkan Woo Jin sibuk dengan tugasnya sendiri. Tanpa sengaja, ia mendengar
dua karyawan tim desain tengah menggosipkan dirinya dengan Ho Won. Katanya
mereka berdua kencan, mungkin Ho Won masuk kesana karena menggoda GM Seo.
Bertepatan
saat Ho Won menghampiri Woo Jin, dua wanita itu pergi sehingga Ho Won tidak
mendengar gosip itu. Ia memberitahukan pada Woo Jik kalau pemotretannya akan di
mulai. Keduanya pun mulai sibuk mengikuti jalannya pemotretan.
Seorang
pekerja bersiap mengubah setting pemotretan dan menarik pengganjang papan
settingnya. Tidak sengaja pria itu tak memegangi papannya hingga roboh,
sedangkan Ho Won ada dibawahnya. Semua orang terkejut, untungnya Ho Won sigap
bersembunyi dibawah kolong meja dan merangkak keluar dengan selamat.
“Apa
yang kau lakukan? Fokuslah bekerja.”
“Maaf,
tapi aku baik-baik saja.”
Siapa
yang bertanya dia baik-baik saja? Bentak Woo Jin. Dia berdiri di tengah, tidak
seharusnya dia berada disana. Bukannya dia dengar kalau settingnya harus
diganti? Ho Won tidak berani menjawab omelannya, dia tertunduk malu karena
dimarahi di depan karyawan lain.
Woo
Jin kembali ke kantor dengan suasana hati yang tidak senang. Gosip diantara
para karyawan masih kepikiran terus.
Sedangkan
Ho Won duduk di halte sendirian, masih merutuk sebal dengan Woo Jin yang
mengomelinya di depan umum. Jahat sekali. Tapi ya sudahlah, mungkin memang
dirinya juga salah. Saat sibuk melamun, sebuah mobil tiba-tiba berdiri
dihadapannya dan Seo Hyun tersenyum dari dalam mobil. Ia menawarkan supaya ia
bisa mengatar Ho Won.
Ekspresi
murung Ho Won seketika berubah. Woo Jin tanya, kemana dia harus mengantarkan Ho
Won? Ho Won tersenyum, ia lapar.
Ho
Won memesan tteokbokki 4 level pedas dan mengajak Seo Hyun untuk curhat tentang
segala stres mereka mulai dari level satu, makanan pedas adalah makanan terbaik
untuk menghilangkan stres. Ho Won duluan, dia memakan tteokbokki level satu
sambil cerita kalau belakangan ini dia stres karena masalah hasil penjualan di
perusahaannya.
Giliran Seo Hyun, dia bercerita kalau dia ditolak dalam kencan
butanya. Wah, Ho Won tak menyangka kalau seorang dokter juga bisa ditolak.
Siapapun wanita itu, dia pasti akan menyesalinya.
Stres
level duanya Ho Won adalah dia bicara kasar pada Ibunya padahal sebenarnya dia
tidak bermaksud begitu. Stres level duanya Seo Hyun adalah belakangan ini dia
merasa tidak suka melihat pasien. Mendengar itu, Ho Won langsung mengomelinya.
Bagi orang sakit, hanya dokter yang bisa mereka andalkan. Tidak seharusnya Seo
Hyun berhati dingin dan mengabaikan pasiennya.
Sambil
berusaha menahan rasa pedas tteokbokki level tiga, Ho Won curhat tentang Woo
Jin yang hari ini marah-marah padanya. Tapi Ho Won menyangkal membenci Woo Jin,
dia memang bermulut tajam tapi Ho Won tidak membencinya. Seo Hyun bercerita
kalau stres level tiganya adalah Ayahnya. Setiap kali dia bersama Ayahnya,
mereka selalu bertengkar. Ayahnya tidak suka padanya.
"Sepertinya
tidak. Semua ayah memang tidak pandai mengungkapkan perasaan mereka. Ayahku
juga seperti itu. Saat Ayahku masih ada, ia selalu marah. Tapi setelah ia
tiada, aku menemukan buku tabungan di bawah bantalnya. Rupanya dia menabung
untuk biaya kuliahku. Begitulah akhirnya aku bisa kuliah."
"Ayahmu
di atas sana, sekarang pasti merasa kalau dia layak menabung uang itu karena
kau berubah jadi anak yang berguna."
Memantapkan
diri untuk memakan tteokbokki level 4, Ho Won menceritakan stres level empatnya
"Aku sedih karena hariku menjalani hidup semakin sedikit."
Lalu
apa stres level empatnya Seo Hyuj? Rahasia. Ho Won langsung cemberut,
seharusnya tadi dia merasaiakan stres level empatnya juga.
Saat
jam pulang, Manajer Jo menawarkan tumpangan pulang untuk Ji Na. Tapi Ji Na
menolaknya, lagipula rumah mereka tidak searah. Kalau begitu, Manajer Jo
meminta Ki Taek untuk mengantarkan Ji Na pulang. Ki Taek menerima perintah itu.
Ji
Na berkata kalau dia mau naik taksi saja, mungkin niatnya agar Ki Taek
bersikeras untuk mengantarnya. Tapi yang tidak disangkanya, Ki Taek malah masa
bodoh dan langsung pergi. Mengira Ki Taek cemburu, dia berusaha menjelaskan
kalau dia dan Jae Min tidak ada hubungan apa-apa.
"Aku
sudah tidak punya perasaan apapun lagi terhadapmu. Aku tidak peduli apa yang
terjadi diantara kalian.. Jadi jangan berusaha keras untuk menjelaskannya
padaku. Aku ada janji, aku harus pergi sekarang."
Dalam
perjalanan, Ki Taek menelepon kenalannya dan mempromosikan produk furniture
Hauline. Ki Taek benar-benar senang, akhirnya ada satu orang yang mau memesan
barangnya. Tapi di tengah jalan, dia malah melihat seorang nenek gelandangan
sedang mengorek sampah.
Cemas,
Ki Taek berusaha menghentikan perbuatan Nenek. Tapi sepertinya Nenek itu tidak
waras dan tiba-tiba saja memeluk Ki Taek sambil memanggilnya oppa, mengira Ki
Taek adalah kekasihnya yang selama ini terpisah darinya. Ki Taek berusaha
menjelaskan kalau dia salah orang, tapi Nenek terus saja mendekapnya makin erat
lalu menampar pipinya dan menuduhnya selingkuh.
Beberapa
saat kemudian, mereka duduk bersama di taman. Nenek menawarkan makanan basi
untuk Ki Taek. Dia berusaha pergi karena ada janji dengan temannya tadi. Tapi
Nenek malah langsung mendekapnya dari belakang.
Temannya menelepon saat itu dan
langsung ngomel-ngomel kesal dan akhirnya membatalkan pertemuan mereka.
Keesokan
harinya, Kang Ho menanyakan hasil usaha Ki Taek, apa dia sudah berhasil
menjualnya? Menjual apanya, dia malah ketemu pacar xaman dahulunya, makan kue
beras basi dan diare semalaman. Tagihan teleponnya mungkin akan melonjak tajam
bulan ini.
Frustasi,
Kang Ho membuang sebuah kertas ke tong sampah. Ho Won memungutnya tak lama
kemudian dan langsung terkejut membacanya. Apa Kang Ho membeli furniture itu
dengan kartu kreditnya sendiri hanya demi memenuhi target penjualan? Apa dia
sudah gila?
Walaupun
mereka sedang putus asa saat ini, tapi tidak seharusnya dia seperti ini.
Seharusnya mereka mencari jalan keluar lain. Kang Ho tahu sendiri kalau orang
bisa bangkrut karena hutang kartu kredit. Kang Ho langsung kesal mendengarnya,
dia terpaksa melakukan ini, dia harus dapat jadi karyawan tetap karena dia
sudah berbohong pada orang tuanya.
Ho
Won tahu tahu kalau Kang Ho tertekan. Tapi bagaimana dia akan melunasi ini.
Anggaplah dia berhasil memenuhi target bulan ini lewat caranya ini, tapi
bagaimana dengan bulan depan? Kang Ho tetap bersikeras mau melakukan segala
cara untuk menjual semua furniture mereka.
Ho
Won sungguh tak percaya mendengarnya, "Apa sebenarnya yang ada di otakmu
itu?"
Di
lobi, Ibunya Kang Ho berjalan masuk sambil membawa sepaket makanan. Kebetulan
Ki Taek ada di sana untuk mengambil paket untuk tim marketing. Saat Ibu
memberitahukan dirinya pada resepsionis, Ki Taek langsung menyapanya lalu
mengajak Ibu masuk ke kantor.
Kang
Ho dan Ho Won baru mau masuk saat Kang Ho melihat Ibunya. Kang Ho sontak panik
sampai sesak nafas, dia harus bagaimana ini? Ho Won menginstruksikannya untuk
menelepon Ibunya, pokoknya jangan sampai Ibunya masuk kantor. Tapi belum
apa-apa, Ki Taek dan Ibu sudah sampai di kantor.
Ibu
baru saja memperkenalkan dirinya saat tiba-tiba saja alarm berbunyi nyaring.
Semua orang kontan panik, Ibu Kang Ho pun dibawa pergi. Semua karyawan
berlarian menyelamatkan diri masing-masing. Asisten Lee bahkan asal menubruk
Tuan Park saking paniknya.
Merasa
sudah aman, Kang Ho dan Ho Won naik lewat tangga darurat. Ho Won yakin kalau
Ibunya Kang Ho pasti sudah keluar bersama yang lain. Ho Won meyakinkannya untuk
tidak cemas. Tapi langkah mereka seketika terhenti saat melihat Ibu Kang Ho
ternyata ada di tangga dan sepertinya mendengar pembicaraan mereka.
Beberapa
saat kemudian, Ho Won kembali ke kantor sendirian. Semua orang akhirnya kembali
setelah menyadari kalau itu alarm palsu. Woo Jin baru keluar dari kantornya dan
keheranan melihat semua orang. Woo Jin tidak mendengar suara alarm, yah?
"Aku
dengar. Bukankah itu cuma candaan?" heran Woo Jin. Ho Won terdiam di meja
kerjanya, teringat ulahnya yang menyalakan alarm darurat tadi.
"Dari
mana kau tahu?" tanya Tuan Park.
"Seharusnya
ada pengumuman informasi jika ada kebakaran sungguhan."
PLAK!
Ibu Kang Ho langsung menampar keras pipi Kang Ho. Berani sekali Kang Ho
membohonginya dan mempermalukannya seperti ini. Dia memberikan segala yang
terbaik untuk Kang Ho tapi dia bahkan tidak bisa mendapatkan pekerjaan tetap di
perusahaan seperti ini. Kang Ho dengan takut-takut berusaha menjelaskan, tapi
Ibu tidak mau dengar apapun, mereka bicara nanti saja di rumah.
Ho
Won merenung frustasi. Ki Taek penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Kang Ho
kembali tak lama kemudian dengan lesu. Tepat saat itu juga, datanglah beberapa
tim reporter dalam majalah bisnis.
Tim
penjualan dan pemasaran pun berkumpul bersama untuk wawancara. Tuan Park
nyerocos panjang lebar, mengklaim kalau suasana dalam perusahaan mereka sangat
demokratis, semua masalah didiskusikan secara kekeluargaan. Satu per satu,
semua karyawan diwawancara dan semuanya memberikan kesan positif bagi
perusahaan mereka.
Manajer
Jo mengklaim kalau Hauline adalah tempat yang memberikan kesempatan yang sama
bagi wanita karir.
Asisten Lee mengklaim kalau semua orang di Hauline sudah
seperti keluarga baginya. Ji Na terlalu antusias sampai tidak bisa ngomong
apapun. Jae Min juga mengklaim hal yang sama seperti Asisten Lee.
Trio
Eun Jang Do cuma diam. Ho Won diam-diam menanggapi klaim semua orang itu dengan
sinis. Ki Taek memanggil Woo Jin keluar dari ruangannya untuk wawancara juga.
Sekarang
giliran Ho Won yang diwawancara dan diminta memberikan pendapatnya tentang
perusahaan ini dari sudut pandang karyawan sementara. Tepat saat itu juga, Woo
Jin akhirnya mau juga keluar dari ruangannya. Ho Won mengedarkan pandangannya
menatap semua orang.
Dia
mendengus sinis sebelum berkata, "Semua orang ini... sedang
berbohong."
Semua
orang sontak tercengang mendengarnya.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar jika berkenan. Dilarang copas ya kawan! Happy Reading ^_^