SINOPSIS
Suspicious Partner Episode 17
Sumber gambar:
MBC
“Seorang
penyair pernah berkata: Pada umumnya, kau dapat memprediksi dimana
permulaannya. Tapi kita tidak dapat memprediksi akhir dari itu. Dalam kasusku,
itu adalah kebalikannya.”- Ji Wook
“Dalam
waktu singkat, aku harus mengalami akhir beberapa kali. Dan aku, yang ragu-ragu
untuk memulai dan yang takut akan akhir dari itu, momen saat aku sadar akan perasaanku
padamu.”
“Aku
lari darimu seperti pengecut. Dan aku gagal karena aku memulai perasaan tanpa
menyadarinya. Aku terlambat menyadarinya. Aku bertanya-tanya kapan dan dengan apa insiden ini dimulai.”
“Aku
terlambat menyadarinya sehingga aku tak tahu dimana titik permulaannya. Hanya
satu hal yang aku tahu sekarang...”
Ji
Wook meminta maaf pada Bong Hee. Bong Hee melihat kesungguhan dari mata Ji Wook
saat menatapnya. Ji Wook menarik tengkuk Bong Hee kemudian mencium bibirnya
dengan lembut.
“Aku
tak dapat berpikir di sini. Aku hanya tahu hubunganku denganmu yang tak dapat
kuhentikan untuk semakin menjauh, telah dimulai.”
Terkejut
dengan apa yang baru saja terjadi, Bong Hee mengambil langkah mundur.
Tatapannya masih kosong, ia berjalan masuk ke kamarnya tanpa mengatakan apapun.
Chan
Ho mengendarai mobil sambil terus memperhatikan gerak-gerik Hyun Soo. Saat dia
lengah, Chan Ho mengerem mobilnya mendadak. Kontan tubuh Hyun Soo terdorong ke
depan.
Chan
Ho memanfaatkan kesempatan itu untuk mencoba keluar dari mobil. Tapi Hyun Soo
bisa menjagalnya dan menodongnya menggunakan pisau. Chan Ho memukul tangannya
sampai pisaunya terjatuh.
Ia
keluar dari mobil dan menahan pintu belakang. Hyun Soo marah, dia menendang
pintunya sampai Chan Ho terpelanting jatuh. Ia menariknya kemudian mencekik
lehernya, bukankah dia mengatakan supaya Chan Ho membayar kesalahannya? Apa
dipikirnya dia bercanda?
“Aku
tak dapat melakukan ini lagi!” Chan Ho berkelit dan menghantam wajah Hyun Soo.
Hyun
Soo menendangnya dan menghajarnya beberapa kali. Chan Ho kembali bangkit
kemudian menyeruduknya. Namun tenaga Hyun Soo lebih kuat, dia pun mendorong
Chan Ho sampai ke tepian jembatan. Chan Ho menggunakan kesempatan itu untuk
menendangnya.
Chan
Ho melihat ke bawah jembatan. Sempat ragu, namun ia memutuskan untuk
menjatuhkan dirinya ke sungai. Hyun Soo terkejut dengan keputusannya. Ia
melihat ke sekitar jembatan, sepertinya tak ada saksi mata.
“Sekarang
empat orang sudah menghilang dan tiga orang akan menghilang.”
Bong
Hee bangkit dari tidurnya dan bergegas keluar dari kamar. Tak disangka, di
depan pintu sudah ada Ji Wook. Keduanya sama-sama canggung. Ah, Ji Wook mengaku
kalau dia mau mengetuk pintu kamar Bong Hee.
Wah,
kebetulan. Bong Hee juga sebenarnya mau menemuinya. Ji Wook bertanya, apakah mereka
bisa berbicara sebentar? Bong Hee mengangguk, baiklah.
Ji
Wook memberikan sekaleng minuman untuk Bong Hee. Bong Hee, yang terjadi
barusan.. Bong Hee memotong ucapannya, dia mengerti dan ia yakin ini bukanlah
yang pertama kalinya. Bukan begitu maksud Ji Wook, dia sebenarnya..
Bong
Hee kembali memotong ucapannya, dia sudah mencoba sebaik mungkin untuk tidak
menyukainya seperti yang ia suruh. Tidak.. maksudnya dia sudah tidak
menyukainya lagi. Dia tak mau terombang-ambing karena kecelakaan kecil seperti ini.
Jika tidak, ia akan kesulitan di masa depan.
Sekarang,
dia sudah merasa bahagia. Ia bisa bekerja di perusahaan dimana ia bisa makan
dan tidur. Rasanya seperti mimpi bisa bekerja di tempat yang bagus. Dia merasa
begitu beruntung. Dia juga suka dengan rekan kerjanya. Ia senang dengan
hubungan mereka sekarang.
Ji
Wook menatap Bong Hee dengan sedih dan membatin, “Aku menyesal mendorongmu pergi. Aku ingin memutar balik waktu. Itu
yang aku rencanakan untuk kukatakan.”
Bong
Hee permisi kembali ke kamarnya. Dia duduk menggalau, meyakinkan dirinya
sendiri kalau dia sudah melakukan hal yang benar. Ji Wook masih terduduk di
dapur, ia sepertinya menyesali keputusannya selama ini.
Chan
Ho yang terjun ke sungai berhasil berenang ke tepian. Dia merangkak dengan
nafas terengah-engah.
Ketua
Byun membantu seorang petugas sampah mendorong gerobak. Ia kemudian masuk ke
mobilnya dan berniat menelepon supir pengganti. Petugas pengangkut sampai
berhenti di tengah jalan menanjak dan meletakkan gerobaknya tanpa di ganjal.
Gerobak
pun mundur. Dan bertepatan saat itu, ada seorang wanita yang tengah berjalan
dan tak menyadari ada gerobak yang meluncur. Ketua Byun yang melihat pergerakan
gerobak sigap menyalakan mobilnya dan menghantamkannya ke arah gerobak untuk
menghentikan lajunya.
Ketua
Byun keluar dari mobilnya dengan bangga. Saat polisi menemuinya, Ketua Byun
mengatakan kalau dia melakukan hal ini sebagai warga negara yang baik. Apa biasanya
mereka akan diwawancarai? Dia adalah Pengacara Byun.
Alih-alih
mendapatkan pujian, Ketua Byun malah disuruh meniup alat pendeteksi mabuk dan
alatnya bereaksi menunjukkan kalau Tuan Byun memang mabuk. Petugas Polisi pun menggelandang
ke kantor polisi.
Ji
Wook masih terus menggalau. Ponselnya berdering mendapatkan telepon dari Ketua
Byun tapi dia tak mendengarnya.
Esok
harinya, Bong Hee masih memeluk bonekanya dengan galau. Berkali-kali dia
meyakinkan dirinya kalau dia sudah membuat keputusan yang benar. Tapi dia
selalu teringat akan ciuman mereka semalam. Aish, Bong Hee mencoba mengeyahkannya
tapi masih terus terbayang-bayang.
Mereka
berdua jadi canggung setiap kali berpapasan. Ji Wook coba bersikap santai
seperti biasanya. Karena sebelumnya Bong Hee sudah bicara kemarin, hari ini
gantian Ji Wook hendak bicara.
“Apa?
Tentang apa?”
Pertama-tama,
dia mau minta maaf. Ji Wook terlalu lama untuk menyadari perasaannya dan
terlalu takut. Ini seperti sebuah alasan, tapi dia terlalu takut kalau dia tak
cukup baik bagi Bong Hee. Karena memakan waktu lama, Bong Hee kelihatannya sudah
menyerah akan perasaannya.
Ji
Wook mengatakannya bukan karena menginginkan Bong Hee mengubah perasaannya lagi
atau menyukainya. Ia menghargai keputusan Bong Hee, ia harap Bong Hee juga
menghargainya. Dengan kata lain, biarkan dia menyukai Bong Hee.
“Hanya
aku yang akan menyukaimu. Aku tak akan membuatmu stres. Aku tak akan ikut
campur dengan kehidupanmu yang damai. Masalah
bisa tetap seperti ini. Lalu, pada suatu hari jika kau bisa terbuka untukku
lagi, mengubah pikiranmu dan melihatku. Aku akan menunggu. Kau bisa pelan-pelan
saja.”
Bong
Hee mematung di tempatnya. Ji Wook rasa dia lupa bernafas lagi, bernafaslah
pelan-pelan. Bong Hee baru ingat untuk menarik dan menghembuskan nafasnya. Ji Wook
berniat pergi tapi dia melupakan gelasnya di atas meja.
Dia
berbalik mengambilnya. Posisi mereka berdua sangatlah dekat sampai Bong Hee
berjingkat kaget.
Ji
Wook meletakkan cangkirnya kemudian melongok Bong Hee yang sudah pergi. Ia
memegangi dadanya yang sesak, dia juga harus bernafas dulu.
Ini ada part 2nya kah min?
BalasHapusMakin seru aja ceritanya. Ditunggu ya kak episode 18-nya. Semangat!!
BalasHapusBuatin sinopsis bad tief good tief dong
BalasHapuskeren
BalasHapus