SINOPSIS Bride of
Water God Episode 5 Bagian 2
Sumber gambar: tvN
Melihat
daging, Soo Ah menghembuskan nafas panjang. Dia bahkan tak membeli daging untuk
dirinya sendiri. Tetap saja, Habaek sudah menyelamatkannya jadi dia membelinya.
Ia melihat-lihat dagingnya, bukan memilih yang paling bagus tapi yang paling
murah.
Soo
Ri sungguh tak menyangka kalau yang dikatakan Tuannya memang benar. Jadi,
sebelum kecelakaan itu terjadi, Habaek sudah mengatakan pada Soo Ri kalau ada
seseorang yang ingin mencelakai Soo Ah. Soo Ri berniat memberitahukan hal itu
pada Soo Ah, tapi Habaek melarang. Ia rasa kekuatannya akan kembali kalau Soo
Ah memohon pertolongannya.
“Siapa
peduli jika kekuatan Anda kembali? Itu akan hilang dalam sekejap mata lagi. Apa
yang Anda akan lakukan saat Anda kehilangan kekuatan Anda lagi? Nona Hamba
hampir saja mati tadi!”
Habaek
kira dia sudah menyelamatkannya tadi. Tetap saja, Soo Ri protes karena dia
sudah membuat Soo Ah dalam bahaya. Habaek tak perduli, yang terpenting adalah
hasil akhirnya. Lagipula, dia sudah minta maaf (pas piknik itu loh).
Soo
Ah sibuk memasak berbagai macam hidangan. Telur, ikan, daging dan yang lainnya.
Sayangnya, keterampilan memasaknya nol besar. Dia bahkan tak berani menggoreng
dan ketakutan saat menarik telur ke wajan.
Berulang
kali dia membuang masakannya. Huh.. akhirnya masakannya sudah jadi, sepertinya
tidak akan seburuk itu. Dia cukup hebat.
Ujung-ujungnya,
Soo Ah cuma menghidangkan ramen. Didunia, ada beberapa hal yang tidak bisa
dilakukan oleh manusia. Ia tertunduk mengatakan kalau dia tak bisa menyiapkan
12 hidangan itu.
Soo
Ri tidak masalah, ia bersiap melahap ramennya. Tapi tidak dengan Habaek, dia
tidak baik-baik saja. Menerima tatapan tajam dari Habaek, Soo Ah buru-buru
membuka cup ramennya kemudian menyantapnya.
Melihat
Soo Ah makan, perut Habaek semakin keroncongan. Soo Ah tersenyum penuh
kemenangan. Oiya, dia mau menunjukkan apa yang seharusnya dilakukan oleh dewa.
Ia
membawa Habaek dan Soo Ri untuk menonton TV. Mereka bosan saat harus menonton
drama, tapi begitu Soo Ah mengganti channel ke iklan pakaian dalam, mereka berdua
langsung membuka mata lebar-lebar.
Soo
Ah sengaja mengganti channel-nya ke acara masak-masak. Habaek dan Soo Ri
langsung mendelik, menuntutnya supaya ganti ke channel yang tadi. Soo Ah dengan
manis berkata kalau didunia, wanita suka pada pria yang pandai memasak. Auww..
Soo Ah menutup pipinya malu-malu.
Dengan
dingin, Habaek pergi dari kursinya, kelihatan tidak enak. Soo Ah menahan baju
Habaek kemudian menunjukkan pipi merah meronanya sok manis. Habaek masih
dingin, tidak mempan untuknya.
Habaek
ke dapur kemudian menggunakan celemek lalu menarik lengan bajunya sampai siku.
Soo Ah tersenyum meremehkan, tak perlu mengikutinya sampai sedetail itu. Apa
perlu mereka menontonnya sampai satu episode?
Diam.
Tangan Habaek terus bekerja, memotong, menggoreng, merebut makanan dengan
lihainya. Tak butuh waktu lama, dia pun berhasil menghindangkan makanan. Soo Ah
sampai terbelalak, wow.
Soo
Ah memuji bakat memasak Habaek. Habaek tak mau kemampuan dewanya disebut
sebagai ‘bakat’. Soo Ah meminta maaf atas kata-katanya. Dulu, pas dia kecil dan
masih menjilat ingusnya saja dia sudah hobi membuat puisi. Siapa sangka kalau
dia malah menjadi dokter.
Saat
Soo Ah sibuk cerita, Habaek memotong steak-nya kemudian meletakkannya dihadapan
Soo Ah. Soo Ah terdiam menatap Habaek, dia tak perlu melakukan itu untuknya.
Habaek membalas tatapan Soo Ah dalam, maafkan dia.
Kontan
Soo Ri tersedak. Soo Ah heran, dia kira Habaek tak melakukan kesalahan padanya.
Habaek terdiam menatap Soo Ri yang tersedak. Dia mengubah topik pembicaraan,
kenapa Soo Ah menjilat ingusnya?
Hahahaha..
Tawa Soo Ah pecah. Mungkin dikiranya Habaek meminta maaf atas masa kecilnya
itu. Mereka pun melanjutkan acara makan malam sambil bercerita dan sesekali
tertawa.
Soo
Ah duduk memandang langit. Dia kira, Park Sang Chul mengalami obsessive
compulsive disorder. Dia terobsesi untuk meraih segalanya dengan sempurna.
Kondisi itu terjadi pada Bong Yeol juga. Dia bertanya pada Habaek, apa ini terjadi
padanya karena dia adalah seorang dokter yang tidak melihat yang seharusnya
dilihat dan tidak mendengar yang seharusnya didengarkan?
“Bagaimana
aku bisa tahu itu?” balas Habaek.
“Aku
tak ingin mengetahuinya. Aku tak mau bertanggungjawab atau merasa bersalah atas
mereka. Aku tak mau hidup seperti itu. Aku hanya ingin memikirkan diriku dan
hidupku sendiri.”
Habaek
tidak mengerti yang dikatakan oleh Soo Ah. Tapi ada satu hal yang ia percayai, dia
tidak bisa selalu hidup seperti apa yang diinginkannya karena takdirnya bukan
seperti itu.
Saat
ia belajar mengendarai sepeda, ia berusaha menjaga keseimbangan supaya tidak
jatuh. Bukankah, Soo Ah hanya ragu kemana pergi arah hatinya? Kalau dia memaksa
harinya untuk pergi ke arah lain, maka dia akan jatuh dan terluka.
Soo
Ri tertidur didipan dan Habaek berniat membangunkannya. Namun Soo Ah menahan
bajunya, keduanya bersitatap. Soo Ah berterimakasih karena Habaek sudah
menyelamatkannya. Dan juga, terimakasih karena dia sudah membuatnya sibuk
sepanjang hari.
Hoo
Ye sibuk diruangannya membaca buku dengan sangat serius. Tapi keseriusan dia
tidak mencerminkan apa yang sedang dibacanya, dia sedang membaca panduan untuk
membuat lelucon. Hahaha
Dia
menatap penghargaan yang ia dapatkan dan segala macam kegiatan sosial yang ia
lakukan. Mungkin akan sempurna kalau dia bisa membangun lembaga untuk memahami
dunia komedi. Alasannya dia ingin mendirikan lembaga itu.. gara-gara ucapan Soo
Ah yang mengatakan kalau mereka tidak terlalu dekat untuk melemparkan candaan.
Sekretaris
Min menelepon Hoo Ye, “Anda tak sedang mempelajari komedi di ruangan Anda,
'kan?”
Hoo
Ye mengaku menyerah untuk mengembangkan selera humornya. Sekretaris Min pikir
atasannya itu belum menikah, makanya dia begitu. CEO Jo dari Daehan Securities
adalah sesepuh di Gerejanya. Dia terus menyebutkan puteri ketiganya, apa perlu
dia memperkenalkannya?
Hoo
Ye menyuruh Sekretaris Min supaya mengatakan saja alasan dia meneleponnya
sekarang. Sekretaris Min memberitahu kalau CEO Jo ingin mengundur waktu
pertemuan makan siang mereka. Baiklah, Hoo Ye langsung setuju. Dan untuk sapu
tangan itu, Sekretaris Min akan menghubungi Shin Ja Ya dan mengurusnya.
Ja
Ya sibuk selfi sendiri, dia memuji wajah cantiknya dan menguploadnya ke SNS.
Seketika dia mendapatkan pujian dari para penggemar. Tiba-tiba saja, sebuah pesan
masuk. Sekretaris Min meminta Ja Ya untuk mengembalikan sapu tangannya.
Ingat
dengan sapu tangan yang diberikan Hoo Ye, Ja Ya protes. Dia kan kaya, bisa beli
sapu tangan yang baru kan. Sekretaris Min bilang kalau sapu tangan itu
miliknya, itu dari mantan pacarnya.
Ja
Ya emosi mendengar hal itu, ia memberondong pesan pada Sekretaris Min “Kenapa?
Kenapa? Kenapa? Ah, apa karena dia tak mau memberikan miliknya untukku? Oh,
beritahu padanya aku takkan menguras emosiku lagi untuknya jadi suruh dia enyah
dari pandanganku! Dan katakan padanya semoga Very One akan bangkrut suatu saat!”
Ja
Ya geregetan saat pesannya tidak mendapat balasan. Tapi dia malah menerima
balasan dari penggemarnya, mereka bertanya-tanya, untuk siapa pesan itu? Mereka
menduga kalau Ja Ya punya cinta bertepuk sebelah tangan dengan CEO Shin.
Ja
Ya masih bingung, sampai akhirnya Managernya menelepon. Dia mengomelinya karena
sudah mengirim pesan semacam itu di tempat chat dengan penggemar. Wah.. Ja Ya
makin kesal saja dibuatnya.
Ja
Ya menemui Hoo Ye dan menyuruh dia untuk menyelesaikannya sekarang juga. Hoo Ye
jelas bingung. Sekretaris Min menunjukkan pemberitaan yang sedang hangat
dibicarakan di internet.
Sekretaris
Min mengirim sms pada Ja Ya ‘Berita yang
tersebar di internet akan segera mereka, itulah yang dikatakan Sekretaris Shin’.
Ja Ya makin geregetan karenanya. Managernya kembali menelepon, dia ingin
memastikan kalau Ja Ya rupanya sepupuan dengan CEO Shin.
Ja
Ya dengan tegas menyanggah ucapannya, dia bukan sepupunya! Ja Ya langsung
memutus sambungan telepon. Dia mengambil sapu tangan milik Hoo Ye kemudian
membuangnya di lantai.
Bi
Ryeom pergi ke kolam renang, ia mengedarkan pandangan mencari seseorang.
Seseorang tiba-tiba muncul ke permukaan air dengan rambut panjang menutup
wajahnya. Bi Ryeom berjingkat kaget, tak tahunya dia adalah Moo Ra.
Moo
Ra memperingatkan supaya Bi Ryeom tidak sembarangan datang kesana. Bi Ryeom
berniat melepas bajunya untuk ikut berenang. Moo Ra memperingatkan supaya dia
tidak ikut-ikutan, hormati matanya. Bi Ryeom mendesah, dewinya itu tak pernah
berubah. Harusnya dia kembali saja ke alam para dewa dan melihat b*jingan itu.
“B*jingan?
Siapa?”
“Seseorang
yang diceritakan Imam Besar saat kita masih kecil. Seseorang yang akan membunuh
semua orang.”
“Itulah
sebabnya aku selalu berpikir kau lebih muda daripada Habaek. Kau masih percaya
cerita yang kau dengar saat kecil?” Moo Ra keluar dari kolam “Apa yang akan
kaulakukan? Kau ada rencana?”
“Beritahu
padanya kau akan memberikan itu padanya jika aku memberikannya. Dan aku akan
memberitahunya saat kau memberikan itu padaku terlebih dulu. Kita harus
mengulur waktu. Dan.. dimana kekasih Dewa Airmu itu?”
Moo
Ra sinis berkata kalau ini pertama kalinya seorang dewa memanfaatkan hamba. Dia
menunjukkan kartu nama Soo Ah pada Bi Ryeom. Dia tidak suka dengan penampilan wanita
itu. Ia rasa, wanita itu tidak tahu kalau Habaek adalah dewa.
“Kenapa?”
tanya Bi Ryeom penuh ketertarikan saat tahu hamba Habaek adalah wanita.
Moo
Ra gugup, “Aku takkan memberitahumu alasannya.”
Soo
Ah bangun dengan tubuh pegal-pegal. Begitu menoleh, dia terkejut melihat Habaek
diruangannya. Dia berteriak, mereka ada dimana? Habaek duduk santai, apa dia
tak mengingatnya?
Semalam,
dia mabuk dan minum wine. Dia bernyanyi-nyanyi gila kemudian menyuruh Soo Ri
untuk tidur didalam. Dia bersikeras untuk tidur ditempat Nam Soo Ri. Dia lalu
merangkak masuk ke dalam kamarnya.
Soo
Ah malu sendiri. Dia mencari-cari alasan untuk secepat mungkin pergi dari kamar
Habaek. Dia memanggil Soo Ri yang masih tidur. Soo Ri bangun dan melihat Soo Ah
dan Habaek keluar dari kamar yang sama, kenapa mereka keluar dari sana? Apa
mereka..
“Tidak.”
Ujar Soo Ah bergegas pergi.
Ponsel
Soo Ri berdering. Orang diseberang telepon bertanya, apakah Habaek tidak punya ponsel?
Soo
Ri terkejut dan segera berlutut, Bi Ryeom-nim. Dia berniat memberikan
teleponnya pada Habaek tapi Bi Ryeom melarangnya. Dia kemudian memutus
sambungan telepon. Soo Ri memberitahukan pada Habaek kalau Bi Ryeom mengajaknya
bertemu dirumahnya.
Habaek
kira Moo Ra sudah berhasil menemukan Bi Ryeom. Soo Ri khawatir, bagaimana
caranya dia bisa mendapatkan kekuatannya sebelum bertemu dengan Bi Ryeom?
Mereka tidak bisa membahayakan Hamba itu lagi. Dia merasa tak enak sudah
membohonginya (saat kecelakaan mobil).
“Apa
maksudmu?” Soo Ah tiba-tiba muncul.
Soo
Ah menuntut penjelasan, apa dia mau membunuhnya? Jadi dia memintamaaf kemudian
memotongkan steak supaya bisa membunuhnya. Dia melakukan itu semua untuk jamuan
terakhirnya. Habaek menyuruhnya naik ke mobil itu padahal dia sudah tahu apa
yang akan terjadi. Semua itu dia lakukan demi mendapatkan kekuatannya yang
tidak signifikan itu kembali.
“Tidak
signifikan?” Habaek tak terima.
Soo
Ah emosi, “Benar. Aku tidak tahu seberapa hebatnya kekuatanmu itu namun,
haruskah seorang Dewa membahayakan nyawa orang lain demi kepentingan mereka? Bagaimana
bisa Dewa bersikap semenyedihkan itu?”
Soo
Ri mengejar Soo Ah dan berusaha memberikan penjelasan. Soo Ah masih tidak habis
pikir, bagaimana jadinya kalau kekuatannya itu tidak kembali. Soo Ri yakin
kalau Habaek akan tetap menyelamatkannya. Soo Ah masih tak terima, kenyataannya
Habaek memanfaatkannya.
“Namun
fakta bahwa dia menyelamatkanmu dua kali juga tak dapat diubah.”
Habaek
menyuruh Soo Ri tidak mengungkit hal itu. Dia sudah berganti pakaian dan
mengajaknya untuk pergi. Soo Ri pamit pada Soo Ah, ia harap agar Soo Ah bisa
merasa lebih baik kalau seandainya mereka kembali lagi.
Soo
Ah masuk ke taksi yang ditumpangi oleh Habaek dan Soo Ri. Dia mau ikut menemui
Dewa itu. Dia akan meminta uang yang sudah ia habiskan untuk Habaek, dia sudah
mengumpulkan semua struknya.
Mereka
bertiga sampai didepan gedung tinggi. Soo Ah mendesah, harusnya mereka itu
hidup low profile. Tapi yang satu artis dan satunya tinggal di penthouse
termewah di Korea. Apa dunia jadi seperti ini karena para dewa? Atau dewa yang
menyerah karena hidupnya seperti ini?
Habaek
menyela ucapan Soo Ah yang kurang ajar. Soo Ah menatap gedung tinggi
dihadapannya, ini mengingatkan dia pada orang yang melamarnya dan memberikan
cincin berlian besar. Dia tak menerimanya dan menendang selakangannya.
Flashback
Soo
Ah datang ke kampus, dia bertanya pada Yeom Mi dimana keberadaan Ahn Bin? Dia
jarang sekali melihatnya. Yeom Mi berkata kalau Ahn Bin berhenti sekolah dan
pergi ke Roma. Dia lucu sekali dan pandai di kelas, tapi katanya sekolah
kedokteran tidak cocok untuknya. Sepertinya dia sekolah cuma untuk main-main,
kenapa juga dia mencarinya?
Soo
Ah menunjukkan cincin berlian, ia ingin mengembalikan itu.
Flashback end
Pintu
penthouse Bi Ryeom terbuka. Soo Ah mendelik kaget melihat wajah Bi Ryeom. Habaek
menyapanya, lama tak jumpa.
Bi
Ryeom tak memperdulikan Habaek dan menyapa Soo Ah, “Lama tak jumpa, Yoo So Ah.”
Soo
Ah benar-benar syok dan seketika pingsan. Habaek yang ada disampingnya sigap
menahan tubuhnya supaya tak jatuh.
Bi
Ryeom menyambut kedatangan Habaek dengan segelas wine. Basa-basi, dia
menanyakan kabar Habaek. Dia tak menyangka kalau Yoon Soo Ah adalah hamba dewa.
Itulah sebabnya dia tertarik padanya.
Bi
Ryeom menatap tajam Habaek, dia menjetikkan jarinya dan seketika wine digelas
melayang menuju wajah Habaek. Habaek mencoba bersikap tenang. Bi Ryeom mendesah
malas, ia menggerakkan jarinya lagi kemudian mengarahkan wine itu ke wajah Soo
Ri.
“Batu
Dewa takkan ikut menghilang karena kekuatanmu menghilang. Aku tak pernah
kehilangan kekuatanku sebelumnya, makanya aku penasaran.”
Soo
Ah sadar juga akhirnya. Dia perlahan bangkit dari tidurnya dengan kepala
pening. Bi Ryeom kembali menyapanya. Soo Ah lagi-lagi kaget dan pingsan.
Habaek
meminta batunya dikembalikan kalau memang disimpan di tempat yang aman. Bi
Ryeom yakin kalau Habaek sudah punya persiapan tapi dia tetap tak bisa
mengambilnya. Dia pasti sudah tahu alasannya.
Tapi
kalau dia mau mengambilnya dari Moo Ra, dia akan memikirkannya. Dia sangat
dekat dengan Moo Ra, bukan? Jika dia tak mau memberikannya pada Moo Ra,
bukankah itu masalah? Itulah sebabnya mereka harus melindungi batunya. Selain
itu, dia mendengar kalau Habaek juga bisa merasa lapar.
Benar.
Habaek mengakui kalau dia merasa lapar dan tahu sakitnya dikhianati. Ia rasa,
dirinya adalah Raja yang lebih baik dari hari kemarin dan hari sebelumnya. Dia
belajar untuk menjadi Raja yang baik.
Habaek
bersiap untuk pergi. Bi Ryeom menyuruh Habaek meninggalkan Soo Ah yang belum
sadar, dia sudah lama tak berjumpa dengannya dan ada banyak hal yang mau ia
bicarakan. Bi Ryeom berniat menyentuh Soo Ah tapi Habaek menahannya. Ia tetap
akan membawanya pulang.
Terpaksa,
Habaek harus menggendong Soo Ah yang belum sadar. Soo Ri sedih mengingat ucapan
Bi Ryeom, kalau Moo Ra tak mau memberikannya maka Bi Ryeom pun tak mau
memberikannya.
Hoo
Ye sibuk menanam pohon. Sekretaris Min datang membantunya, hobinya itu membuat
cemas karyawannya. Hoo Ye bercanda, dia akan memecat karyawan yang
mencemaskannya. Sekretaris Min berkata kalau mereka membutuhkan perencana
bisnis untuk Yoon Soo Ah. Sepertinya Hoo Ye harus mengurus hal itu sendiri. Dia
juga sepertinya masih pikir-pikir.
Hoo
Ye yakin kalau Soo Ah akan segera menandatanganinya. Tanah itu warisan leluhur,
sudah jelas dia agak ragu. Kelihatannya dia memang orang yang kuat, tapi dalam
hatinya, dia adalah orang yang hati-hati.
Tanpa
sadar, pujian demi pujian terus meluncur dari mulut Hoo Ye. Sekretaris Min
sampai tak bisa menyela ucapannya. Hoo Ye dengan bangga mengatakan kalau dia
punya rahasia, rahasianya adalah dia bisa membaca perasaan orang lain. Itulah rahasia
kesuksesannya.
Soo
Ah bangun juga dari pingsannya. Mengingat apa yang terjadi seharian ini, Soo Ah
menduga kalau semuanya hanyalah mimpi. Bagaimana bisa dia mimpi begitu? Ada-ada
saja.
Dia
turun dari kamarnya. Melihat Habaek dan Soo Ri ada dirumahnya, Soo Ah langsung
mengusir mereka. Habaek tanpa basa-basi mengungkit masalah cincin berlian itu.
Dia sudah mendengarnya, cincin berlian itu bukan cincin lamaran melainkan
cincin persahabatan. Apa dia kena sindrom keagungan? Bi Ryeom memberikannya
pada 20 gadis lainnya.
Soo
Ah hampir pingsan lagi. Habaek menghardiknya, jangan pingsan! Seketika Soo Ah
membuka matanya lebar-lebar. Habaek kesal soalnya Soo Ah pingsan hanya untuk
menghindar.
Habaek
berceramah dan memperingatkan agar Soo Ah tidak dekat-dekat dengan Bi Ryeom.
Tidak semua dewa itu sama. Dia sudah mendatangi dewi cinta. Dewa itu suka
dengan pengkhianatan dan masalah, Soo Ah tak boleh bicara dengannya.
Soo
Ah masih terus melamun, dia bergumam tak percaya kalau Ahn Bin ternyata adalah
dewa.
Sebuah
mobil meluncur ditempat sepi. Moo Ra keluar dari mobilnya, dia berjalan
menghampiri Habaek dengan gugup. Tanpa basa-basi, Habaek meminta Moo Ra untuk
memberikan batu miliknya. Kekuatannya akan kembali kalau dia kembali ke alam
dewa.
Moo
Ra panik, dia tak bisa. Dia tak bisa memberikannya. Moo Ra berjalan kembali ke
mobilnya. Hah.. dia sungguh merasa bersalah tak bisa membantu Habaek. Maaf, dia
tak punya pilihan.
“Sudah
lama kita tak menentang Habaek seperti ini.” ujar Bi Ryeom yang duduk di kursi
belakang.
“Apa
katamu? Apa yang pernah kulakukan denganmu?”
“Lamaran,
dan itu masih berlaku hingga sekarang. Dan juga, kita tak membuat Habaek
cemburu—“
Moo
Ra membentak Bi Ryeom. Bi Ryeom menyuruh Moo Ra untuk segera mengemudikan
mobilnya. Masih banyak teman yang harus ia temui.
Soo
Ah masih tak bisa berpikir tenang karena kemunculan Bi Ryeom. Dia coba
menghubungi nomor Yeom Mi tapi tidak aktif. Sang Yoo masuk ke ruangannya, dia
memanggilnya dan mengatakan kalau CEO Shin meneleponnya. Katanya dia tak bisa
menelepon Soo Ah.
Ah..
Soo Ah baru ingat kalau ponselnya belum diisi baterai. Padahal, dia membutuhkan
waktu untuk menandatangani kontrak. Ia pun buru-buru menelepon nomor Hoo Ye.
Soo
Ah meminta maaf karena dia belum menandatangani kontraknya. Hoo Ye berkata
kalau dia ada rapat disekitar kliniknya, mereka bisa bertemu sebentar. Kalau
begitu, Soo Ah menyarankan agar mereka bertemu di cafe dekat kliniknya.
“Apa
yang ingin Anda tanyakan pada Nona Hamba?” tanya Soo Ri.
Habaek
sudah belajar mengenai dunia manusia. Dia tahu pekerjaan Soo Ah, dia ingin
menanyakan masalah mental Moo Ra dan Bi Ryeom padanya.
Soo
Ah keluar klinik dengan terburu-buru. Tiba-tiba Bi Ryeom muncul menghadangnya.
Soo Ah kaget. Bi Ryeom berkata kalau dia ingin berbincang dengan Soo Ah tapi
dia punya pekerjaan. Jadi, lebih baik bunuh dua burung dengan satu batu. Bi
Ryeom menarik Soo Ah untuk masuk ke mobilnya.
Soo
Ah berniat membuka pintu mobil tapi Bi Ryeom menggunakan kekuatan untuk
menguncinya.
Disaat
yang sama, Habaek sampai didepan klinik Soo Ah. Dia terkejut melihat Bi Ryeom
membawa Soo Ah bersamanya. Ia pun berlari mengejar mobil Bi Ryeom. Bi Ryeom
makin senang, apa Soo Ah tahu pepatah yang mengatakan ‘berlari seperti angin’?
Dia akan menunjukkannya.
Hoo
Ye yang tengah berjalan menuju kafe tempat Soo Ah mengernyit heran melihat
Habaek berlarian dijalan.
Soo
Ah jejeritan karena Bi Ryeom mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sangat
tinggi. Dia akan melaporkannya ke polisi. Bi Ryeom tersenyum, ia menggunakan
kekuatannya untuk mematikan ponsel Soo Ah kemudian melemparnya keluar jendela.
Tenang saja, dia akan menggantinya.
Hoo
Ye menunggu Soo Ah tapi Soo Ah belum kunjung datang. Dia menelepon nomornya,
tapi nomornya tidak aktif.
Bi
Ryeom menghentikan mobilnya ditepi sungai. Soo Ah keluar mobil, dia
muntah-muntah dibuatnya. Bi Ryeom terbang ke penyangga jembatan dan mengatakan
rahasia, bahwa dewa itu tak bisa menghidupkan manusia. Dan mereka akan mati
kalau manusia mulai meremehkannya.
Tapi
anehnya, Soo Ah kenapa masih sehat saat dia menerima cincinnya? Apa dia
membuangnya? Dari yang dia ingat, Soo Ah itu miskin dan bodoh. Ia berhenti
sekolah supaya mendapatkan beasiswa. Kenapa dia ambil jurusan psikologi,
bukannya yang lain? Dia memaksakan diri membuka klinik dan hutangnya
membengkak.
Soo
Ah merogoh sakunya, dia terkejut didalamnya ada cincin berlian. Tapi sekian
detik kemudian, cincin itu menghilang diambil Bi Ryeom. Dia menyuruh Soo Ah
melakukan sesuatu untuknya. Kalau dia bisa membuat Habaek meminum pil miliknya,
dia akan memberikan cincin itu. Dia akan mengabulkan permintaannya juga, dia
akan membuatnya kaya. Bi Ryeom menyuruhnya menjaga pil itu, itu hanya ada satu
didunia.
Dia
bisa membuatnya kaya? Soo Ah menerima pil itu. Tapi kemudian membuangnya dan
menginjaknya, kalau punya masalah, selesaikan saja sendiri. Bi Ryeom
memperingatkan kalau Soo Ah itu hamba semua dewa. Kekuatan Habaek sudah
menghilang, harusnya dia memilih tuan yang tepat.
“Kekuatannya
kembali dan menghilang namun dia tetaplah Dewa, walaupun dia kehilangan
kekuatannya.” Ujar Soo Ah.
Moo
Ra mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Kenapa juga mereka harus
mengejarnya? Toh mereka juga akan kembali. Moo Ra menatap Habaek, atau
jangan-jangan dia..
Mereka
sampai juga ke tempat dimana Bi Ryeom membawa Soo Ah. Habaek menyuruh Soo Ah
untuk kembali padanya. Tapi Bi Ryeom menggunakan kekuatannya untuk menarik
tubuh Soo Ah. Dia menjentikkan jarinya dan seketika jalan ditempat Soo Ah
berdiri mulai retak. Ia menjentikkan jarinya sekali lagi untuk membuat hujan.
Soo
Ah menjerit-jerit ketakutan. Soo Ri memohon supaya Bi Ryeom bisa melepaskan Soo
Ah, ia berlutut dihadapannya. Moo Ra pun membujuknya, bagaimanapun, tindakannya
itu salah. Bi Ryeom hanya penasaran saja, katanya kekuatan Habaek bisa kembali,
dia ingin membuktikannya. Sekarang, giliran Habaek yang memutuskannya.
Habaek
khawatir melihat Soo Ah terus menjerit. Dia menatap Bi Ryeom tajam, “Kau
menghilangkan batu-batu itu, 'kan? Kenapa... kau menghilangkannya?”
Bi
Ryeom terkejut. Dia menjentikkan jarinya sekali lagi dan jalan disekitar Soo Ah
berdiri kembali rapat seperti semula. Soo Ah terduduk lemas.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar jika berkenan. Dilarang copas ya kawan! Happy Reading ^_^