SINOPSIS
Suspicious Partner Episode 39
Sumber gambar: SBS
“Beberapa
ingatan tiba-tiba muncul dalam benakku. Kau dan aku saling berhadapan di sidang
sebagai jaksa yang bertugas dan tersangka dari kasus itu. Kau menuntutku agar
aku menghabiskan 15 tahun di penjara.”
“Kau
menyelamatkanku dan aku jatuh cinta kepadamu, yang telah menyelamatkanku. Sekarang
kupikir-pikir, setelah hari itu.. hidupku adalah rangakaian hari untuk jatuh
cinta kepadamu, lagi dan lagi. Bahkan di saat seperti ini, aku jatuh cinta
kepadamu lagi.” – Eun Bong Hee
Episode
39: Kembali ke Kehidupan Sehari-hari
Matahari
sudah meninggi, Bong Hee masih malas-malasan di sofa. Ji Hye kaget saat dia
terbangun dengan tiba-tiba. Bisa tidak sih kalau dia bangunnya kayak orang
normal? Dia berbaring di sofa selama akhir pekan, bahkan tidak mandi.
Ah,
begitu. Bong Hee kelihatan sangat lemas dan tak punya gairah hidup. Dia merasa
menjadi orang yang plin-plan. Dia ingat akan ciumannya dengan Ji Wook di ruang
sidang, bagaimana itu bisa terjadi pada mereka lagi? Hubungan mereka sudah
kacau. Bisakah mereka memulainya lagi? Ia sungguh pengecut hari ini.
Ngomong
apaan sih, Ji Hye tak mengerti dan menyuruhnya supaya buru-buru mandi. Bong Hee
masih frustasi memikirkan segalanya, ia meremas rambutnya dengan frustasi. Bel
rumah berbunyi, Ji Hye pergi membuka pintu. Ia terkejut melihat kedatangan Ji
Wook ke apartemennya.
Ji
Wook meminta maaf sudah mengganggunya, dia bertanya kebedaraan Bong Hee. Ji Hye
mempersilahkannya untuk masuk, ganggu saja Bong Hee dan turunkan dari sofanya. Ji
Wook memanggil Bong Hee dan menyuruhnya supaya bangun.
Bong
Hee tergagap saat melihat Ji Wook didepan pintu, “Kenapa.. kenapa aku harus
bangun?”
Ji
Wook mengajaknya supaya keluar. Ji Hye memberikan kode kalau rambut Bong Hee
berantakan. Seketika Bong Hee menutup wajahnya, dia belum cuci muka dan
rambutnya berantakan.
Ji
Wook tak masalah, dia sudah pernah melihatnya. Dia kan sudah bilang sebelumnya,
Bong Hee tetap cantik meskipun jorok. Hahaha.. Ji Hye keceplosan tertawa. Ji
Wook agak malu sendiri dengan ucapannya.
Mereka
berdua bicara di taman. Ji Wook bertanya alasan Bong Hee tidak mengangkat
teleponnya. Bong Hee beralasan jika baterai ponselnya habis. Ji Wook kembali
bertanya, apakah dia sedang menghindarinya?
‘Menghindar’
bukan kata yang tepat. Bong Hee hanya merasa takut, saat memikirkan soal
mereka, dia selalu merasa seperti itu. Setelah mereka dekat, sesuatu yang buruk
selalu terjadi. Saat mereka berkencan, saling suka, ciuman.. setelah
moment-moment bahagia itu, beberapa hal terjadi dan semua jadi kacau. Seseorang
selalu terluka. Pada akhirnya mereka putus. Karena itulah dia mau kabur.
Baiklah,
Ji Wook bisa mengerti. Tapi dia tetap mengajaknya kencan lagi. Bong Hee bengong
sebentar mencerna ucapannya, apa dia bahkan tak mendengarkannya? Butuh keberanian
untuknya mengatakan semua itu. Haruskah mereka pacaran lagi setelah semua ini?
“Lalu,
kenapa kau melakukan itu kepadaku saat ada di ruang sidang?” tuntut Ji Wook.
Tidak,
itu.. Bong Hee mendapatkan saran dari seseorang supaya mengikuti kata hatinya.
Dia melakukannya tanpa sadar. Ji Wook menuntut pertanggung jawaban dari Bong
Hee karena sudah menikmati perasaannya. Bagaimana dengannya, apa yang harus ia
lakukan?
Bong
Hee pikir itu cuma ciuman dan tak membutuhkan pertanggungjawaban. Ji Wook
memegang bibirnya sambil mendelik, ya itu.. benar juga sih. Bong Hee tanya,
apakah dia tidak merasa takut?
Itu
bukan menjadi masalah bagi Ji Wook karena putus dengan Bong Hee lebih
menakutkan baginya. Dia meminta Bong Hee untuk menjawabnya sekarang, apa yang
mau dia lakukan? Mau pacaran lagi atau tidak?
“Pacaran.
Ayo pacaran.” Jawab Bong Hee pada akhirnya. Ji Wook mencoba bersikap sok cool
menerima jawaban itu, tapi dia tetap tak bisa menahan senyum kecil disudut
bibirnya.
Bong
Hee kaluar kamar, sudah mandi dan menggunakan pakaian yang cantik. Ia merias
wajahnya dan masih grogi akan kencan dengan Ji Wook. Ji Hye heran, bukannya
mereka sudah lama pacaran?
“Tapi
saat kami mulai pacaran, seseorang kena tusuk. Jadi, kami secara teknis tidak
pernah pergi berkencan.”
“Tapi
kalian berdua hidup bersama untuk waktu yang lama.”
“Tapi,
kami hanya tidur sekali.” Bong Hee polos.
Ji
Hye kesal, siapa juga yang menginginkan penjelasan detail darinya. Ah.. Bong
Hee bingung mau ngobrol apa pas kencan nanti. Ah, dia tidak punya parfum. Apa Ji
Hye mau meminjamkannya?
“Tidak.”
“Terimakasih.”
Ji
Hye menekankan kalau dia tadi bilang ‘tidak’. Aaah.. ‘maaf’ balas Bong Hee. Dia
meminta pendapat Ji Hye atas riasannya. Ji Hye menjawab kalau dia tidak terlalu
cantik. Bong Hee rasa penglihatan Ji Hye saja yang kurang baik. Bong Hee
bergegas untuk pergi tapi Ji Hye menyuruhnya duduk lagi. Dia mengoreksi
riasannya yang sedang trend saat ini.
Bong
Hee menemui Ji Wook yang sudah menunggunya. Ji Wook memperhatikan wajah Bong
Hee yang tak biasa-biasanya menggunakan make-up. Dia memuji pipi merahnya yang
kelihatan lucu. Apa yang mau mereka lakukan hari ini?
Ada
banyak yang ingin Bong Hee lakukan. Ia menyarankan supaya mereka minum dulu. Ji
Wook melihat jam-nya, masih siang tapi sudah minta minum. Namun, kali ini Ji
Wook tidak menolak usulannya sama sekali dan langsung menyetujuinya. Ia menggandeng
tangan Bong Hee, minuman apa yang ia mau?
Persidangan
Jaksa Jang kembali berlanjut. Dia beralasan kalau ia membawa Hyun Soo ke TKP
untuk mengetahui kebenaran atas kasus putranya. Sebagai petugas hukum, sudah
seharusnya dia mematuhi peraturan hukum lebih dari siapapun dan ia sangat
menyesal karena melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hukum.
Namun,
ia ingin menegaskan kalau ia tidak berniat melakukan pembunuhan. Dia hanya
mengambil senjata dari TKP untuk perlindungan diri. Dia tak berniat membunuh
siapapun. Dia berharap pengadilan mau menerima fakta itu.
Bong
Hee berbisik pada Ji Wook, “Bagaimana putusan mereka?”
“Entahlah.
Jika tuduhan percobaan pembunuhan dibatalkan, dia mungkin akan dapat masa
percobaan.”
Seusai
persidangan, Ji Wook dan Bong Hee menghampiri Jaksa Jang. Ia berharap Pengacara
Distrik.. maksudnya, Mantan Pengacara Distrik punya rasa malu. Keduanya pun
permisi setelah mengatakan hal itu.
Berita
Jaksa Jang dicopot dari jabatannya dengan tak hormat disiarkan di TV. Tuan Byun
mengaku tak suka padanya sejak dulu, tapi sekarang dia merasa kasihan padanya.
Tapi melihat Eun Hyuk dan Bong Hee membuatnya lebih kecewa lagi.
Eun
Hyuk tak terima, “Kau pikir kau lebih kecewa daripada aku? Sekarang, aku yang
menanggung hidup kalian berdua.”
Bong
Hee berjanji akan berusaha lebih keras dari sekarang. Tuan Byun pun sontak
berubah sopan, dia meminta Eun Hyuk supaya tidak pergi darisana. Dia juga, dia
akan bekerja dengan keras.
Ke
sidang Hyun Soo. Ji Wook membacakan dakwaan Hyun Soo yang telah melakukan
pembunuhan dengan brutal pada para pemerk*sa dalam kasus Park So Young demi
membalaskan dendamnya. Dia juga membunuh saksi yang dianggapnya akan
menghalanginya melakukan tindakan kriminal.
Terlebih,
terdakwa mengakui tindakannya tanpa rasa bersalah. Mempertimbangkan
kebenarannya bahwa dia melakukan pembunuhan tingkat satu berantai dan dia tidak
merasa menyesal maupun bersalah, dia meminta hukuman seumur hidup yang
bertujuan untuk memisahkannya dari kehidupan sosial.
Hyun
Soo terdiam mendengar tuntutan jaksa adalah hukuman seumur hidup.
Hakim
membacakan keputusan akhir sidang Hyun Soo, “Mempertimbangkan bahwa terdakwa
melanggar hukum dan melakukan pembunuhan berantai karena balas dendam juga
tindak kriminalnya yang bersifat kejam dan melangar Saya akan menghukum
terdakwa, Jung Hyun Soo untuk
dipenjara seumur hidup.”
Hakim
mengetuk palunya. Semua orang menghembuskan nafas lega. Eun Hyuk mengucapkan
selamat pada Bong Hee, dia sudah membuktikan ketidakbersalahannya. Bong Hee
menoleh pada Ji Wook dan keduanya saling melempar senyum.
Saat
keluar dari ruang sidang, Ji Wook langsung menghampiri Bong Hee dan menggenggam
tangannya “Selamat~~” ucapnya dengan senyum yang bikin meleleh.
“Terimakasih.”
Balas Bong Hee.
Bong
Hee kemudian pergi ke restoran untuk menemui Ibunya. Ibu sudah menantinya, keduanya
saling berpelukan. Bong Hee kelihatan sangat lega, semua orang sudah tahu kalau
dia memang tidak bersalah. Ibu mengucapkan selamat, dia tahu kalau putrinya
sangat tertekan selama ini.
Dengan
hati-hati, Bong Hee membahas masalah ayahnya. Dia berharap kalau ia juga bisa
membuktikan ketidakbersalahan ayahnya.
Sebelumnya,
Ji Wook sudah membicarakan hal itu dengannya. Dia berkeinginan untuk
membersihkan namanya, tapi dia tak ada cara yang bisa dilakukan secara legal
untuk membuktikannya. Karena saat itu dia tidak benar-benar didakwa jadi tak
ada bukti untuk mengoreksinya. Dan batas UU kasusnya hanya 3 tahun. Dia sungguh
minta maaf.
Bong
Hee menggeleng, tak menyalahkannya.
Tidak
masalah, ujar Ibu. Yang terpenting adalah, yang hidup saat ini harus bahagia.
Bong Hee sudah menyelesaikan masalah tuduhannya, jadi sudah bukan masalah lagi.
Ia tak berharap lebih, dan ayah pasti akan berfikiran sama.
Ibu
mengajak Bong Hee pulang, dia akan membuatkan masakan yang enak. Ah.. Bong Hee
meminta maaf, sebenarnya dia sudah punya janji. Ibu menyipitkan mata, janji?
Apa dengan si ganteng itu?
Bong
Hee mengangguk malu.
Ji
Wook tak bisa duduk tenang memperhatikan Tuan Bang berbicara dengan kliennya.
Saat Tuan Bang selesai, Ji Wook buru-buru bangkit. Dia mau pergi karena
kasusnya sudah selesai untuk hari ini.
Tuan
Bang menghalangi jalannya, mereka punya kasus tambahan. Dia menunjuk setumpuk
berkas yang menggunung di mejanya. Ji Wook terbelalak, kapan mereka mendapatkan
kasus tambahan?
Mereka
mendapatkannya belum lama, tadi mungkin dia sibuk dengan dokumennya sendiri
makanya tidak dengar. Aish, umpat Ji Wook. Ia mengajak Tuan Bang untuk segera
menyelesaikannya.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar jika berkenan. Dilarang copas ya kawan! Happy Reading ^_^